°
Four Leaf Clover
and HeartBab O5:
Bisakah Mereka Berhenti
Menghitung? |°
2023 ini Devin sudah menghitung berapa kali Disha melotot padanya. Terhitung sekitar.. 20 kali.
Yang terakhir ini karena Lingga--lingar atau siapalah itu pokoknya anak kelas sebelah. Devin menyeret salah satu kursi setelah mengusir pemiliknya di belakang Disha. Kelakukan Devin memang perlu di benahi. Tangannya terulur sok akrab. "Kenalin juga, gue Devino, IPA 2."
Lingga Lingga tadi memandang tanpa ekspresi. Karena sepertinya enggan untuk berjabat tangan, jadi Devin menarik kembali tangannya, tidak masalah. Masih banyak perempuan di sekolahnya yang mau menerima uluran tangan Devin. Ia tidak haus sebuah feedback, apalagi bentukan songong seperti Lingga.
"Lo ngapain sih disini?" Bisik Disha. Mukanya garang. Devin mencomot satu pentol di mangkuk Disha sebelum menarik nya keluar dari area kantin. Gadis itu hanya mengumamkan maaf tanpa suara pada Lingga.
"Kok tega sih ninggalin gue sama roti coklat sedangkan elo makan bakso di kantin? Sama cowok lain lagi." Jantung Disha berdebar. Devin cemburu?
Tapi Disha tetap berusaha menetralkan ekspresi nya dengan berjalan lebih cepat, "Eh?! Gitu ya? Di tinggal terus gue nya!"
"Apasih, Vin. Jangan deket-deket gue!" Devin semakin mendekat, bahkan sekarang merangkulnya dengan erat sampai Disha kesulitan bergerak. "Gue tuh udah jadi bagian dari diri lo. Mana bisa jauh-jauh!"
Laki-laki tertawa ngakak melihat ekspresi Disha yang seperti siap menelannya hidup-hidup. "Kalo bisa 24/7 gue mau di deket lo."
Disha berdecak. "Gue gangguin terus hidup lo." Jawab Disha tertawa remeh. Yang laki-laki berhenti berjalan, berkacak pinggang sambil mengibas-ngibaskan seragamnya seolah cuaca siang ini benar-benar begitu panas. "Yakin? Gue sih yang bakal gangguin lo."
Disha mulai merasakan tanda-tanda bahaya. Makanya tidak jadi berbalik dan justru lari sekuat tenaga di antara manusia-manusia yang berada di koridor. Tapi Devin bisa mengejarnya.
Keduanya tertawa-tawa setelah Devin berhasil mendapatkan Disha di ujung koridor sambil menglitikinya. "Jangan!! Geliii, monyettt!!"
"HAHAHAHAHAHAH!"
Tuhkan, sekecewa apapun Disha, Devin selalu bisa membuatnya untuk di maafkan. Entah itu sengaja maupun tidak.
KAMU SEDANG MEMBACA
Four Leaf Clover and Heart
أدب الهواةAngin berhembus di suatu sore di bawah pohon Bungur belakang rumah Disha, menerbangkan beberapa helai rambutnya. Juga bunga-bunga pohon Bungur yang tengah bermekaran. Oktober.. Oktober.. Oktober.. Sore itu terjadi saat bulan Oktober. "Katanya kamu...