“𝔉𝔞𝔨𝔱𝔞𝔫𝔶𝔞, 𝔰𝔞𝔨𝔦𝔱 𝔯𝔞𝔰𝔞𝔫𝔶𝔞 𝔰𝔞𝔞𝔱 𝔱𝔞𝔥𝔲 𝔨𝔢𝔟𝔢𝔫𝔞𝔯𝔞𝔫 𝔡𝔞𝔯𝔦 𝔬𝔯𝔞𝔫𝔤 𝔩𝔞𝔦𝔫.”
—𝔄𝔱𝔩𝔞𝔫𝔱𝔦𝔰—
✿ ✿ ✿
Viollet menatap lukisannya yang sudah terpasang rapih di koridor sekolah, lukisan miliknya tepat di samping lukisan yang sejak awal menarik perhatiannya. Lukisan yang mengalirkan sedikit sengatan listrik tanpa alasan yang jelas.
Pertanyaan demi pertanyaan muncul dalam benaknya, siapa yang melukisnya? Siapa yang memasang energi listrik tak kasat mata? Apa tujuan nya? Dan yang terus terputar dalam otak kecilnya, apa makna dari lukisan ini?
Viollet memperhatikan lukisan tersebut hampir satu jam, dia berdiam diri, sendirian, menghabiskan waktu istirahatnya hanya untuk menatap lukisan.
Suara derap langkah mendekati Viollet, entah bagaimana, Viollet merasa dirinya lebih peka daripada siapapun.
Di malam hari, Viollet sering kali mendengar suara-suara aneh yang tidak bisa dia jelaskan secara logika dan kata-kata, tak akan bisa. Setiap kali dia mendengar suara-suara aneh, selalu ada peristiwa yang terjadi di malam hari. Seperti penjambretan, pelecehan, pernah sekali pembunuhan yang di lakukan oleh Gengster.
Dimalam hari Viollet merasa dirinya terlahir kembali untuk kesekian kalinya, dia bisa merasakan bahwa dirinya menyatu dengan kegelapan tanpa alasan yang jelas. Viollet merasa lebih baik saat di malam hari, sendirian, di tengah gelap malam.
Kejadian ini terus berulang sekitar 2 minggu, tanpa berhenti di satu malam pun. Viollet selalu bertanya, adakah sebuah alasan yang membuat dirinya berakhir seperti ini?
“Lukisan ini sama tua nya sama sekolah,”
Nomi gadis dengan tubuh atletis dan kulit coklat nya yang indah. Nomi termasuk ke dalam kategori perempuan tinggi, wajar saja, semua orang tahu bahwa dia adalah seorang atlet muda.
Viollet tak perlu repot-repot menoleh ke arah Nomi, tanpa dia melihat siapa yang bicara dia sudah tau siapa. Dan lagi-lagi, Viollet tak tahu mengapa.
“Sekolah ini di bangun tahun 1921, tahun sakral, sekolah udah ada bahkan sebelum Indonesia merdeka.”
Viollet mulai tertarik dengan obrolan Nomi, walaupun sejujurnya mereka tak pernah berbicara apapun sebelumnya.
“Lo tau dari mana?” Viollet mengajukan pertanyaan paling tepat, karena masuk ke dalam sekolah ini tidak ada satu orang pun yang menjelaskan seluk-beluk tentang sekolah.
Seolah-olah ia harus memecahkan kebenaran tentang sekolah ini sendirian.
Nomi tampaknya heran dengan pertanyaan itu, “Tentu dari ortu gue. Ortu lo ga pernah ngasih tau apapun tentang sekolah ini?”
Viollet merasa malu mendengar pertanyaan itu. Dia memalingkan wajahnya, kemudian berkata. “Ga. Dia cuman mindahin gue ke sekolah ini, sekolah yang ga pernah ada di list sekolah yang mau gue masukin.”
“Kalau gitu kenapa ga lo coba tolak aja, lo ga mau sekolah disini, kan?”
Viollet nampak tersenyum kecut. “Kalau gue bisa, gue bakalan lakuin itu.”
ujarnya sembari mengangkat bahu, lalu menatap lukisan yang telah ia selesaikan selama 1 minggu. “Dari awal, ortu gue ga pernah ngasih gue pilihan. Jadi, yah, lo tau gue ga berhak milih apapun.” Lanjut Viollet.“Termasuk sesuatu hal yang lo pengenin banget?” Nomi mengajukan pertanyaan.
“Semuanya, kalau gue hidup artinya gue siap nerima seluruh aturan ortu. Dan gue ga berhak milih apapun, termasuk masa depan gue sendiri.”
KAMU SEDANG MEMBACA
Atlantis
Action⚠️ᴄᴇʀɪᴛᴀ ᴍᴇɴɢᴀɴᴅᴜɴɢ ᴀᴅᴇɢᴀɴ ᴋᴇᴋᴇʀᴀꜱᴀɴ ᴅᴀɴ ᴋᴀᴛᴀ-ᴋᴀᴛᴀ ᴋᴀꜱᴀʀ⚠️ Kota Atlantis populer karena buku karya Plato yang berjudul Timaeus dan Critias. Awalnya, mereka semua mengira kota Atlantis hanya sebuah karangan fiksi belaka. Namun perubahan zaman berubah...