第三部分 [Bagian 3] 🔞

187 18 4
                                    

Catatan :

Bagian ini mengandung tentang sudut pandang Ji Eun/Zhi En setelah ia ditinggalkan Yoongi/Yun Qi ke Shanghai.

- - -

南京/Nanjing, 1948/ Tahun 1948
Hotel
11 : 00 AM

Sepersekian detik setelah Zhi En membuka mata, hal pertama yang ia rasakan adalah vaginanya terasa becek. Seketika ia menangis. Ia takut hamil. Ia ingat betul, bahwa semalam sudah memasuki siklus pekan suburnya. Meski ia tahu jika kakaknya sudah berusaha main aman. Tapi tetap saja baginya itu tidak benar-benar aman. Kakaknya sedikit terlambat. Ia ingat, sebelum kakaknya mengeluarkan kejantanannya dapat ia rasakan ada sedikit cairan yang mengenai rahimnya. Cairan itu terasa hangat dan dapat ia yakini itu cairan sperma kakaknya.

Ia memahami bahwa itu adalah hal yang wajar. Ia juga ingat kakaknya semalaman berusaha terus menahan diri hingga kejantanannya bisa menjadi sekeras itu. Maka tidak mengherankan bahwa si empunya tak dapat mengontrol diri untuk menahan cairan putihnya. Terlebih kakaknya bukan anak-anak lagi. Usia 22 tahun sudah cukup dewasa bukan?

Hanya saja, baginya kakaknya belum dewasa secara mental. Kakaknya memilih lari dari masalah. Meninggalkannya tanpa membantunya untuk menyelesaikan semuanya. Memang inilah tipikal karakter pria pisces. Mereka suka lari dari masalah dan pengecut. Ketimbang logika, mereka lebih banyak menggunakan perasaan.

Kalau begini, ia jadi rindu dengan sosok kakaknya yang ada di masa kecilnya dulu. Kakaknya yang masih berusia belum sedewasa sekarang. Kakaknya yang ada di masa itu begitu dewasa, selalu melindunginya, menjaganya dan membuatnya tersenyum. Tapi entah kenapa semua sifat itu hilang di saat kakaknya sudah dewasa begini.

Ia jadi ingat, kakaknya pernah bilang padanya bahwa entah bagaimana pun situasinya, kakaknya akan selalu di sampingnya. Mungkin dulu kakaknya memang menepati janjinya, tapi sekarang bagi Zhi En itu hanyalah bualan semata. Kakaknya sekarang memilih lari dari masalah.

Ia bertanya-tanya perihal apa yang membuat kakaknya jadi seperti ini? Setelah lama tidak bertemu baginya kakaknya seperti orang lain. Selalu malu-malu ketika bertemu dengannya. Bahkan jarang bicara dengannya. Hanya kemarin malam saja, kakaknya mau bicara banyak padanya. Walau harus berakhir seperti sekarang. Kakaknya lari meninggalkannya.

Diam-diam pikiran ngawur mulai berlalu-lalang di benaknya. Yakni pemikiran untuk lebih baik mengakhiri hidup, sebab baginya tetap hidup pun tak ada untungnya. Apakah ada pria lain yang nantinya mau bersamanya? Apakah nanti keluarganya mau menerima ini? Semisal ia benar-benar hamil nanti.

Tapi tiba-tiba pemikiran lain mulai berseliweran. Jika ia mati bukankah itu sama artinya ia mematikan harapan hidup calon anaknya nanti? Setidaknya calon anaknya memiliki dirinya itu sudah cukup. Seperti yang ia rasakan dulu ketika kecil.

Saat kecil entah kenapa ia rasa ayahnya tidak menyayanginya. Hanya ibunya yang menyayanginya. Maka ia hanya berharap agar ibunya terus hidup menemaninya hingga tua nanti. Namun takdir berkata lain. Ibunya tiada di hadapannya beserta ayahnya. Jujur saja, malam itu ia ingin menjemput ibunya saja. Tapi sepertinya takdir belum mengijinkan hal itu. Ia dan kakaknya ditakdirkan untuk tetap hidup.

Ia paham, kakaknya dulu berusaha untuk menjadi sosok figur ayah sekaligus ibu. Namun baginya itu masih jauh dari kata sempurna. Kakaknya tidak bisa memasak nasi untuknya atau mengepang rambutnya.

Dari ingatan ini, membuatnya paham bahwa kehadiran sosok ibu jauh lebih penting. Maka ia bertekad untuk terus bertahan hidup. Tentang perkara ia nanti diusir dari rumah keluarga barunya. Ia akan berusaha sekeras mungkin bertahan hidup sendirian. Asalkan ia benar-benar hamil nanti dan menjadi cahaya untuk anaknya.

樱花 [Bunga Sakura - YOONIU FF] / ENDTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang