Cp.9

460 39 1
                                    

Pagi ini, Jechan masih dibawah dengan mimpi indahnya, karena semalam ia begadang untuk menonton. Ia sangat nyenyak dalam tidurnya sampai lupa akan kesekolah. Padahal alarm di jam nya sudah menyala tetapi ia matikan sebentar.

Dan sekarang waktu nya sudah jam 6.53 Jechan segera bangun dan melamun sebentar membangunkan kesadarannya. Dirasa sudah ia melihat ke arah jam nya yang berada di nakas, ia terkejut lalu menyingkap selimutnya, dengan cepat ia kekamar mandi.

“Telat ini pasti”

Gerutunya sambil membersihkan badannya.

Setelah selesai ia langsung menuju lemari untuk memakai pakaiannya. Setelah rapi ia melihat kearah jamnya lagi, dan dengan terkejut lagi, jam itu menunjukkan pukul 7.10

Jechan langsung berangkat tanpa sarapan, ia melaju kan motornya dengan kecepatan tinggi, sudah sangat telat untuknya. Ia abai dengan orang orang yang melihatnya dengan kesal karena mengendarai motor ugal ugalan.

Setelah sampai untung saja gerbang masih dibuka, dengan cepat ia parkir dan berjalan masuk.

“Ekhem”

Deheman seseorang membuatnya berhenti untuk melangkah lagi, ia melihat kebelakang dan itu ternyata adalah si ketos yang mengesalkan.

Jechan nyengir setelahnya, “Hehe, telat sedikit ga ngaruh kan Melv.” ucapnya sambil menggaruk belakang lehernya yang tak gatal.

“Ikut” ucap Melvind lalu meninggalkan Jechan agar mengikutinya.

“Ngeselin banget lo, bangke!” umpatnya, walaupun begitu ia tetap mengikuti Melvind, yang sudah pasti ia pikir akan terkena hukuman lagi.

Setalah sampai di depan toilet, Melvind berhenti yang membuat Jechan juga ikut berhenti.

Jechan fikir ia tau hukumannya apa kali ini, “Apa?!” ketus Jechan saat Melvind melirik kearahnya.

“Bersihkan toilet lantai 1 ini.” Ucapnya sambil menujukkan toilet cewe dan cowo.

Mata Jechan membelalakkan saat mendengarnya. “Banyak banget, bangsat, toiletnya juga ada 3!” kesalnya.

“1 dan 2” Ucap Melvind.

“Ishh, iya iya, lantai 1!” Final Jechan kesal, daripada ia terus menawar, bukannya mendapatkan yang ia minta malah di tambahkan lagi.

Jechan melongos pergi meninggalkan Melvind sendiri disitu, untuk ke kelasnya dan menaruh tas nya dahulu.

“Wah telat ni bocah, begadang kan lu!” Ucap Alfian saat melihat Jechan yang baru sampai di kelas.

“Iya.”

“Di bilang juga apa, ngeyel banget lu. Dapet hukuman?” tanya Alfian.

“Iyalah.”

“Hukumannya apa?” tanyanya lagi.

“Bersihin toilet lantai 1” jawab Jechan dengan males. “Dah ah, gue bersihin dulu, kalo gue sampe jam istirahat belum kelas, pesenin makanan dong Fi.” sambungnya lagi.

Alfian menatap Jechan malas tetapi ia juga mengangguk. “Iya, tenang aja. Kaya biasa kan?” jawab Alfian lalu bertanya.

Jechan hanya mengangguk, lalu ia berjalan kebelakang untuk mengambil sapu dan pel. Ember nya sudah ada di toilet, karena toilet memang menyediakan ember untuk mengepel.

Setelah di toilet Jechan langsung saja membersihkan nya sampai selesai, Jechan selesai membersihkan tepat pada pertengahan istirahat jadi ia masih ada waktu untuk makan.

“Sialan Melvind, waktu buat gue makan sedikit anjing.” umpat Jechan terus menerus saat berjalan kembali menuju kelasnya.

Ia sampai di kelas dan melihat Alfian yang sudah membawakan makanannya di atas meja, untung saja ia menyuruhnya untuk membelikan, kalau tidak ia bisa tidak makan.

“Thanks ya, nanti gue bayar setelah makan.” ucapnya lalu tersenyum kearah Alfian.

