°
Four Leaf Clover
and HeartBab 1O:
Menghadap Rumput
Kuning Mengering |°
Entah bagaimana ceritanya Devin bisa berdiri di atas tanah gersang belakang Mall. Bersama Lingga.
Oke, kalian tidak salah membaca, ada Devin yang tengah duduk santai sambil menatap hamparan rumput kuning mengering, menekuk satu kaki panjangnya, juga sela jadi telunjuk dan tengahnya yang mengapit rokok.
Lalu Lingga dengan posisi berdiri sambil menyandarkan punggungnya pada tembok. Selain pemandangan aneh Devin yang berbagi rokok pada Lingga tanpa suara, semuanya terlihat berjalan baik. Tidak ada tatapan saling membenci seperti pertemuan mereka yang sebelum-sebelumnya.
Tapi Devin, menghembuskan asap rokoknya ke udara sebelum mematikan rokoknya yang tinggal setengah, Lingga tersenyum remeh melihat pemandangan itu. "Gue denger umur lo tinggal bentar lagi." Celetuk Lingga.
Devin tidak marah, ia mengiyakan, tapi dalam hati. Apa yang Lingga katakan tidak membuatnya tersulut emosi karena itu benar adanya. "Nyokap gue suster di rumah sakit tempat lo periksa. Pas gue mau nganter makanan, gue liat lo lagi duduk di waiting room." Hembusan asap kalo ini keluar dari mulut Lingga. "Nyokap lo suster dan tugasnya ngobatin orang, tapi anaknya sendiri nyari penyakit lewat rokok." Devin mendengus geli.
"Gue belum selesai, bangsat." Pada akhirnya Devin hanya mencoba menahan tawanya. "Kata nyokap gue, lo nggak punya hati utuh karena donorin waktu kecil ya?
"Gue nggak tahu beneran apa enggak, tapi tebakan gue langsung tertuju sama Disha."
Devin menoleh. "Lo tahu nggak? Gue kayak makin bersemangat deketin dia setelah denger kabar ini."
Baru kali ini Devin mendengar ada orang yang bersiap-siap tertawa di hari kematiannya —barangkali, jika nyali Lingga besar, ia akan tertawa di depan kuburannya nanti. Tapi entah mengapa Devin tidak bisa memasukan kata-kata tolol Lingga dalam hati. Seolah hanya angin lalu biasa.
"Saran gue lo buruan confess sebelum lo nyesel di kuburan." Lingga bersuara lagi.
"Biar apa? Biar gue nyakitin dia kalo sewaktu-waktu gue mati? Dan lo yang ngulurin tangan lo buat cewek gue?" Devin berdecih. Lingga itu licik dan bodohnya dia tertawa keras.
"Disha bukan cewek lo.
"Lo dengerin aja omongan gue, lo bakal nyesel kalo lo nggak nyatain perasaan lo dalam waktu dekat ini. Ini bukan cuma soal gue yang mau jadi pengganti lo, ini juga perasaan Disha ke elo." Devin berdiri, menatap tatapan licik Lingga sambil mengeraskan rahangnya.
"Maksud lo apa?"
"Jangan bilang Devino Navarez nggak peka kalo selama ini teman kecilnya juga suka sama dia?" Devin mendorong bahu Lingga sampai pemiliknya hampir terhuyung. "Ngarang lo."
KAMU SEDANG MEMBACA
Four Leaf Clover and Heart
FanfictionAngin berhembus di suatu sore di bawah pohon Bungur belakang rumah Disha, menerbangkan beberapa helai rambutnya. Juga bunga-bunga pohon Bungur yang tengah bermekaran. Oktober.. Oktober.. Oktober.. Sore itu terjadi saat bulan Oktober. "Katanya kamu...