Bagian 22

109 1 0
                                    

♡♡♡

Sudah tiga minggu Ana di rawat di mansion Dario, pria itu begitu protektif terhadapnya, tidak banyak yang bisa Ana lakukan selama beberapa hari ini, ia bahkan di larang beranjak dari atas ranjang kecuali jika ingin mandi dan buang air saja.

"Dario, aku sudah baik-baik saja" ujar Ana kesal karena belum di perbolehkan untuk masuk kuliah.

"Tidak sayang, kau masih harus beristirahat, agar lukamu cepat pulih"

"Bahuku sudah tidak sakit" Ana menggoyangkan bahunya kemudian meringis,  luka tembak benar-benar menyakitkan.

"Sudah kubilang kan, jangan keras kepala lagi, beristirahatlah aku akan meminta Brenda membawa sarapan untukmu" Dario mengelus puncak kepala gadisnya lalu berjalan keluar ruangan meninggalkan Ana yang hanya bisa menghela napas pasrah.

"Padahal tadi tidak sakit" Ana kembali menggoyangkan bahunya dan kembali meringis.

Sial!

Di dalam kamar, Ana berjalan dan memandang keluar jendela, perlakuan Dario akhir-akhir ini begitu manis, Ana mulai terbiasa dengan perlakuan pria itu yang selalu mampu menciptakan rona merah di pipinya, mulai dari menyuapinya padahal ia hanya tertembak di bahu kirinya, membelikannya camilan kesukaannya setiap pulang bekerja, Dariopun tak jarang menemaninya menonton drama Korea dan malam ini Ana berencana mengajak Dario untuk kembali menonton serial Netflix yang berjudul Purple Heart yang di perankan oleh Sofia Carson dan Nicholas Galitzine.

Di dalam ruang kerjanya, Dario mengamati gerak-gerik gadisnya di balik layar laptop, rupanya ia sudah memasangi cctv di kamar Ana, entah sejak kapan, Dario mengulas senyum saat Ana patuh mendengarkan perintahnya untuk tidak terlalu banyak beraktivitas, setelah makan siang dan meminum obatnya, gadis itu hanya duduk di atas ranjang, sesekali berbaring, menonton tv atau membaca novel saja, ia terlihat bosan namun terus  melakukan kegiatan itu berulang-ulang.

Dario merasa gemas melihat kelakuan Ana, ia tidak sabar menunggu Ana cepat pulih agar ia bisa segera menyatukan dirinya dengan gadis itu.

"Tuan" Rafael mengetuk, kemudian membuka pintu.

"Saatnya meeting" ujar pria itu sopan, Dario segera menutup laptop dan mengikuti Rafael masuk ke dalam ruang rapat.

Salah seorang karyawan Dariopun melakukan presentasi, menunjukkan proyek-proyek yang akan segera mereka laksanakan, Jumlah yang di butuhkan untuk proyek ini begitu besar, uang sebenarnya bukan masalah bagi DRV Group, namun ia benci kata gagal, jadi sebelum menyetujui untuk menjalankan sebuah proyek ia harus memikirkannya matang-matang agar tidak terjadi sesuatu yang tidak di inginkan.

"Pendapatan perusahaan akan meningkat jika kita berhasil dengan proyek ini Sir" ujar salah seorang karyawan.

"Sebelum memikirkan keuntungan, lebih baik jika kau memikirkan ulang rencana pembangunanmu itu, jangan asal memilih hanya karena tergiur dengan pendapatan yang lebih tinggi" setelah mengatakan itu Dario menutup berkas dan meninggalkan ruang rapat di susul oleh Rafael.

"Apa jadwalku setelah ini?"

"Secret meeting" jawab Rafael berbisik.

Pukul tiga siang, mobil Dario meluncur menuju Barrio Gotico, tempat itu terkenal karena banyaknya bangunan kastil yang bersejarah, banyak wisatawan yang mengunjungi tempat itu untuk melihat-lihat bangunan indah yang ada disana.

Namun bukan itu tujuan Dario, disana ada sebuah bar yang selalu menjadi tempat ia menjalankan bisnis rahasianya.

Dario masuk ke dalam sebuah ruangan dengan zona merah, hanya orang-orang tertentu yang bisa masuk kesana dan Rafaelpun menunggu di luar bersama para asisten-asisten bos perusahaan besar lainnya.

DANGEROUS MANTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang