10. Acting

939 142 24
                                    

Aria berhasil sampai di kantor kepolisian dengan menyeret Hara untuk ikut bersamannya. Hara sendiri memasang wajah sepat saat bersandar di motornya, menatap Aria yang tengah melatih ekspresinya untuk mengelabui sang Ayah.

"Lo tuh sebenernya beneran anaknya om Yudha bukan sih? Kok bisa-bisanya otak lo kriminal banget? " Ujar Hara masih tak habis pikir dengan niat Aria mencuri informasi mengenai penemuan tulang belulang itu.

Aria hanya terkekeh. "Oh, please deh. Lo belum tau hal-hal parah lain yang udah gue lakuin. "

Hara dibuat tak bisa berkata-kata. Otaknya sibuk menerka-nerka.

"Ayo" Aria kembali menyeret Hara untuk mengikuti langkahnya.

Begitu mereka memasuki Ayah Aria, anak lelaki manis itu langsung memasang wajah tersenyum yang terlihat amat polos, dengan mata berbinar cerah.

Hara mendengus, harusnya Aria itu ikut ekstrakurikuler drama saja, lumayan wajah menipunya itu untuk pentas tahunan.

"Ayah! " Sapa Aria dengan ceria begitu melihat Ayahnya berkutat pada lembar-lembar laporan investigasi.

Yudha, langsung mendongak. Memasang senyum simpul melihat Aria memasuki ruangannnya. Hatinya menghangat, rasanya sudah sangat lama sejak Aria mengunjunginya bekerja yang terakhir kali. Tak tahu saja Yudha kalau anaknya itu punya seribu satu muslihat dalam otaknya begitu melihat Yudha merapihkan meja kerjanya. Menyembunyikan beberapa berkas dalam brangkas di bawah meja.

"Aria bawa makanan buat Ayah, tadi aku beli. Sama kopi juga" Kata Aria sambil menyodorkan kantung makanan juga kopi itu.

Hara hanya mengangguk sopan saat Yudha menoleh ke arahnya dengan malas. Hara mendecih sembunyi-sembunyi, Yudha itu kenapa sensitif sekali jika bertemu dengannya?. Tingkahnya seperti remaja pubertas.

Aria menyeringai, Ayahnya itu tidak suka makan di dalam ruangan. Bisa dipastikan kalau sebentar lagi ia akan keluar.

"Ayo deh temenin ayah makan di luar. " Ajak Yudha pada anaknya itu.

Aria mengangguk dan tersenyum. "Ayok, eh tapi ayah duluan aja deh. Aku pinjem toilet Ayah ya? Aku kebelet dari tadi" Aria meringis kekanak-kanakan. Senyuman polos dengan kerlingan berbinar yang langsung diangguki Yudha.

Yudha keluar dari ruangan dengan menyeret Hara. Dia tak suka dengan Hara memang, tapi mana mungkin ia sudi meninggalkan anaknya bersama dengan pemuda kaku kering macam Hara.

Aria langsung bergegas ke meja kerja Ayahnya dan berjongkok berhadapan dengan brangkas milik Ayahnya itu. Ayahnya itu terlalu mudah di tebak, pasti
Password-nya adalah hari lahir baba.

Aria menekan beberapa angka, lalu suara brangkas terbuka menyusul berbunyi. Aria langsung mengambil beberapa berkas, mencari berkas soal pemeriksaan tulang-tulang kemarin malam.

Aria bergegas memotret lembar demi lembar, lalu setelah selesai ia langsung mengembalikan berkas itu ke tempatnya meletakkannya dengan rapi dan kembali menutup brangkas itu.

...

Aria melirik jam tangannya sekilas. "Ayah, kayanya aku harus pulang sekarang deh" Ujar Aria. Ia kini tengah duduk di taman kecil di belakang kantor polisi tempat Ayahnya bekerja. Hara sedari sudah memasang wajah cemberut, karena katanya selama Aria masih 'mencuri berkas' itu, Ayah Aria menceramahinya tanpa berhenti.

"Nah, iya. Harus pulang kita om" Tambah Hara.

Yudha memasang wajah kecut. "Aria masih mau nginep di tempat bocah itu? " Tanya Yudha sambil melirik sinis Hara yang hanya bisa mendengus.

GHOST || HYUCKREN (DISCONTINUED) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang