Protected by Indonesian law (copyright law of the Republic of Indonesia No. 19 of 2022).
There is no part in this book that can be taken, imitated, diplomatic, reprinted without the author's permission. This work is a fiction, all stories are purely author imagination. If there is a common background, place and name, it is purely accidental.
⛔⛔⛔
Ibu jari Sabrina terus naik turun di layar ponselnya, pandangannya serius melihat foto-foto yang ia gulir sejak tadi. Seperti tidak punya kegiatan lain, gadis itu hanya duduk di pojokan dekat kaca yang mengarah pemandangan di luar toko. Sudah sejam ia hanya melihat ponselnya.
Wanita dengan rambut lurus panjang cokelat yang tergerai dengan cantik itu, memilih duduk di pojokan dekat kaca. Sengaja ia memilih tempat itu, obsidian cokelatnya mengarah ke luar. Memandangi kegiatan orang lain dari sana.
"Mbak Sabrina, Agus mau antar pesanan sekarang." Suara Tiwi, pegawai toko Sabrina memberitahu.
Sabrina hanya mengangguk dan pandangannya kembali fokus ke layar ponsel.
"Tadi kata Mbak Sabrina, mau sekalian nitip makanan ke Agus?" Tiwi memastikan lagi.
Sabrina menggeleng tanpa menoleh.
"Ya udah, kalau gitu, Agus jalan sekarang ya, Mbak?" tanya Tiwi.
Sabrina mengibas-ibaskan tangan kirinya yang bebas, mengisyaratkan bahwa lebih baik Agus segera jalan. Tiwi langsung pergi dari sana dengan menggeleng. Sudah sejam, bosnya hanya menatap layar ponsel dengan tatapan kosong. Entah sedang melihat atau mencari apa?
Bosnya seperti orang galau.
Tiwi juga tidak mau tahu soal itu, ia kembali bergelut dengan bunga-bunga yang akan ia rangkai untuk pesanan nanti sore.Helaan napas panjang keluar dari hidung Sabrina.
"Mahen ... kamu lagi apa?" tanyanya pada foto di layar ponselnya."Aku kangen...."
Air muka Sabrina berubah murung setelah mengatakan itu. Pikirannya melayang pada tiga bulan yang lalu, sebelum ia mengakhiri hubungannya bersama Mahen.
Ia dan Mahen menjalin hubungan spesial sudah berjalan selama dua tahun. Dua tahun yang sangat mengesankan. Bagaimana tidak?
Mahen, pria bertanggung jawab, sangat menyayangi Sabrina, dan ia juga sudah sangat dekat dengan keluarga Sabrina.Sebenarnya dalam hubungan mereka tidak ada masalah serius. Hanya kecemburuan Sabrina yang menggila saat mantan Mahen yang bernama Sasa, datang kembali. Sabrina tahu, kalau Sasa ingin merebut Mahen kembali. Bukan asal fitnah, Sabrina melihat dengan mata kepalanya sendiri, kalau Sasa selalu saja menempel dengan Mahen ketika mereka sedang berdua.
Saat itu, Sasa selalu datang menghampiri Mahen di rumahnya. Ternyata, sudah empat hari berturut-turut Sasa datang ke rumah Mahen. Sabrina mengetahui itu dari Sasa langsung, saat mereka bertiga sedang duduk di ruang tamu rumah Mahen.
Tentu saja Sabrina terkejut. Mahen tidak menceritakan hal itu sama sekali, seakan-akan ia menutupinya. Sabrina kesal. Marah. Kecewa. Merasa dibohongi.
Sabrina memutuskan meninggalkan rumah Mahen. Ia sudah tidak mood untuk mengobrol bahkan tersenyum pada Mahen. Pria itu tahu apa yang dirasakan Sabrina, ia pun tidak menghalanginya.
Saat malam, giliran Mahen yang datang berkunjung ke rumah Sabrina dan mengajaknya makan malam. Namun ternyata, bukan makan malam yang terjadi. Pertengkaran sengit terjadi di dalam mobil Mahen saat perjalanan menuju tempat makan mereka biasa, pecel lele Mang Ahmad di pinggiran pusat Jakarta.
"Kamu marah sama aku?" tanya Mahen. Suasana di dalam mobil begitu sepi, Sabrina diam saja sejak ia memasuki mobil. Wanita itu hanya melihat pemandangan di luar dari kaca di sampingnya. Gestur tubuhnya sudah menandakan, ia sangat marah.
"Menurut kamu?" Sabrina balik bertanya.
"Seharusnya, kamu enggak usah ambil serius ucapan Sasa." Mahen dengan nada kalem memberitahu Sabrina.
"Enggak serius bagaimana? Kamu enggak bilang ke aku, kalau si micin itu selalu datang ke rumah kamu."
"Na, jangan emosi gitu. Aku enggak bilang, karena itu semua enggak penting." Mahen masih tenang.
"Kamu ngerti, enggak, sih?! Aku cemburu sama dia! Dia gencar deketin kamu, padahal dia tahu, kalau aku masih pacar kamu!"
Mahen menoleh ke Sabrina. Kekasihnya sudah benar-benar memuncak, ia menepikan mobilnya ke tempat sepi dan berhenti di sana.
"Na, maafin aku, ya? Tapi beneran, deh, Sasa itu bukan masalah. Kamu, kan tahu, keluarga kita sudah saling kenal dan setuju dengan hubungan kita. Seharusnya kamu lebih bisa percaya dengan ucapan aku, Na," jelas Mahen.
"Aku ngerasa dibohongin sama kamu," ujar Sabrina dengan tatapan terluka.
"Aku enggak bohong-"
"Iya, kamu enggak bohong. Tapi, kamu enggak cerita soal dia ke aku!" potong Sabrina dengan intonasi yang tinggi.
"Ya Tuhan, Na. Aku harus apa biar kamu percaya? Aku enggak bermaksud membohongi kamu," tanya Mahen lemah.
"Kita putus aja!" ucap Sabrina tegas.
"Kamu serius ngomong itu?" tanya Mahen tidak percaya.
Sabrina tidak menjawab, ia hanya menatap Mahen dengan pandangan marah.
"Na, ini hal sepele."
"Menurut kamu sepele? Aku semakin yakin untuk putus dari kamu," balas Sabrina.
Ia melepas sabuk pengaman dan akan membuka pintu. Namun pintunya terkunci otomatis.
"Buka pintunya," perintah Sabrina.
"Kalau kamu keluar dari mobil ini, kita beneran putus, Na," ucap Mahen. Ia masih berusaha menahan kekasihnya untuk pergi.
"Buka pintunya. Sekarang!" Sabrina tetap bertahan dengan pendiriannya.
Mahen pun tidak bisa menahannya lagi, ia tidak mau memaksa Sabrina. Jika memang wanita itu ingin mengakhiri ini, maka, akan berakhir. Mahen tidak ingin menahan seseorang untuk bersamanya jika orang tersebut memang tidak menginginkannya. Mahen membuka kunci otomatisnya. Pintu pun berbunyi, menandakan tidak terkunci.
Sabrina tidak menunggu waktu lama, ia bergegas keluar dari mobil dan berjalan sebentar, ia meraih ponselnya dari dalam tas kecilnya. Segera melakukan pemesanan ojek online.Mobil Mahen masih di sana. Pria itu memantau Sabrina dari dalam mobil. Ia takut terjadi sesuatu pada Sabrina. Namun, Ia juga berharap Sabrina akan kembali masuk ke mobilnya dan mengatakan ia menyesali keputusannya.
Hingga ojek pesanan Sabrina datang, dan wanita itu segera menaikinya. Mahen hanya menghela napas, sepertinya keputusan Sabrina sudah bulat. Ia pun berlalu meninggalkan tempat itu.
🌹🌹🌹
KAMU SEDANG MEMBACA
Ngegebet Mantan (Lagi!)
ЧиклитSabrina (27), wanita dewasa yang ternyata gagal move on dari sang mantan-Mahen (30). Walau kesibukannya sebagai florist menyita perhatiannya, nyatanya bayangan Mahen selalu memenuhi kepalanya. Bahkan ia lebih rajin memantau sosial media Mahen diband...