5. Aya-Ara

1K 172 43
                                    

Hara menghela napas lelah, Ayah Aria masih saja tidak percaya dengan penjelasannya. Dirinya yang biasanya irit bicara, jadi harus terus-terusan melontarkan kalimat pendukung agar penjelasannya dipercaya. Terlalu banyak bicara itu, membuatnya mual.

"Sekarang gini deh om. Terserah om mau percaya kata-kata saya atau enggak. Tapi setidaknya om lihat keadaan Aria, waktu lihat om. " Jelas Hara dengan lelah. Netranya melirik pada Hantu wanita yang masih menempeli tubuh Yudha.

Hara mengeluarkan kalung serupa dengan yang Ia dan Aria pakai, meletakkannya di atas meja. "Saya harap, om cukup dewasa untuk mempertimbangkan keadaan Anak om sendiri dan berniat setidaknya untuk tidak memperburuk keadaan. Akan sangat membantu kalau Om mau pakai kalung ini"

Yudha menatap remeh pada Hara. "Jadi kamu mau saya percaya cerita konyol kamu itu? "

Hara berdiri dari duduknya. "Bahu om sakit kan? Punggungnya juga pasti panas, soalnya udah lama nempel. Om mulai gak bisa fokus, kan? "

Yudha terdiam, tak bisa mengelak.

Hara menarik napas dalam. "Seenggaknya, dipake aja om. Om gak akan rugi" Ucapnya sebelum menunduk singkat lalu melenggang pergi meninggalkan Rumah Aria.

Yudha menatap kepergian Hara dengan datar, lalu tangannya meraih kalung di atas meja dengan malas. Memakainya dengan terpaksa.

Pikirannya penuh sekarang. Hantu itu nyata?. Dan anaknya dapat melihat mereka?. Sejak kapan?. Kenapa ia tak tahu?.

Yudha melirik jam tangannya, mengehela napas berat sebelum akhirnya memutuskan beranjak menuju kamar anak semata wayangnya.

Tok tok tok

Diketuknya pintu kamar Aria. Namun masih tak ada jawaban bahkan sampai menit ketiga.

Lagi-lagi Yudha menghela napas. "Aria, ayah ke kantor lagi ya?. Masih ada urusan"

Hening. Tak ada jawaban.

Yudha melangkah menjauh, pergi dari rumah. Tanpa tahu bahwa anaknya bediri di balik pintu kamarnya, hendak membukanya namun terlalu enggan menekan ego.

...

Esoknya, Hara agak terkejut saat melihat Aria sudah duduk di kursinya dengan santai sambil memainkan ponselnya sendiri. Bisa Hara lihat bahwa ada beberapa hantu hilir-mudik kesana dan kemari disekitar Aria.

Hara menghela napas lega, rupanya Aria cepat belajar dan beradaptasi.

"Aria cakep" Panggil Anin dengan ceria begitu mendudukkan diri di depan kursi Aria.

Aria menengadah, menaikan satu alisnya. Bertanya tanpa suara.

"Katanya bakal ada murid baru loh"

"Terus? " Tanya Aria dengan tak paham.

"Ya cuma ngasih tau aja. Katanya ganteng tau" Balas Anin.

Aria memutar bola matanya dengan malas. "Gue juga ganteng" Balasnya.

Anin terkikik geli. "Iya, Aria mah ganteng. Paling ganteng"

Aria mendecak, ia bergerak maju. Menyentil pelan dahi gadis manis itu. "Jangan diledekin gue nya Anin! "

Anin merengut sambil mengelus pelan dahinya. "Maaf"

Aria mengehela melihat wajah cemberut itu, ia maju makin merapat. Tangannya terangkat menuju wajah Anin, dengan ibu jarinya yang mengelus pelan dahi yang ia sentil.

GHOST || HYUCKREN (DISCONTINUED) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang