4. Tidak terbiasa

1.1K 173 35
                                    

Aria duduk dengan kaku di kursi penumpang pada mobil milik Hara, sedangkan si pemilik mobil sudah mendecak malas sedari tadi.

"Nanti kalau ada hantu gimana anjing Ra??!! " Tanya agak keras.

"Gak akan" Jawab Hara dengan malas.

"Gue takut bangsat. Lo kok biarin gue cium lo si?! " Protes Aria dengan kesal.

"Lo beneran mau bahas ini? "

Aria jadi tergugu "Y-ya eng-ngga"

"Dah turun sana! " Usir Hara sekali lagi, mencoba membuat Aria turun dari mobilnya dan segera masuk rumah.

Hara mendesah kesal, menatap malas pada laki-laki kecil di depannya. "Denger ya Aria. Lo udah pake kalung dari gue, mereka gak akan berani deket-deket sama lo karena kalung itu ada perlindungan. Paham? "

"Tapi, gue masih tetep liat Ra!."

Hara mengehela napas lelah, "Telfon gue. Oke?. Kalo lo liat hantu, cukup telfon gue"

"Nanti hantunya pergi? "

"Ya enggak, tapi gue bisa nemenin lo ngobrol"

"Sampai hantunya pergi? "

"Hm, sampai hantunya pergi" Balas Hara dengan yakin.

"Oke" Balas Aria dengan suara kecil. Ia akhirnya menurut, turun dari mobil Hara dengan berat hati. Masih terlalu takut.

Aria memasuki rumahnya, pandangannya mengedar. Kosong. Rumahnya selalu terasa hampa, membuatnya sesak dan merasa tak mampu untuk terus bertahan di sana. Aria naik ke lantai dua tempat dimana kamarnya berada.

Aria memasuki kamarnya, ia duduk di kursi belajar miliknya. Meraih album foto ia bersama mendiang Baba. Baba Winata namanya.

Aria tersenyum sedih

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Aria tersenyum sedih. Babanya terlihat begitu menawan. Ia rindu. Ia merindukan suara Baba Win, walau hanya sekedar omelan saja Aria pasti tetap akan senang. Ia rindu pelukan hangat Baba, dunianya terasa sangat dingin akhir-akhir ini nyaris membuatnya menggigil.

Cklek

"DARI MANA AJA KAMU?! "

Aria melunturkan senyumnya, rautnya berubah datar seketika. Ia berbalik, menatap tak minat pada Ayahnya yang tengah melontarkan tatapan tajam padanya.

Raut wajahnya berubah panik, ia mundur sampai pinggangnya terantuk sudut meja belajarnya sendiri. Aria ketakutan, tubuhnya gemetar hebat. Netra berbintangnya itu kini mulai berair.

"PERGI! " Teriak Aria ke arah Ayahnya.

"PERGI!. JANGAN DEKET-DEKET GUE BANGSAT!."

"ARIA! Jaga ucapan kamu! " Bentak Ayah Aria dengan marah.

Aria bergerak dengan langkah yang tiba-tiba saja terasa berat. Ia memojokkan diri di ujung ruangan. Meringkuk dengan takut, mengahalau matanya melihat ke arah Ayahnya.

GHOST || HYUCKREN (DISCONTINUED) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang