Part 22

41 7 1
                                    

KANTIN

Keramaian pun mulai terlihat di seluruh penjuru kantin. Terdengar suara riuh yang terus memanggil pemilik kantin untuk memesan dan sebagainya.

Kini, terlihat di ujung salah satu dari sekian warung kantin yang bertuliskan Mbak Sri Kedai itu menjadi tempat tongkrongan alias markas beberapa siswa siswi, termasuk Ari dan sekawannya.

"Mbak Sri, kayak biasa ya level setan tapi." Perintah Ajil kemudian duduk di satu meja panjang yang ada di warung tersebut.

"Nah gitu, nyadar kalo setan," timpal Aldi yang ikutan duduk berhadapan dengan Ajil.

"Siap den Ajill," teriak pemilik kantin dari dalam.

Ajil hanya merespon dengan mengacungkan jari tengah ke arah Aldi.

"Mbak, saya juga kayak biasa." Tambah Aldi dengan beranjak berdiri lalu duduk kembali.

"Anjir gila bu Rina ngasi ulangan suka gak ngotak mana soal logika semua lagi." Keluh Ajil sembari menarik kerah bajunya karena kepanasan.

Terlihat seseorang datang menghampiri mereka berdua.
"Alah sok mikir amat si tai, punya otak sama kaga punya juga sama ae." Sarkas Rizky dengan menoyor kepala Ajil dari belakang, lalu ikut duduk di sebelahnya.

"Heh gini-gini otak gue pernah berguna ya gentong." Sahut Ajil tak terima lalu mengedarkan pandanganya dan tak sengaja ia melihat Aisyah berjalan ke arahnya. "Berguna banget buat ngingetin ayangnya Ari yang nggak sadar-sadar sama perasaanya dulu." Sindir Ajil dengan mengulum senyumnya.

Aisyah yang tidak tau apa-apa pun mendadak mengerti dan menaikkan alis kanannya dan langsung ikut duduk di sebelah Aldi.
"Eh gue denger."

"Duh apaan sih, geer banget bundanya aku." Ucap Ajil dengan wajah sok imutnya.

Aisyah hanya memutar bola matanya dengan malas.
"Oh ya mana yang lain?kenapa cuma trio nih?"Tanya Aisyah dengan melihat sekeliling kantin.

"Kagak tau, lagi pada mabar paling." Jawab Aldi dengan menyenderkan tubuhnya ke tembok.

Aisyah hanya ber oh ria saja.
"Kalo Azka?tadi gue lihat kayaknya udah keluar kelas deh sama Cipa."

"Mojok kali di gudang," sambar Ajil ngasal sontak membuat Aisyah mencubit lengannya.
"Hustt, sembarangan."

Rizky dan Aldi pun terkekeh pelan melihatnya.
"Kalo pak bos kemana bu bos?" tanya Rizky.

"Ke ruang guru lagi dipanggil bu Novi, ntar nyusul katanya sih." Jawab Aisyah dengan sesekali mengecek ponselnya.

"Permisi, ini den pesanannya." Ucap Mbak Sri dengan membawa nampan berisikan nasi goreng dan teh es ke arah Ajil.

"Wah, terima kasih mbak Sri tepat sekali ntar saya kasi rating 5 ya di play store." Ucap Ajil dengan mengambil pesanannya.

"Sinting emang." Celetuk Aldi dengan menggelengkan kepalanya serta Rizky dan Aisyah yang ikutan tertawa juga.

Mbak Sri pun hanya ikutan tertawa juga lalu melihat Rizky dan Aisyah.
"Kalo den sama non mau pesen apa?"

"Hmm saya, nasi tumpeng mbak sama minumnya satu galon," ucap Rizky tanpa rasa bersalah.

Ajil yang sedang mensruput teh es nya pun mendadak tersedak.
"Ukhukk, buset dah eh gendut itu makanan buat lo apa sewilayah itu."

Mbak Sri dan Aisyah hanya mengeleng-gelengkan kepalanya, sudah biasa memang mereka melihat kejadian-kejadian di luar nalar seperti ini. "Kalo Aisyah, jus mangga aja mbak," ujar Aisyah akhirnya.

"Baik silahkan ditunggu ya non, den." Ucap Mbak Sri meninggalkan mereka bertiga.

"Iya mbak Sri makasih." Balas Aisyah kemudian melirik jam tangannya. Aneh baginya karna udah lebih dari 20 menit, Ari juga belum kembali.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: May 29, 2023 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

ARSYAHTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang