Bagian 21

139 5 0
                                    

♡♡♡

Nora terduduk lemas berusaha menghindari harimau besar yang terus menerus mengendusinya, matanya membola saat melihat Ana ada di hadapannya.

"Ana, Lo Siento" Nora berusaha bangun, ia mencengkram jeruji besi dengan kuat.

Tatapannya nanar memandang ke arah Ana yang ingin berjalan mendekat ke arahnya namun berhenti karena tangannya di cekal oleh pria yang ada di belakangnya.

"Disini saja" ujar Dario datar, ia ikut memandang Nora, dengan tatapan pembunuhnya yang kental.

Nora meneguk ludah kasar, ia menyesali dirinya yang begitu bodoh karena telah berani bermain-main dengan pria seperti Dario Rivera.

"Ana.." Nora kembali bersuara, tapi suaranya seperti tercekat, dadanya menjadi sesak karena kini matanya penuh dengan air mata.

Ana menoleh ke arah Dario, entah sejak kapan pipi gadis itu juga ikut banjir air mata. Ah! Dario paling benci melihat drama air mata seperti ini.

"Ku mohon lepaskan dia" mohon Ana. Ia mencengkram kuat lengan Dario.

"Ana, Apa kau tidak waras? Dia baru saja mencelakaimu!"

"Tapi dia Nora" lirih Ana.

"Lalu kenapa jika dia Nora? Dia bahkan tidak pernah menganggapmu sahabat, kau tahu itu dengan baik Mi Amor"

"Aku sangat menyesal Ana, tolong beri aku kesempatan lagi" pinta Nora.

Melihat penyesalan di dalam bola mata Nora, Ana semakin tak kuasa untuk membendung air matanya, ia memang bukan pribadi yang pendendam, terlepas dari apa yang sudah Nora lakukan kepadanya, ia masih menganggap Nora sebagai sahabatnya.

Siapa yang tidak bisa melakukan hal gila jika terlalu menginginkan sesuatu? Bukankah Dario juga melakukannya? Ana mewajarkan tindakan Nora, jika tahu lebih awal mungkin Ana akan membatasi hubungannya dengan Eric waktu itu, atau ia bisa saja menjadi mak comblang antara Eric dan Nora. Tapi apalah arti kata andai itu?.

"Dario.. Tolong lepaskan Nora, aku akan menuruti semua keinginanmu, kau bebas melakukan apa saja padaku" Ana berujar lirih.

Untuk mendapatkan sesuatu bukankah selalu ada harga yang harus di bayar?

"Aku benci memberi pengampunan, dalam kamusku No Mercy!" tegas Dario.

Tawaran Ana memang menarik, tetapi ia tidak mungkin menjilat ludahnya sendiri, walaupun sudah, yah untuk pertama kalinya dalam hidup Dario ia memberi pengampunan pada pelayan yang telah membantu Ana kabur waktu itu.

Ana berjinjit, merengkuh wajah Dario dan langsung melumat bibir pria itu, Dario spontan membalas, menarik tengkuk Ana agar ciuman mereka semakin dalam, lalu setelah beberapa saat ciuman terlepas.

"Apa kau tidak menginginkan hal lebih?" tawar Ana lagi, ia mengangkat sudut bibir membentuk senyum yang terlihat di paksakan.

God damn!

Mendengar hal itu membangkitkan sesuatu di balik celana Dario, ia ingin membawa Ana naik ke atas ranjang sekarang juga, membuat Ana mendesah berkali-kali hingga menyesali keputusannya memberikan tawaran sejenis itu.

Dario memang tidak pernah berhubungan seks sebelum bertemu dengan Ana, tapi bukan berarti ia tidak pro dalam urusan itu, hei dia pria dewasa.
Bisa di bilang Ana adalah orang pertama baginya dan ia pastikan bahwa gadis itu juga yang akan menjadi orang terakhir.

"Kau yakin dengan keputusanmu?" Tanya Dario lagi dan Ana mengangguk mantap.

Mulai detik ini hidup yang Ana miliki bukan lagi miliknya melainkan milik pria tidak waras yang telah menjungkir balikkan di dunianya.

DANGEROUS MANTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang