12. Makan Siang Bersama

68 9 0
                                    


Sabrina memandangi foto Mahen dan dirinya yang masih tersimpan rapi di galeri ponselnya. Semuanya foto penuh bahagia. Saat makan malam bersama di pecel lele Mang Ahmad langganan mereka, saat sedang jalan-jalan ke kebun binatang, saat liburan ke Bandung bersama Lani dan foto candid Mahen yang Sabrina ambil diam-diam ketika jalan-jalan di Kepulauan Seribu.

"Kalau masih sayang, tinggal bilang aja," ujar Rossa tiba-tiba.

Sabrina tampak terkejut sekaligus malu, ketahuan sedang memandangi sang mantan yang masih ada di hatinya. Rossa duduk di sebelah Sabrina seraya membawa teh manis hangat.

"Udah telepon Mahen?" tanya Rossa akhirnya.

Sabrina menggeleng, ponselnya sudah ia matikan dan diletakkan di atas meja ruang keluarga mereka.

"Kenapa? Malu?" tanya Rossa lagi.

Sabrina mengangguk.

"Kalau enggak ada pergerakan, nanti Mahen keburu disabet cewek lain. Mahen ganteng, tinggi, penyayang, belum lagi kalau dia pakai kacamata bacanya, makin keren." Sepertinya Ibu berniat memanas-manasi Sabrina.

"Ibu! Apa-apaan, sih? Kesannya manas-manasi aku."

"Loh?! Ibu bener, dong. Kriteria Mahen, enggak cuma kamu doang yang bakal tertarik. Cewek di luaran sana, pasti ada yang tipenya macam kamu," jelas Rossa.

Sabrina lantas berdiri.

"Aku mau ke toko aja." Ia naik ke kamarnya, merias wajahnya dengan riasan tipis dan meraih tas tangannya. Kemudian ia turun kembali, berniat untuk berpamitan dengan Rossa—ibunya.

Niat hati ingin berleha-leha di rumah, karena ibunya memanas-manasinya soal Mahen, akhirnya ia lebih memilih ke toko saja.

Setelah mobil yang dikendarainya sampai di depan The Bloom Room, ia melihat ada satu mobil yang tak ia kenali terparkir di depan toko. Mungkin saja sedang ada pelanggan siang ini.

Sabrina memasuki tokonya dan saat ia membuka pintu toko, akan ada suara bel. Seluruh penghuni toko akan tahu jika ada tamu. Sambil menenteng tas tangan dan kunci mobil yang belum sempat ia masukkan, ia berjalan menuju tempat kasir. Ada Tiwi di sana.

"Mbak Sabrina, untung aja dateng. Itu Mas Mahen nungguin dari tadi." Tunjuk Tiwi pada sesosok pria yang sedang duduk dan menghadap ke luar toko, melihat pemandangan di luar. Sabrina pun mengikuti arah telunjuk Tiwi.

Bercampur senang dan gugup mendapati Mahen sedang duduk di sana. Ia lantas berjalan menghampiri Mahen yang duduk membelakanginya.

"Ada apa nungguin aku?" tanya Sabrina ketika ia sudah ada di hadapan Mahen.

Cukup terkejut Mahen langsung ditanya seperti itu. Hanya sesaat, wajahnya kembali normal.

"Mau ngajak makan siang. Kamu sudah makan?" tanya Mahen.

"Kenapa enggak telepon aja? Daripada nungguin aku lama."

"Aku kira telepon aku enggak akan kamu jawab," jelas Mahen.

"Kamu, kan belum mencobanya," ujar Sabrina.

Sabrina mencoba memberi kode pada Mahen. Semoga saja pria itu dapat menangkap umpan yang Sabrina lempar.

Itu adalah saran Lani yang ia ikuti. Beberapa minggu yang lalu, saat mereka bertemu di Garden Cafe dan Sabrina menangis bagai orang gila. Menangisi Mahen.
Lani memberikan tips untuk menggaet mantan. Salah satunya adalah, melemparkan umpan yang menyatakan kalau kita masih memiliki perasaan pada target.

"Jadi ... mau makan siang bareng?" tanya Mahen memastikan.

Sabrina mengangguk, mereka berjalan bersisian.

Ngegebet Mantan (Lagi!)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang