Hari berikutnya di school of medicine, ada hari kebebasan berpakaian, dimana siswa siswi di beri kebebasan untuk mengenakan pakaian apapun, pakaian sesuai keinginan dan kesukaan anak.
Bertepatan di hari seleksi siswa yang akan mewakili sekolah untuk mengikuti kegiatan olimpiade olahraga, di khususkan hanya untuk para siswa laki-laki saja.
Selebihnya untuk siswi hanya melihat proses seleksi di lapangan, dan kegiatan belajar tidak dilaksanakan sesuai kesepakatan yang di sepakati seluruh siswa dan guru dengan pihak sekolah, dengan catatan siswa harus membaca buku untuk menambah wawasan tambahan sebagai pengganti kegiatan belajar.
Anneth Dellicia siswi populer yang di kenal di sekolah, bukan menjadi satu-satunya tapi menjadi salah satunya siswa populer, hidupnya yang di limpahi gelimang harta dan acuh dengan kehidupan orang lain, bukan tidak peduli hanya saja Anneth tidak ingin menambah masalah dalam hidupnya, cukup keluarganya saja yang membuat dirinya pusing.
Ada pun sandrina Michelle si siswa populer yang memiliki sejuta pesona, siapapun akan terpikat dengan senyum manisnya, hanya saja dia tidak menyukai hal berbau di miliki, karena baginya dekat dengan laki-laki manapun merupahan hak semua orang, maka sampai saat ini sandrina hanya menyukai dirinya sendiri yang di cintai banyak siswa.
Di kumpulkan di satu lapangan menjadi sebuah pertandingan antara skil kemampuan dan ego tersendiri bagi para siswa. Salah satunya adalah persaingan antar betrand dan juga Deven.
Keduanya sama-sama memiliki ambisi yang besar di lapangan saat ini, dengan betrand yang ingin menjadi siswa yang unggul dan Deven yang tidak ingin dirinya di kalahkan oleh siswa baru beasiswa.
Betrand dan Deven maju ketengah lapang saling berhadapan, tatapan keduanya menyiratkan akan ego masing-masing.
"Gue pastikan Lo gak bisa ikut mewakili sekolah." Ucap Deven percaya jika kemampuan dirinya jauh lebih besar di bandingkan betrand.
"Kita lihat nanti, Lo yang gak lolos atau gue yang menang." Sahut betrand secara tidak langsung meledek kemampuan Deven.
Betrand tertawa kecil melihat rahang Deven mengeras, nampak jelas dia sangat marah dengan ucapannya.
"Jangan Terlalu tegang, santai saja." Ucap betrand menepuk-nepuk pundak Deven.
Deven langsung menepis tangan betrand, menatap betrand dengan tatapan ketidak sukaan.
"Prutt!! Siap di posisi semuanya!!" Guru olahraga sudah mengintruksikan agar siswa yang menjadi peserta seleksi lomba.
Dari tempat duduk para penonton sudah duduk siap berjejer para siswi yang siap mendukung para jagoannya.
"Kayanya cowok Lo ngerasa terancam ada anak baru itu." Kata Zara melihat Deven bertatapan dengan betrand.
"Cowok gue pasti masuk seleksi, santai aja." Kata Anneth tahu bagaimana kemampuan Deven dalam bidan olahraga.
"Tapi gue juga yakin tuh anak baru bakalan masuk seleksi." Anneth langsung menatap Zara.
"Lo dukung dia?"
"Gak juga.... Cuman nebak doang." Jawab Zara.
Kembali fokus ke lapangan kegiatan sudah di mulai, semuanya duduk santai menyaksikan bagaimana seleksi di mulai, ada beberapa siswa heran dengan masuknya betrand sebagai salah satu siswa yang siap di seleksi mengingat betrand murid baru di school of medicine.
"Pritt!!"
"Deven!!"
"Deven!!"
"Betrand!"
"Betrand!!"
"Oh, namanya betrand." Seru Zara melihat kearah Anneth.
"Terus?" Tanya Anneth karena Zara berseru sambil melihat kearahnya.
"Siapa tahu Lo penasaran jadi gue kasih tahu." Jawab Zara.
Nama anak baru yang di kumandangkan menurut Anneth tidak peduli, karena menurutnya hal tersebut tidaklah penting.
Di sisi lain sandrina sedang menonton menyaksikan pertandingan, merasa tertarik dengan siswa baru yang memiliki skill olahraga yang baik.
"Anak baru, kelas berapa dia?" Tanya sandrina pada teman sebayanya.
"Gak tahu, tapi katanya kemarin dia sempet jadi perbincangan para siswa."
"Gara-gara apa?"
"Gara-gara bawa mobil si Deven ke lapangan luar sampai kotor banget, si Deven sampe gak berkutik." Sandrina merasa tertarik mendengar kabar tersebut.
"Cari tahu kelasnya, gue mau kenalan." Kata sandrina.
"Okeh."
Betrand tersenyum setelah bola basket dia masukkan kedalam ring secara berulang-ulang, melihat Deven dan timnya sudah kewalahan.
"Kita bertemu di Medan pertandingan kalo emang Lo bisa." Ucap betrand cukup membakar emosi Deven.
Sampai membuat Deven bangkit tidak ingin membiarkan betrand saja yang lolos seleksi, tidak terima posisinya diambil alih oleh betrand.
"Cuman gue yang bisa ada disana, dan Lo!gak berhak." Ucap Deven serakah.
"Buktikan." Ucap betrand.
Setelah itu betrand berlalu melewati Deven, kembali siap untuk merebut bola dari lawan.
**
Cukup merlnguras tenaga akhirnya seleksi berjalan dengan lancar, para calon perwakilan sekolah bisa menunggu hasil siapa yang akan lolos nantinya, pengumuman akan di lakukan besok secara tertulis di papan pengumuman.
Deven berjalan menghampiri Anneth, dengan wajah yang sudah tidak mood lagi mengingat pertandingan tadi.
"Ini minumnya." Deven mengambil minum yang di berikan Anneth.
"Udahlah gak usah khawatir, posisi kamu itu aman, lagian dia anak baru disini."
"Kamu gak liat tadi? Semua cewek malah fokus sama dia, bukan aku lagi." Anneth memutar bola matanya jengah.
"Yaelah Dev! Si Anneth kan dari tadi nontonin Lo, dukung Lo juga, masa masih kurang." Sahut Zara menimpal.
"Itu beda lagi, mereka harus terus-"
"Yaudah sana minta perhatian sama mereka!" Muak dengan keinginan Deven Anneth langsung melempar handuk yang dia pegang dan pergi setelah berkata.
"Yang. Kamu kenapa?"
"Yang, yang yang! Lo pikir aja lah, mana ada cewek yang mau cowoknya caper kaya Lo." Kata Zara menunjuk Deven kemudian dia pergi mengikuti Anneth.
Deven menghela nafas bingung kenapa Anneth tiba-tiba marah padanya, padahal dia hanya mengatakan hal yang tidak biasa terjadi padanya, mengatakan keluh kesahnya saat ini.
**
"Hai."
"Gue sandrina." Langkah kaki betrand terhenti di tengah-tengah koridor secara tiba-tiba ada seorang siswi yang mencegat mengulurkan tangannya untuk berkenalan.
"Oh iya." Hanya begitu respon betrand.
Betrand kembali melangkah melewati sandrina, tidak tertarik dengan perkenalan dengan siswi bernama sandrina.
"Oh iya, btw Lo kelas mana?" Tidak sampai disitu sandrina kembali mengejar mendekat.
"Tidak penting untuk di jawab." Kata betrand melirik sandrina sekilas.
Tidak suka saat melihat perempuan terlalu agresif dalam mengejar laki-laki, betrand tidak merasa dirinya laki, hanya saja dia tidak suka saat ada perempuan terlalu mendominan saat berkenalan dengan laki-laki.
"Mantap man! Suka nih gue!" Tubuh betrand sampai terhengak tiba-tiba Kesya datang merangkul betrand.
"Kenapa Lo gak bilang Lo bisa main basket juga?"
"Ngapain harus bilang? Gak penting." Kiesya hanya geleng-geleng kepala dengan jawaban betrand.
"Gue suka nih yang kaya gini, gak sombong tapi punya banyak bakat." Betrand hanya tertawa kecil mendengarnya.
**
Semoga suka 🤗🌘✨
KAMU SEDANG MEMBACA
Happy Ending
Ficção Adolescentepersahabatan, cinta dan tantangan mengisahkan sebuah persahabatan si laki-laki manja yang hidup dengan kekayaan, memiliki orang tua yang lengkap, serta kasih sayang yang tidak pernah putus dari ibunya tercinta, akan tetapi tidak menjamin suatu kebah...