- Persiapan -

3.1K 132 0
                                    

Happy reading

Mas Fathan mengajukan hari pernikahan mereka akan di laksanakan di hari kamis. Ada waktu 5 hari untuk mendiskusikan konsep pernikahannya nanti ingin seperti apa. Mas Fathan dan abi Zayn melaksanakan sholat jum'at di masjid dekat rumah ayah Andre. Mereka akan berdiskusi mempersiapkan pernikahan mas Fathan dan Tya.

Kalau para lelaki sedang melaksanakan sholat jum'at, para perempuan sedang berkumpul di ruang tengah.

"Kalau urusan gaun, gimana?" tanya umi Yanti.

"Kalau itu udah aku urus dari minggu lalu, mi. Tinggal satu gaun yang belum jadi, mungkin nanti hari senin atau selasa selesainya," jawab Tya menatap calon mertuanya.

"Berapa gaun?" tanya umi Yanti lagi.

"Tiga. Buat akad, setelah akad, sama resepsi."

"Kamu juga udah siapin seragaman buat keluarga kan?" tanya bunda Serena. Pasalnya dia hanya mengurus makanan. Kalau pakaian ia serahkan pada putrinya yang lebih mengerti.

Tya mengangguk. "Sudah. Tapi belum jadi semua. Nanti paling lambat semuanya selesai hari selasa atau rabu pagi. Kata tante Cia, untung aja dia lagi gak ada pesanan gaun, jadi bisa fokus bikin gaun sama seragam kita."

"Eh, mau kemana?" tanya Tya melihat baby Jay merangkak pelan. Rora yang dekat dengan posisi ponakannya itu mengambilnya dan di taruh di tengah - tengah mereka lagi.

"Udah diam disini," ucap Rora menahan kedua kaki ponakannya.

"Akh!" baby Jay memekik sambil berusaha menggerakkan kedua kakinya, namun tidak bisa.

Rora melepaskan kedua kakinya, beralih mengangkat tubuh baby Jay ke pangkuannya, dia memeluk sambil terus menciumi ponakannya itu sampai dia merengek risih. "Nangis dulu ayo," suruh Rora.

Bayi yang kini sudah beranjak 7 bulan itu semakin memberontak dalam pangkuan tantenya.

"Adek!" peringat umi Yanti.

"Bentar mi, mau lihat dia nangis dulu. Dia kalau nangis lucu," sahut Rora terus melanjutkan misinya membuat ponakannya menangis.

"Akh! Dadadaa!"

Rora tertawa mendengar baby Jay meminta bantuan pada bundanya. "Gak ada, bundanya mau pergi sama ayah. Jay gak di ajak."

Rora menahan tubuh baby Jay yang berusaha melepaskan diri dari pelukannya.

"Huaaa!" Akhirnya baby Jay menangis karena putus asa tidak bisa lepas dari tantenya.

"Usil banget, Ra." ujar bunda Serena melihat Rora malah tertawa kemenangan ketika berhasil membuat ponakannya menangis.

"Gak tahu dia mah suka banget bikin ponakannya nangis. Kalau udah nangis mah di serahin ke orang lain," ujar umi Yanti menambahi. Benar saja, kini Rora sudah menyerahkan baby Jay pada pawangnya.

"Stss, siapa yang nakal?" tanya Tya mengusap air mata baby Jay yang membasahi pipi gembulnya.

Dengan keadaan masih menangis, baby Jay dengan pintarnya menunjuk Rora. Yang di tunjuk malah tertawa puas. Umi Yanti sampai memukul paha anak bungsunya itu.

"Kasihan, kamu ini kebiasaan!."

"Lucu mi, tuh lihat aja mukanya, kocak," jawab Rora kembali tertawa.

"Ada apa ini, kok yang satu ketawa yang satu nangis?" tanya ayah Andre baru datang jum'atan bersama calon mantu dan calon besannya.

"Di usilin Rora, makanya nangis," jawab bunda Serena menyalami suaminya kemudian terkekeh.

Ayah Andre duduk di tengah - tengah istri dan putrinya. "Aduh kasian banget cucu opa, onty nya nakal iya?" tanyanya mengusap kepala baby Jay yang sesenggukan di bahu Tya.

ibu sambungTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang