11 | Four Leaf Clover and.. Love | END

62 10 1
                                    

°

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

°

Four Leaf Clover
and Heart

Bab 11:
Four Leaf Clover and..
Love |

°

Bruk!

Disha mendarat dengan agak susah di atas tanah kering penuh ilalang. Apalagi hari ini ia membawa laptop, jadi tas nya tidak bisa di lempar begitu saja. Disha bersyukur papa yang mengantarnya hari ini. Jadi Disha tidak perlu repot-repot memikirkan nasib motor mama yang ia pinjam kalau-kalau Devin tidak menjemputnya ke sekolah.

Ada suara deru motor dari gerbang depan. Itu pasti Devin. Disha buru-buru menyelinap di balik pohon-pohon kelapa yang di tanam dekat pagar sekolahnya lalu menuju ke arah Devin, yang sudah di lokasi tidak terjangkau oleh satpam.

"Go."

And last. Devin melajukan motornya menjauh dari sekolah.

"Kita mau kemana? Niat banget bawa helm." Ujar Disha sambil membenarkannya helmnya yang agak miring karena buru-buru. "Ke tempat yang lo pasti suka."

"Tempat yang gue suka itu banyakk, Vinnn!"

Devin tertawa dan mereka melanjutkan perjalanan—entah kemana, Disha tidak pernah melewatinya selama ini. Perjalanannya cukup jauh, bahkan ketika Disha melirik jam digitalnya, tengah menunjukkan pukul 11:25.

Sampai Devin menghentikan motornya di dekat gapura usang. Sepi. Sumpah sepi sekali. Jalanan yang mereka lewati memang baik-baik saja, tapi orang yang lewat bisa di hitung jari. Disha merinding, takut terjadi sesuatu antara dia dan Devin.

"Vin, ini dimana?" Disha bertanya sambil mengamati sekitar. Sedangkan Devin mengambil sesuatu di dalam jok motornya. Yang justru membuatnya heran, Devin tidak terkesima, seolah sering kemari.

"Vin," Devin justru menarik tangan kanannya lalu menyuruhnya untuk meluruskan. "Pake ini dulu biar ga di gigit nyamuk." Itu lotion anti nyamuk. Disha suka wanginya yang seperti jeruk. Sejak kecil Disha tidak mau memakainya sendiri karena tidak mau telapak tangannya lengket. Jadi kalau liburan, pasti mama yang memakaikannya. Meskipun liburan masa kecilnya sangat jarang karena waktunya di habiskan di rumah sakit sampai Disha gumoh.

"Nah, udah, ayo." Devin menggenggam tangan kanannya lagi.

"Lo belum jawab pertanyaan gue." Devin berjalan tenang di depannya. Laki-laki itu menjawab, "pokoknya ini bukan Jakarta."

Mereka berjalan tidak terlalu jauh. Karena tujuannya, sudah ada di depan mata.

Disha memandang takjub, perairan danau yang tenang, rumput hijau yang membentang dari luas. Dan ada pohon Bungur besar di sana. Suasananya seperti belakang rumah Disha, hanya saja ini versi lebih luas dan indah.

Four Leaf Clover and HeartTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang