- Survei tempat -

3.7K 155 33
                                    

Happy Reading

Setelah beberapa bulan proses pembuatan gedung untuk usaha istrinya, kini tempat itu sudah selesai pembangunan. Sebelum melanjutkan ke tahap berikutnya, mas Fathan akan membawa Tya ke tempatnya. Agar jika ada yang kurang suka menurut istrinya, mas Fathan akan merombaknya.

"Gak tahu harus bilang apa lagi selain makasih, intinya aku sangat, sangat berterima masih sama suami gantengnya aku ini, karena sudah buatin aku lahan untuk usaha," ucap Tya begitu lembut sambil mengusap rahang tegas milik suaminya.

Mas Fathan tersenyum sangat manis. Ia menggenggam tangan istrinya lalu ia tempelkan di pipinya. "Aku juga gak bosen untuk bilang makasih buat kamu. Terima kasih sudah menjadi istri sekaligus ibu yang sangat baik."

Mas Fathan membawa tubuh istrinya ke atas pahanya. Ia melingkarkan kedua tangannya di pinggang ramping Tya, kepalanya sedikit mendongak menatap kedua bola mata indah istrinya itu. "Ibu rumah tangga adalah karir termahal yang tidak dapat di bayar oleh manusia sekalipun. Karena dia berani menginvestasikan seluruh potensi terbaiknya untuk melayani suami dan anak - anaknya."

Tya menyimak setiap ucapan yang keluar dari mulut suaminya dengan seksama. Kini tangannya berpindah melingkar di leher suaminya. "Insya Allah, Allah akan memberikanmu surga sebagai bayaran atas lelahnya kamu mengurus kami." ucapan mas Fathan membuat hati Tya menghangat.

Tya tersenyum hangat. "Rasulullah shalallahu'alaihi wasallam pernah bersabda, suami adalah pemimpin bagi anggota keluarganya, dan dia akan di mintai pertanggung jawaban atas apa yang di pimpinnya." ucap Tya. Kini bergantian mas Fathan yang menyimak ucapan istrinya.

"Apa yang kamu dapat, kamu selalu kasih itu semua untuk istrimu. Sudah kewajiban istri untuk manut kepada suaminya. Setiap seorang istri melakukan dosa, suami akan mendapatkan dosanya. Jadi, sebagai istri, aku selalu menjaga tingkah laku ku, menjaga diriku, agar apa yang aku lakukan tetap terjaga. Aku tidak mau memberi dosa kepada kamu yang bahkan rela memberikan semua hartamu kepada aku." lanjut Tya.

Mas Fathan melemparkan senyuman hangat pada istrinya. "Kamu benar, aku ini adalah seorang suami, pemimpin dalam keluarga. Tetapi kamu harus ingat, aku ini manusia biasa, yang mempunyai masa futur dalam beribadah. Maka dari itu, tolong bantu suamimu ini untuk saling mengokohkan iman."

Tya mengangguk. "Pasti. Dan tolong tegur aku jika aku melakukan kesalahan."

"Dan istriku, jangan sungkan untuk memberikan teguran buat suamimu."

Mereka saling melemparkan senyukan terbaik mereka kepada orang yang sangat mereka cintai. Mereka berpelukan menyalurkan kehangatan, sampai lupa kalau ada baby Jay yang sedari tadi memperhatikan mereka dengan wajah bingungnya.

"Undaaa!" panggil baby Jay dengan suara lembutnya.

Mata Tya terbuka setelah beberapa detik terpejam menikmati pelukan yang suaminya berikan. Ia menoleh ke belakang, baby Jay masih duduk di karpet dengan mainan yang berserakan di sekitarnya, tak lupa wajah bingung yang dia tampakkan.

"Hehee, lupa kalau ada Jay," ringis Tya menggaruk pelipisnya yang tidak gatal.

Mas Fathan tertawa pelan. "Kayaknya kita butuh waktu untuk berduaan. Mas akan titip Jay ke umi beberapa hari, kita liburan berdua, mau?"

"Kemana?" Tya beranjak dari pangkuan suaminya. Menghampiri anaknya, dan membawanya bergabung di atas kasur.

"Keluar." jawab mas Fathan singkat.

"Luar kota?"

"Negeri."

Tya melotot kaget. "Aku belum tega ninggalin Jay sejauh itu mas."

ibu sambungTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang