Bagian 7

231 6 0
                                    

♡♡♡

"Disini saja" Ana meminta Rafael menghentikan mobilnya padahal pintu gerbang ke kampus Ana masih cukup jauh.

"Ada apa? Bukankah ini masih jauh" tanya Rafael bingung.

"Aku bisa berjalan kaki, terima kasih tumpangannya" Ana membuka pintu dan segera keluar.

"Kau yakin baik-baik saja?" Rafael menurunkan kaca mobil, memperhatikan Ana yang terlihat kacau namun ia menutupi itu dengan senyuman, Hei ayolah! siapa yang akan tetap baik-baik saja setelah membunuh seseorang apalagi jika itu kekasihmu sendiri, masih beruntung Ana tidak gila, atau mungkin sebentar lagi.

"Aku tidak ingin menjadi pusat perhatian jika ke kampus di antar oleh mobil mewah, itu akan terlihat mencolok" ujarnya memaksakan tawa.

"Baiklah, jaga dirimu"

Rafael pun meninggalkan Ana sendirian, membiarkan gadis itu berjalan kaki sesuai keinginannya, Ana memijat pelipisnya yang mendadak pening, bukan pilihan tepat sebenarnya berjalan kaki menuju kampus di cuaca sepanas ini tetapi ia benar-benar benci jika menjadi pusat perhatian apalagi hari ini kampus akan geger karena kabar kematian Eric.

"Kenapa kau disini?" Nora menghentikan mobilnya tepat di samping Ana.

"Ahh! Aku.." Sial! entah kenapa Ana menjadi gugup.

"Siapa pria tadi? Aku melihatmu keluar dari mobilnya.

"Rafael, kau juga mengenalnya.."

"Oh pria itu, kalau begitu ayo masuk" Nora membuka pintu dan Ana segera masuk.

"Kenapa kau turun disini?"

"Akan aneh jika aku keluar dari mobil seorang pria di saat seperti ini" ujar Ana lemas.

"Hm, kudengar Eric meninggal" Nora menatap Ana yang hanya bisa menelan ludah.

"Aku tidak menyangka, secepat itu Eric meninggalkan kita, kurasa baru kemarin kita makan bertiga di kantin" Nora menunjukkan ekspresi sedih.

"Padahal kami akan menikah" Ana akhirnya berbicara, setelah membasahi kerongkongannya yang terasa kering dengan ludah , ia menatap cincin yang bertengger di jari manisnya, Nora ikut melirik, dan raut wajahnya berubah masam, sebulir air mata kembali jatuh dari pelupuk mata Ana, ia tentu saja masih merasakan sakit karena kehilangan kekasihnya, terlepas dari semua cerita-cerita buruk tentang Eric dan juga foto-foto Eric bersama dengan wanita lain termasuk Nora, Ana rasanya tidak ingin percaya di dalam hatinya Eric masihlah pria terbaik, hanya dia yang bersedia menjadi teman, saat Ana baru saja menginjakkan kaki di Barcelona, hanya Eric yang selalu ada setiap kali ia mengalami kesulitan dan membantunya keluar dari masalah.

♡♡♡

Mobil berhenti di halaman kampus, membuyarkan lamunan Ana tentang kebersamaannya dengan Eric, berbagai macam karangan bunga ada di depan kampus, turut berduka cita atas meninggalnya salah seorang mahasiswa di kampus tersebut, saat Ana keluar dari mobil, beberapa mahasiswi menatap sendu ke arah Ana padahal sebelumnya mereka bahkan tidak pernah menganggap Ana ada.

"Kami turut berduka cita, semoga Eric tenang di dalam surga" ungkap mereka tulus, dan Ana hanya mengangguk.

Nora merangkul pundak Ana, memberinya kekuatan, mereka berdua pun berjalan masuk ke dalam kelas, tidak berbeda jauh dengan keadaan di luar sana, di dalam kelaspun suasana masih di selimuti dengan duka, banyak yang menyayangkan kematian Eric, pria itu terkenal baik dan ramah pada siapa saja membuat Ana semakin merasa bersalah dan tidak sanggup untuk tidak meneteskan air mata.

DANGEROUS MANTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang