Part 18

161 24 5
                                    

"Syah!"panggil Cipa saat baru saja tiba disebuah tempat atau yang lebih dikenal dengan rooftop yang ada di sekolah mereka.

Kebetulan pasca kejadian yang cukup menghebohkan Tunas Bangsa sekitar 30 menit yang lalu itu cukup menguras tenaga bagi Aisyah, sehingga ia memilih untuk menenangkan pikirannya sejenak. Untung saja guru-guru sedang rapat sehingga Aisyah merasa cukup lega, karena pelajaran tentu belum dimulai.

Tampak dari kejauhan, gadis itu terlihat melamun hingga akhirnya suara Cipa sahabatnya berhasil memecahkan lamunannya.

Gadis yang dipanggil itu pun seraya menoleh ke Cipa yang sedang berdiri di ujung lorong dan itu tentu tak jauh darinya.

Dengan langkah pasti, Cipa mendekati sahabatnya itu.

"Ari bolos Syah."

Aisyah pun kaget dan hanya terdiam membisu disana.

"Dalam keadaan yang emosi,"lanjut Cipa.

Sampai akhirnya Aisyah pun dilanda ketakutan. Jujur, rasa khawatir karena sayang itu tidak bisa dipungkiri.

"Kenapa Syah?kenapa sama Revan?"tanya Cipa dengan memegang  lengan kanan Aisyah.

Aisyah pun menatap Cipa dengan tatapan sendunya.
"Gu-gue udah gak ada pilihan. Gue udah telat dan gak ada satu pun taksi atau bahkan tukang ojek yang lewat. Dan kaki gue juga sakit."

Sontak Cipa menoleh ke bawah dan melihat ke arah sepatu Aisyah. Cipa pun melihat dari cara Aisyah berdiri memang tampak berbeda. Seperti sedang menahan satu tumpuan kaki yang lainnya.
"Astaga kaki lo kenapa?"

Aisyah tersenyum sekilas.
"Gak papa, cuma kesandung aja."

"Aja lo bilang?ya ampun Syah, coba aja lo jelasin yang sebenarnya sama Ari. Pasti dia gak bakalan bolos sekarang, mana dalam kondisi yang emosi lagi. Gue juga jadi khawatir hm,"ucap Cipa pelan.

"Ini semua salah gue ya Cip?"tanya Aisyah dengan mata yang mulai berkaca-kaca.

"Nggak Syah, ini bukan salah lo. Cuma salah paham aja kok."Ujar Cipa dengan memegang pundak sahabatnya itu.

Tes

Air mata pun mulai jatuh dari pelupuk mata nan indah itu.

Dengan menggeleng-gelengkan kepalanya karena merasa bersalah.
"Ini semua salah gue Cip. Ini salah gue."

Cipa pun memeluk Aisyah, seraya menenangkannya.
"Syah udah jangan nyalahin diri lo sendiri, ayo perbaiki hubungan kalian. Omongin apa yang lo mau dari dia. Dan lo juga denger apapun penjelasan dari dia. Jangan nyepelein komunikasi Syah. Tanpa komunikasi kalian gak akan bisa nyambung.

Seketika Aisyah tersadarkan sekarang.

Memang selama ini, dirinya begitu egois karena tidak pernah mau untuk mendengarkan penjelasan dari Ari.

"Kadang, yang terlihat dimata belum tentu kenyataannya Syah."

Sekali lagi Aisyah pun merasa sangat beruntung karena mempunyai sahabat yang begitu baik dan peduli akan dirinya saat ini.

"Thanks Cip."

~~~

Jangan ngerasa seolah-olah kamu punya hak ngatur hidup aku Ri.

Karena lo, bukan siapa-siapa gue la-gi.

"Arghhhhhh!"

Lagi dan lagi kata-kata itu selalu terngiang-ngiang dikepala Ari.

Bagaimana rasanya saat hari-hari sebelumnya kau masih menggenggamnya erat.

Namun, tiba-tiba semuanya hilang. Semuanya hilang dan lepas dari genggamanmu.

ARSYAHTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang