12. the bloody suit

1.1K 129 32
                                    

Aria menggigit bibir, ia duduk bersama dengan yunan, ia merasa tak nyaman di sofa ruang tamu Anin. Matanya terus-terusan mengawasi gerak-gerik sesosok pria, dengan jas kantoran berwarna navi yang berlumuran darah yang terus saja mengikuti Kakak dari Anin yang tengah membuatkan minuman untuk mereka. Batinnya bertanya-tanya, kenapa Hantu itu mengikuti kakak Anin?.

"Lo kok pake lengan penjang mulu deh nin? " tanya Yunanda dengan penasaran. Memang, Anin ini kalau di sekolah pun selalu mengenakan cardigan panjang yang menutupi bagian lengannya.

Anin yang ditanya seperti itu hanya tersenyum miris. "Gue punya bekas luka gak pede kalau lukanya keliatan"

Aria langsung menoleh dengan cepat. "Bekas luka? "

Anin mengangguk, diam-diam ia melirik kakaknya dengan sedih. "Bekas luka yang bahkan gak mau gue liat lagi"

Aria diam, kepalanya begitu berisik. Mencoba menerka-nerka.

Tak lama Kakak Anin datang, meletakkan minuman juga cemilan yang ia bawa di atas meja. Ayunda namanya. Kak Ayunda tersenyum dengan lembut. "Dimakan ya, kalau butuh apa-apa, kakak ada di kamar"

Mereka semua mengangguk dan tatapan mata Aria yang tak terputus kembali mengiringi langkah Kak Ayunda yang mulai menghilang di balik pintu kamarnya.

"Kakak lo... Punya pacar? " Tanya Aria yang langsung disambut kaget oleh Anin yang tersentak, bisa Aria lihat bahwa Anin sempat memalingkan wajah lalu menelan ludah dengan susah payah.

"Kenapa? Gue kira lo bakal setia sama gue" Jawab Anin dengan bercanda.

Aria memutar bola mata malas. "Pede banget najis"

Yunanda terkekeh, menarik Aria lebih dekat dengannya. "Duh, Neng Anin pelan-pelan dong. Dia nih lagi PDKT sama yang terhormat Hara"

Anin menyandarkan punggungnya, menatap malas pada Yunanda yang tengah merangkul Aria. "Gue tau. Bacot"

Aria tertawa kecil. "Dih?. Tuan putri cemburu nih ceritanya? "

"Berisik deh. Cepet kerjain tugasnya"

Anin meraih laptop miliknya, lalu mulai mengerjakan tugas yang sudah mereka bagi dengan diam.

Aria tertawa singkat sambil mencuri lirikan ke arah kamar Kak Ayunda. Terlalu penasaran.

Lalu saat mereka sudah selesai mengerjakan tugas, Anin dan Yunanda pergi ke supermarket dekat sana untuk membeli beberapa camilan, berniat untuk menonton film bersama. Meninggalkan Aria yang tengah memainkan ponsel dengan raut berkerut. Ia telah berhasil meretas ponsel Ayahnya, sehingga semua pesan yang masuk ke ponsel Ayahnya otomatis akan masuk ke ponselnya juga.

Ia mencengkeram ponselnya dengan kencang saat identitas pemilik tubuh dari tulang belulang itu berhasil ditemukan. Aryasatya Ambarawa, sebuah nama pemilik dari dari perusahaan besar di kota bahkan salah satu yang terbesar di negaranya. Sosok yang sedari tadi mengikuti Kakak Anin kesana kemari dengan pandangan sedih dan menyesal. Kalaulah memang perkiraannya benar, kalaulah memang pelakunya adalah dia, Aria mungkin akan bertepuk tangan untuk memberi apresiasi terhadap topeng tebal yang berhasil mengelabuhinya.

Aria berjalan dengan percaya diri, mengetuk pintu kamar Kak Ayunda dengan pelan. "Kak? "

Pintu terbuka memunculkan Ayunda yang menatap heran pada Aria.

"Kak ayu? Aria boleh masuk? " Tanya Aria dengan seringai tipis yang nampak begitu menawan di wajahnya.

Sudah dibilang, Aria ini tau bahwa ia bisa melakukan apapun dengan wajahnya itu. Ia sadar betul bahwa hanya kecil kemungkinan seseorang bisa menolak wajah dan berbagai macam topeng yang melekat di kepribadiannya.

Dan disinilah mereka dengan Aria yang duduk di ranjang Ayunda tengah menciumi leher perempuan dewasa yang terlihat nyaman di pangkuannya itu.

"Uhhh ar... " Ayunda melenguh nikmat akan sesapan-sesapan kecil Aria yang kini merambat pada leher bagian depan miliknya, membuatnya mau tak mau mendongak keatas, memberikan akses lebih pada pria muda itu yang kini tangannya bergerak nakal dibalik kaos putih miliknya, menggoda dada wanita itu.

Aria menyeringai puas, lama rasanya ia tak mempermainkan tubuh seorang wanita dewasa setelah kepindahannya ke kota ini.

Ayunda menyembunyikan wajah dibalik leher jenjang Aria saat pemuda itu bermain-main pada tubuhnya, ia menggigit keras leher pamuda itu saat Aria dengan sengaja memainkan jari-jarinya dibalik rok yang Ayunda pakai.

Diam-diam Aria melirik pada sosok Aryasatya yang sudah menggeram marah. Senyumnya makin lebar seakan mengejek sosok transparan itu.

Berhasil!

Sebenarnya sedari tadi Aria telah mencoba untuk berkomunikasi' dengan Arya namun berkali-kali ia ditolak mentah-mentah. Satu-satunya cara yang terpikirkan olehnya adalah memprovokasi 'sosok' Arya agar mau menuruti kemauannya.

"Ar... Ahh udahh~" Aria menjauhkan tubuhnya sedikit, mendongak menatap wajah Ayunda yang memerah. Tangannya tak berhenti menggoda tonjolan di dada wanita itu.

"Kenapa? Aku masih mau main" Jawabnya dengan manja.

Lagi-lagi Ayunda dibuat melenguh, "aahh... Nanti.. Nanti kalau anin pulang gimana? "

Aria tak memperdulikan pertanyaan Ayunda, tanggannya malah bergerak makin nakal, menarik kaos Anin ke atas memperlihatkan perut mulus Ayunda. "Kak, buka ya? Mau liat yang atas, gede"

"Ar?!! " Panggil Anin dan juga Yunanda di luar sana membuatnya mendengus. Padahal sebentar lagi dirinya bisa bersenang-senang sebentar.

"Ar! Ada Anin ar! " Kata Ayunda dengan panik.

"Aku tau" Aria mengangkat Ayunda dari pangkuannya, meletakkan tubuh wanita dewasa itu duduk di ranjang. Ia mendekatkan kepalanya, mengecup singkat bibir Ayunda sambil meremasi dada besar perempuan itu.

"Kakak disini aja, biar aku yang keluar. Jangan bilang siapa-siapa ya? " Ujarnya dengan genit. Aria berjalan menuju pintu, sesaat sebelum melangkah keluar ia menoleh pada Ayunda. "Oh iya, ganti celana dalamnya kak. Udah basah tuh" Katanya dengan usil lalu keluar pintu meninggalkan Ayunda yang bak kepiting merah.

Aria tertawa dalam hati, "ayunda itu, gampangan sekali? ".

Aria hanya melontarkan rayuan-rayuan kecil dan Ayunda langsung tunduk padanya, membiarkannya menjelajahi tubuh apik perempuan dewasa itu. Kalau saja Anin belum kembali, mungkin Aria sudah menyentuh wanita itu seutuhnya. Masa bodoh dengan perasaannya pada Hara, Aria bukan sosok yang bisa menahan napsu dengan baik.

Ini sih, sekali dayung dua-tiga pulau terlampaui, batin Aria. Ia berhasil menarik Arya menjauh dari Ayunda, bahkan sosok itu tengah mengikutinya sekarang. Dan bonusnya, ia dapat sedikit 'bersenang-senang' dengan Ayunda. Jujur saja, tubuh Ayunda itu tidak ada duanya. Semuanya berisi di tempat yang tepat.

Aria berjalan mendekat ke arah Anin dan Yunanda yang terlihat tengah mencarinya sampai ke dapur. "Guys? Kayaknya gue harus balik sekarang"

"Loh? Lo darimana?! " Tanya Yunanda dengan kaget.

"Oh, itu. Abis nanya-nanya beberapa hal sama kak Ayu"

Anin memicing, tatapannya jadi sinis. "Nanya apaan lo? "

Aria hanya menggedikkan bahu, "jangan kepo"

Aria meraih tasnya lalu melambai singkat. "Balik dulu, sampai ketemu besok"

Aria melangkah keluar rumah Anin, dengan pandangan tajam mengedar pada sekitar. Langkah kakinya ia bawa pada bangunan kosong yang tak jauh dari rumah Anin, ia berbalik. Menatap sosok Aryasatya dengan senang. "Well... Siapa yang bunuh lo? "



Tbc.

Hai-hai...

Apa kabar... Semoga baik...

Oh iya, ini jalan ceritanya emang gak jelas guys... Jadi sabar-sabar aja nunggu teka-tekinya terbongkar wkwkwk

GHOST || HYUCKREN (DISCONTINUED) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang