°
Four Leaf Clover
and HeartBab O6:
Pacarnya Devin Kali..|°
Disha membenci hubungan mereka saat Devin mengatakan kata, 'lo kan temen gue', 'apapun buat sahabat gue'---bukannya Disha tidak menyukai Devin, hanya saat laki-laki itu mengatakan fakta, Disha masih belum bisa menerimanya. Padahal tidak ada yang salah, karena hubungan mereka memang hanya berteman.
Apalagi hari ini, "Kita temenan bukan berarti lo bisa keluar masuk kamar gue seenaknya. Harusnya lo tahu privasi kan?" Bisa apa Disha selain keluar dari ruang privasi Devin? Entah apa yang membuat laki-laki itu begitu terlihat kecewa saat ia masuk ke kamarnya. Ya, memang sejak SMA mereka benar-benar tidak pernah saling masuk ke kamar satu sama lain. Tapi kan, pikir Disha itu juga bukan hal yang sangat di permasalahkan.
"Apasih yang ada di dalem kamar dia?! Perasaan ngga ada kolor yang kegantung di kipas angin?? Takut banget kayaknya."
Dumal Disha sambil memesan ojek online. Sebenarnya rumah mereka tidak jauh-jauh sekali, tapi kalau jalan kaki juga cukup membuat pegal. Kalau saja motor mama tidak di pakai pergi dengan teman-temannya, Disha kan tidak harus repot-repot naik ojek online.
Tin! Tin!
"Disha!!" Gadis itu cepat-cepat mendongak saat seseorang memanggil namanya.
Lingga?
"Eh iya!" Balasnya sambil mengangkat tangan kanan. Tadi itu benar Lingga kan? Buat apa dia masuk ke kawasan komplek tempat tinggal Devin? Tadi dia juga naik mobil bak terbuka yang isinya barang-barang rumah.
Barangkali pindahan.
Disha menundukkan lagi untuk kembali fokus pada aplikasi ojek online.
Ups! Saldo anda tidak mencukupi untuk order, silahkan isi dulu. Ada promo nih...
What the hell?!? Terus Disha mau naik apa? "Mana enggak bawa cash, gue ke rumah Devin kan mau malak dia. Aduuuhhh." Sebenarnya Disha sempat terpikirkan untuk menelepon Devin, menyuruh anak itu untuk mengantarkannya pulang. Tapi Disha tertohok omongan sengak Devin tadi.
Deru motor mendekat ke arahnya. Si pemilik itu melepaskan helmnya dan mendekat ke arah Disha. "Ngapain disini? Panas-panasan gini?" Tanya Lingga.
"Tadi ada urusan sama temen." Jawab Disha.
"Terus mana temennya? Kok nggak nganterin pulang?" Disha terdiam sesaat. "Mau gue anterin?"
Gadis itu meremas ujung cardingannya, lagipula hanya mengantar pulang kan? Ia melirik rumah Devin yang sudah nampak dari tempatnya berdiri, lalu mengangguk, menyetujui Lingga. "Gapapa kan?"
"Gapapa lah."
Disha naik ke atas motor Lingga. Begitu jalan, bersamaan dengan datangnya Devin, dengan handuk yang berbalut di lehernya. Laki-laki itu terdiam menatap kepergiannya Disha, entah dengan siapa.
B 7654 NK..
Devin akan ingat itu.
🍀
"Makasih. Maaf ngerepotin lo." Ucap Disha sambil melepaskan helm nya. Lingga menerima uluran helmnya sambil terkekeh. "Ngerepotin apa sih, nganterin doang."
"Tadi kok lo naik mobil barang-barang gitu?"
"Pindahan. Sebenarnya rumah asli gue di Bandung. Gue disini tinggal sama Oma. Terus ayah bilang mau menetap di Jakarta aja, sekalian ngurus cabang disini. Jadi pindah deh." Disha hanya mengatakan 'oh' tanpa suara. "Bakal satu komplek dong sama Devin?"
"Devin? Yang kemaren itu?" Disha mengangguk. "Lo tadi habis dari rumah Devin?"
"Iya, hehe." Lingga agak kontra dengan ini, maksudnya kalau sampai Disha ke rumah Devin begitu, artinya ada something yang Lingga tidak tahu di hubungan. See? Mereka cowok dan cewek, hanya berteman? Tidak mungkin.
"Sering?" Tanya Lingga agak ragu.
"Bangettt, dari kecil gue mainnya ya sama Devin." Tiba-tiba laki-laki itu merasa tertohok sesuatu. Ia belum memulai, tapi sudah kalah duluan.
"Ooh, kalo gitu gue permisi dulu ya? Mau beres-beres. See you besok di sekolah."
🍀
Disha berangkat di antar papa. Karena Devin tidak membalas chat nya semalam, apa masih marah?
"Tumben minta anterin." Kata papa sambil membelokan mobilnya keluar dari komplek. "Emang nggak boleh? Papa loh jarang nganterin anak satu-satunya ini." Papa terkekeh sambil menggeleng-gelengkan kepalanya. Beberapa saat keduanya terdiam, hanya Disha yang bermain ponsel sambil mendengarkan lagu-lagu The Weekend yang terputar di mobil papa.
Papa melirik ponsel Disha yang menampilkan room chat nya dengan Devin. Wajahnya terlihat kesal melihat pesannya tidak di balas.
"Lagi marahan sama Devin?"
"Enggak." Jawab Disha, pelan.
"Kenapa sih anak papa?" Pria itu mengulurkan tangannya untuk mengelus lembut rambut si anak. "Aku kesel sama Devin. Kemarin kan aku ke rumah dia, Pa. Terus kata Tante Rena langsung ke kamar Devin aja, soalnya Tante Rena juga mau keluar." Disha menghela nafas. "Aku udah ketuk kamar Devin berkali-kali, tapi nggak ada sahutan. Aku pikir ngga apa-apa aku masuk toh kita udah temenan lama.
"Aku juga denger dia kayak mual di dalem, aku makin khawatir jadi masuk.. Devin kayak marah. Pokoknya nggak biasanya gitu, Devin aneh banget!"
"Kira-kira Devin kenapa ya, pa?"
Papa menghentikan mobilnya di lampu merah. "Ya pastinya dia punya alasan kenapa kamu nggak boleh sembarang masuk ke kamar dia. Setiap orang kan punya rahasia masing-masing, sekecil apapun itu." Disha cemberut. Tubuhnya ia sandarkan pada jok mobil yang empuk.
Lampu berubah hijau. Ada motor yang berjalan lebih dahulu di depan mobil papanya. Jaketnya.. tunggu, jaket hitam itu, motornya, helmnya!? DEVIN?!
"Loh itu Devin bukan?" Ternyata papa juga menyadari keberadaan Devin. Disha meremas rok seragamnya dengan geram. Oo jadi itu alasan si Devin tidak membalas chat nya, karena tengah membonceng cewek lain.
"Itu tadi siapa yang sama Devin, dek?"
"Gatau, pacarnya kali."
Dengan jawaban yang terkesan bodo amat Disha, papa menyadari sesuatu. Disha tengah cemburu. Anaknya tengah jatuh cinta..
KAMU SEDANG MEMBACA
Four Leaf Clover and Heart
FanfictionAngin berhembus di suatu sore di bawah pohon Bungur belakang rumah Disha, menerbangkan beberapa helai rambutnya. Juga bunga-bunga pohon Bungur yang tengah bermekaran. Oktober.. Oktober.. Oktober.. Sore itu terjadi saat bulan Oktober. "Katanya kamu...