The End

115 24 2
                                    



      Saat ini Itachi dan Akira kini tengah berdiri saling berhadapan, semua bermula ketika Itachi meminta Akira untuk berlatih bersama, tapi latihan mereka kini berujung pada keduanya yg siap untuk berduel.

     Akira merasa kebingungan dengan sikap ayahnya yg seolah mengkonfrontasi dirinya dan mencoba mengujinya, tapi Akira menyanggupi keinginan Itachi untuk berduel.

     Walaupun sangat sulit bagi Itachi untuk melihat Akira putranya sebagai target dari semua jutsunya tapi dia harus melakukan hal itu guna memperbaiki sikap buruk Akira yg kini mulai menguasai diri putranya tersebut.

     Mereka berdua saling melemparkan pukulan dan jutsu jutsu andalan mereka, tapi Itachi tentu saja dengan semua pengalaman dan keterampilannya mampu mengalahkan putranya hanya dalam waktu kurang dari tiga puluh menit.

     Kini ayah dan anak tersebut sedang duduk berdampingan di tengah padang lapang setelah kelelahan akibat dari duel mereka mereka berdua yg mengakibatkan wajah Akira berhiaskan beberapa luka lebam yg di berikan oleh ayahnya sendiri.

     " Apa kau tau bahwa tou-san dengan sengaja memancing mu agar kau bersedia untuk berduel dengan tou-san " tanya Itachi setelah dirinya merasa cukup waktu untuk beristirahat.

     " Tentu saja aku tau, tou-san tidak pernah begitu bersemangat untuk berlatih ataupun berduel sebelumnya, maka jika tou-san melakukannya berarti tou-san memang menginginkannya, dan aku tau ada alasan di balik ini " jawab Akira dengan nada bicara yg tegas dan pasti kepada ayahnya.

     " Tou-san hanya ingin kau ngerti bahwa kekuatan itu di bentuk dari banyaknya berlatih dan pengalaman, bukan sesuatu yg di wariskan dari orang tua mu " Itachi diam sejenak sebelum melanjutkan.

    " Selama ini ayah melihat kau begitu pongah karna marga Uchiha yg tersemat di nama mu dan juga klan Hyuga yg selalu berada di belakang mu, hingga meremehkan orang lain" Itachi melirik ke arah putranya sesaat, terlihat putranya hanya diam termenung.

    " Kau begitu pongah dan bertarung dengan rekan satu tim mu yg berakhir pada kekalahan di pihak mu, kau terlalu acuh pada perkembangan kemampuan teman mu dan terlalu menjunjung ego mu, berpikir bahwa sampai pun kau akan tetepa memang dari Metal Lee" sebelum Itachi membuka mulut untuk melanjutkan perkataannya Akira sudah lebih dulu menyela.

    " Aku sama sekali tidak pongah tou-san, bukankah tou-san sendiri yg mengatakan dalam pertarungan kita harus memiliki kepercayaan diri bahwa kita mampu mengalah lawan kita " Akira menjawab dengan suara yg cukup lantang.

    " Itu bukan kepercayaan diri, kepercayaan diri dan rasa sombong hanya dipisahkan oleh benang pembatas yg begitu tipis, jangan melewati batas dengan mengatakan bahwa kesombongan mu adalah kepercayaan diri " Itachi mematahkan argumen putranya dengan telak.

    " Dengarkan tou-san baik baik Akira, jangan bertumbuh lebih kuat seorang diri, tapi tumbuh lah lebih kuat bersama teman teman mu dan mencoba untuk bisa saling mengandalkan, kau percaya bahwa teman teman mu sama kuatnya dengan mu, mereka memiliki kemampuan yg setara dengan mu, jangan merasa lebih unggul, bagilah beban mu pada teman teman mu, berkali kali tou-san melihat peperangan dan yg mampu memenangkan peperangan bukan lah hanya karna kekuatan tapi kerja sama " setelah bicara panjangan lebar Itachi mendekati putranya yg saat ini sudah duduk tertunduk.

     Itachi tau kali ini Akira akan mendengarkannya, Itachi mengenal putranya dengan sangat baik, saat Akira diam dan tidak lagi melontarkan argumennya itu berarti putranya sudah mengerti dan mengakui kesalahannya.

    " Perbaiki lah hubungan mu dan Metal dan mulai untuk percaya pada kemampuan mu Akira " Itachi bicara seraya menepuk lembut pundak putranya

   " Baik lah tou-san, maaf kan aku, aku tau aku bersalah " Akira bersedia menuruti perkataan Itachi tanpa bantahan, karna jauh di dalam hatinya dia pun merasa bersalah pada Metal Lee.

    Akira mungkin sedikit angkuh dan sombong tapi di dalam dirinya tidak hanya mengalir darah Uchiha Itachi, tapi juga darah dari Hyuga Hinata yg begitu lembut dan perasa.

   " Baik lah ayo pulang, tou-san sudah lapar, dan jika kaa-san bertanya tentang wajah mu yg babak belur jangan katakan itu karna tou-san, Hinata akan marah jika dia tau" Itachi bicara sambil menarik tangan putranya untuk bangun dan berjalan bersama.

    " Setelah lama menikah tou-san masih saja takut pada kaa-san "

    " Hey kaa-san mu menyeramkan saat marah "

    Sepasang ayah dan anak itu berjalan menuju rumah mereka dengan saling melempar candaan.


















The End
   
    

PANTASKAH ITAHINA [ITACHI HINATA]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang