♡♡♡
Sejak tadi Dario memperhatikan Ana yang sedang sibuk di dapur, gadis itu begitu telaten melakukan pekerjaannya, ia juga pandai menggunakan pisau dapur, nyaris terlihat seperti chef sungguhan, melihat Ana mondar mandir di dapur, Dario seperti melihat gambaran masa depan tepat di depan matanya, ia mengulum bibir menahan senyum entah kenapa ia merasa sangat bahagia, dia tidak pernah merasa sebahagia ini sebelumnya, dan jika di perhatikan gadis itu terlihat sangat cantik padahal tampilannya biasa saja, hanya menggunakan kaos oversize dan juga jeans mini di tambah celemek yang melingkar di pinggang, lalu rambutnya di kuncir sehingga menampakkan leher indahnya yang seolah mengundang untuk di kecup.
"Apa ada yang bisa ku bantu sayang?" Dario bertanya.
"Kau cukup duduk dan diam saja, itu sudah sangat membantuku" jawabnya dengan mata tetap fokus memasukkan bahan makanan ke dalam panci.
Dario terkekeh mendengar jawaban Ana.
"Apa ada yang lucu?" Mata Ana menoleh ke arah Dario yang masih tertawa.
"Tidak ada, lanjutkan pekerjaanmu" Ana kembali fokus dengan pekerjaannya.
"Kurasa kau memang perlu memeriksakan kejiwaanmu" gumam Ana.
Tidak butuh waktu lama dengan hati-hati, Ana menyiapkan makanan di atas meja ada Patatas Bravas, kentang goreng renyah yang di campur manchego cheese dan di percantik dengan mayonnaise dan sauce yang sedikit pedas di atasnya.
"Ini makanan favoritku di Madrid" lirih Ana, ia merindukan Madrid dan juga membencinya, Dario hanya menatap gadis itu yang terlihat berusaha menyembunyikan lukanya lewat senyum yang di paksakan.
Lalu Ana juga menyiapkan Beetroot Salad, Ubi bit merah di lengkapi dengan irisan mentimun, tomat, bawang bombay, fresh selada, selada ungu dan baby spinach yang di siram dengan sauce balsamic. Di tambah Tomato Anchovies Toast, sepotong roti panggang yang renyah, di potong kotak kotak yang di olesi minyak ikan teri dan bawang putih, pure tomat dan irisan ikan anchovy atau sejenis ikan teri yang gurih dan lembut bersamaan taburan garam di atas nya dan terakhir ada Chorizo, sosis babi yang sudah di fermentasi.
"Aku tidak tahu apa makanan kesukaanmu, aku hanya memasak makanan yang kusuka" Ana duduk di meja makan dan berhadapan dengan Dario.
"Aku suka semuanya kecuali ini" Dario menunjuk sosis babi yang sudah di panggang.
"Kau tidak suka sosis?"
"Ya itu terlihat aneh, sejujurnya aku tidak makan daging"
Ana menyodorkan piring berisi Beetroot salad dan Tomato Anchovies Toast.
"Kalau begitu makan ini saja" ujar Ana sambil menguyah sosis babinya yang lezat.
Makan malam selesai, baru saja Ana ingin beranjak dari tempat duduk untuk membersihkan meja, tangannya di tahan oleh tangan kekar Dario.
"Ada apa?"
"Apa yang terjadi dengan Ayahmu?" Dario tidak mampu menahan rasa penasarannya kini hingga ia pun memberanikan dirinya untuk bertanya.
Ana menarik tangannya, mencoba tersenyum.
"Bukan apa-apa" jawabnya lalu berjalan menuju wastafel untuk mencuci piring, perasaannya kembali kacau saat mengingat kejadian itu. Ia ingin melupakan semuanya, bukankah itu adalah alasan terbesar ia nekat pindah ke Barcelona seorang diri, Ana berharap kota indah itu bisa membuatnya melupakan kenangan buruknya.
"Ana.. Aku tahu kau sedang berusaha untuk menyembunyikan lukamu" entah sejak kapan Dario ada di belakang Ana, memeluknya dari belakang dan meletakkan dagunya di bahu Ana.
"Lepaskan aku, aku tidak bisa bergerak" Ana meronta namun pelukan Dario semakin erat.
"Kau harus berbagi lukamu padaku, aku tidak suka melihat wajahmu yang cantik di hiasi kesedihan" hati Ana mendadak seperti di remas, apakah ini saatnya untuk berbagi kesedihan, ia sudah lama menanggung bebannya sendirian, ia bahkan tidak berani menceritakan masalah ini pada Eric, tapi apakah pria yang kini memeluknya benar-benar bisa di percaya? Ana memejamkan mata dan setitik air mata jatuh dari pelupuk matanya.
"Bicaralah sayang, aku siap mendengarkan keluh kesahmu" Dario berujar lembut, sangat lembut hingga mampu menggetarkan hati Ana, Ana akhirnya menghela napas panjang sebelum kembali membuka suaranya.
"Aku pernah di lecehkan" lirihnya, Ana merasa tubuh Dario menegang lalu pelukan eratnya perlahan mengendur.
"Oleh ayahku sendiri" tangis Ana pecah, ia merasa begitu kotor dan menyedihkan, tangan Dario jatuh di antara kedua tubuhnya, jadi ini alasan kenapa Ana meninggalkan Madrid dan enggan kembali lagi.
Sialan! Berani sekali pria itu menyentuh wanitanya.
Ana masih membelakangi Dario suara isak tangisnya semakin terdengar, Dario pun memutar tubuh Ana hingga kini mereka kembali berhadapan lalu di peluknya tubuh yang terlihat lemah itu.
"Apa kau ingin aku membunuh orang yang sudah membuatmu seperti ini?" tanya Dario tegas.
"Jangan, bagaimanapun juga dia adalah Ayahku" Ana masih saja menangis.
"Aku menyayanginya, aku tidak ingin kehilangan orang yang kusayangi untuk kedua kalinya" cicit Ana.
"Tapi dia sudah membuatmu menderita sayang"
"Dia tidak sengaja" Ana melepas pelukan, dan kembali duduk di kursi.
"Malam itu Ayah baru saja kehilangan pekerjaan, dia mabuk berat dan mengira aku adalah Ibu, dia..." Ana tidak mampu melanjutkan kata-katanya, namun genggaman tangan Dario mampu menguatkannya, di tatapnya pria yang kini ada di hadapannya, mata pria itu ikut berkaca-kaca. Dario mungkin akan menyesali keadaannya nanti, kenapa ia jadi melankolis begini, sejak kapan ia ikut bersedih hanya karena mendengar cerita orang lain, Ia bahkan tidak peduli saat seseorang menangis darah memohon ampunan ketika mereka telah berani mengganggu ketenangan pria itu, Rafael sudah pasti akan tertawa kencang jika melihat raut wajah bosnya yang sekarang persis seperti kucing yang baru saja di pukuli.
"Dia melecehkanku, dia merenggut kehormatanku..." lirih Ana pelan dan suaranya mengecil di kalimat terakhir.
"Aku tidak mampu membencinya, karna dia adalah Ayahku, Ayah kandungku Dario, memalukan bukan?" Ana menyembunyikan wajahnya di atas meja, ia merasa marah, kecewa, sedih dan juga malu, perasaan itu berkumpul menjadi satu dan meremukkan seluruh tubuhnya.
"Aku hilang akal, aku sudah mencoba untuk bunuh diri tapi aku tidak mati, hari itu aku yakin sudah mengiris nadiku begitu dalam tapi lucunya aku masih hidup sampai sekarang" Ana mengangkat tangan dan menunjukkan bekas luka irisan yang ada di lengannya, melihat bekasnya saja Dario tahu bahwa Ana benar-benar mengiris urat nadinya.
"Tidak apa-apa sayang, semua akan baik-baik saja aku akan membantumu melupakan kejadian mengerikan itu" Dario mengecup bekas luka Ana lama dan menarik gadis itu kedalam pelukannya.
Hati Ana tersentuh, ia pikir tidak akan ada orang yang mau menerima masa lalunya tetapi Dario terlihat sungguh-sungguh, apa pria ini benar-benar mencintainya? Ah Ana sampai lupa pria ini tidak waras tapi Ana tidak akan mengelak bahwa perasaannya mendadak tenang dan ia merasa nyaman berada di dalam pelukan pria itu.
"Tuhan, untuk sejenak biarkan aku lupa bahwa pria ini yang telah membuatku membunuh kekasihku sendiri" batin Ana.
♡♡♡
KAMU SEDANG MEMBACA
DANGEROUS MAN
RomanceFOLLOW SEBELUM MEMBACA✅ Penyesalan terus mendera raganya, setelah kejadian hari itu, di depan matanya, ia harus melihat kekasihnya meregang nyawa dengan peluru menembus kepala, dan yang lebih menyakitkan adalah karena ia sendiri yang menarik pelatuk...