.
.
.
.
.
.
.Tok~tok~tok~
" Naori.. boleh papa masuk ? " Itachi mengetuk pintu kamar putrinya tiga kali sebelum bertanya.
" Masuklah papa, pintunya tidak terkunci " terdengar suara Naori yg mengalun lembut dari dalam kamar menanggapi sang ayah Itachi.
Itachi membuka pintu kamar putrinya dan duduk di tepi ranjang yg ada di kamar Naori.
" Apa yg kau lakukan ? Kau mengirim pesan pada Shikadai ? Padahal dia baru saja pergi tiga puluh menit yg lalu " ungkap Itachi saat melihat putrinya tengah sibuk dan fokus pada layar komputernya.
" Tidak papa, aku membalas email kak Sarada, dia sedang menjalankan misi sebagai sensei di akademi Kumo selama tiga bulan kan, terakhir kali aku membalas emailnya terlalu lama dan dia membalas dendam padaku dengan mengacuhkan email balasan dari ku, jahat sekalian " Naori menjawab seraya berbalik menghadap sang ayah sambil tersenyum kecil memikirkan kakak sepupunya Sarada yg terkadang sering bertingkah konyol layaknya anak anak saat marah.
" Ya,, dia adalah gadis Uchiha, jangan main main dengannya Naori " balas Itachi dengan nada bercanda pada putrinya, Naori hanya tertawa kecil mendengar perkataan ayahnya.
" Lagi pula kenapa papa sensitif sekali tentang aku dan Shikadai ? Apa papa tidak suka padanya ? " Naori bertanya dengan nada yg sangat lembut, dia tidak mau membuat ayahnya tersinggung atau sakit hati karna pertanyaannya.
" Shikadai pria yg baik, latar belakang keluarganya pun bagus, sejak dulu klan Nara tidak pernah bermasalah, papa lumayan menyukai kekasih mu itu " Itachi diam sejenak sebelum melanjutkan " papa terkadang hanya sering kali lupa jika putri kecil papa ini sudah cukup dewasa bahkan kau sudah memiliki seorang kekasih " Itachi kembali terdiam, dan Naori yg tau bahwa ayahnya belum selesai bicara memutuskan untuk tetap diam dan membiarkan Itachi melanjutkan ucapannya.
" Mungkin kau lupa Naori, dulu saat kau anak kau sering kali mengatakan bahwa kau tidak butuh menikah karna kau punya papa, terkadang papa tidak bisa berpaling dari masa itu " Itachi melanjutkan perkataannya dengan memandang wajah putrinya lekat, putrinya Naori begitu mirip dengan Hinata, yg membedakan mereka hanya sikap dan mata onyx khas klan Uchiha yg di miliki Naori.
" Aku tidak pernah lupa papa, aku ingat semua yg aku ucapkan, tapi saat itu aku selalu berpikir bahwa tidak akan ada pria yg bisa mencintai ku seperti papa mencintai mama " Itachi sedikit bingung dengan arah pembicaraan Naori saat ini " papa tau kan, bagi ku papa adalah papa terbaik di dunia " wajah Itachi bersemu sedikit kemerahan setelah mendengar perkataan putrinya " papa adalah panutan ku, sejak dulu aku selalu ingin memiliki pendamping hidup seperti papa, dan dulu aku berpikir aku tak akan mendapatkan yg seperti papa, karna itu aku mengatakan aku tak butuh menikah selama aku punya papa " Naori merindukan saat bercerita seperti ini dengan papanya, karna itu dia bicara panjang lebar " tapi pandangan ku berubah setelah mengenal Shikadai, aku bisa melihat caranya menatap ku, seperti cara papa menatap mama " penjelasan Naori tentang Shikadai sedikit membuat Itachi bingung.
" Apa maksud mu cara Shikadai menatap mu sama dengan cara papa menatap mama mu ? " Itachi tidak bisa menahan mulutnya untuk bertanya.
" Cara papa menatap mama selalu penuh cinta, tatapan mendamba, dan memuja, seperti itu lah cara Shikadai menatap ku, itu yg membuat ku menyukainya papa " Naori yg sudah malu pada papanya memutuskan bicara sambil menundukkan pandangannya.
Itachi hanya tersenyum mendengar perkataan putrinya lalu memutuskan untuk pergi dari kamar Naori setelah memberikan paket untuknya, ya awalnya Itachi hanya masuk ke kamar Naori untuk memberikan paket atas namanya yg baru saja di antar oleh pegawai jasa pengiriman, tapi Itachi dan Naori justru terlibat perbincangan panjang yg cukup membuat Itachi merasa bahagia.
.
.
.
.
.
.
KAMU SEDANG MEMBACA
PANTASKAH ITAHINA [ITACHI HINATA]
RomanceBerlatar belakang setelah perang besar dunia Shinobi ke empat, dan Itachi yg masih hidup mengorbankan sharingan kirinya untuk membuat Kabuto melepas jutsu Edo tensei dengan menggunakan Izanami. Setelah perang besar itu semua orang mengangg...