“Iya, kaya sama siapa aja deh lu.” ujar Alfian.

Jechan segerah memakan nasgor itu beserta es teh nya. Makan demi makan sehingga tak tersisa. Setelahnya ia meminum es teh nya.

. . .

Saat ini Jechan sedang belajar bersama teman sekelasnya di depan kelas, teman Jechan cewe dan itu pula temannya yang ingin di ajarkan cara oleh Jechan, tentu Jechan tidak keberatan jika diminta bantuan.

Tak berselang lama, Jechan dan temannya, panggil saja Mira itu sudah selesai. Ada pasang mata yang melihatnya dengan tajam. Setelahnya ia menghampiri Jechan dan Mira.

Jechan menengok kebelakang dan melihat Melvind, ya dia Melvind yang tatapannya sangat tajam membuatnya merinding.

“Ikut gue.” ucap Melvind sembari menarik lengan tangan Jechan. Jechan sedari tadi ingin melepas tangan Melvind tetapi tidak bisa, cengkramannya sangat kencang di lengannya.

“Lepasin Melv, sakit..” citit Jechan saat meneriakinya dengan kencang.

Sesampainya mereka di ruang osis, Melvind segerah melepaskan cengkramannya dan langsung duduk di sofa, ia menarik tangan Jechan dengan kasar sampai sampai dia duduk di pangkuan Melvind.

Jechan terkejut saat dirinya ditarik mendekat ke Melvind sampai duduk di pangkuannya.

“Melv, lepasin gue!” teriak Jechan kesal, pasalnya tangan kiri Melvind menggenggam pergelangan kedua tangannya, dan tangan kanannya menahan pinggang Jechan agar tak jatuh.

“Melv, lo denger ga sih gue ngomong!”

“Lepasin gue anjing!” teriak Jechan lagi, dan ia menggeliat dalam pangkuannya agar terlepas.

“Diem,” tegas Melvind dengan suara dinginnya, ia menatap Jechan dengan tajam sampai membuat Jechan menciut untuk memberontak lagi.

“Ngapain tadi?” ucap Melvind menanyakan tadi saat Jechan bersama Mira.

Jechan menunduk mendengar suara Melvind yang menajam dan memilin ujung bajunya.

“Jawab Jechan.” ucapnya sekali lagi yang tak di jawab oleh Jechan.

Sang empu menggeleng, takut mendengar nya, bagaimana tidak Melvind menggunakan suara deepnya dan tatapannya sangat tajam.

Melvind menghela nafas, ia melepaskan tangannya dari pergelangan tangan Jechan di keduanya.

“Jawab Jechan.” suara Melvind kali ini mereda agar yang didepannya ini tidak takut.

“Cuman ngajarin.” jawab Jechan yang masih menundukan kepalanya, Melvind tau Jechannya ini masih takut padanya.

“Gue cuman ngajarin Mira doang Melv!” suara Jechan sedikit meninggi. Melvin menghela nafas samar.

“Ngajarinnya sampai gitu?” ucap Melvind. Pasalnya yang Melvind lihat dari matanya saat keduanya belajar, lebih tepatnya Jechan yang mengajari Mira. Dan saat itu posisinya berhadapan sangat dekat, sampai kepala mereka hampir bersentuhan.

“Ya gimana lagi coba. Lagian kenapa lu malah marah-marah ke gue!” kesal Jechan sembari menjauhkan sedikit tubuhnya dari Melvind. Posisi mereka masih sama, Jechan yang ada di paha Melvind.

“Terus kesiapa?” tanya Melvind, matanya menajam lagi menatap Jechan. Jechan berusaha untuk tidak takut kali ini dengan tatapan Melvind.

“Ga tau,” jawabnya dengan suara kecil.

“Ga usah ngajarin, gua ga suka.” tegas Melvind.

Jechan diam mendengar nya, maksudnya apa ia tak mengerti saat ini, ia sedang mengartikan kata kata tersebut itu.

“Maksudnya?” tanya Jechan dengan polos, ia menatap Melvind seakan ingin tahu jawabannya.

“Artiin sendiri.” jawabnya sambil menatap mata polos Jechan. Sang empu meroling eyes saat mendapatkan jawaban yang tak ada di pikirannya.

“Maksudnya apa Melv!” bentak Jechan, tangan kirinya ia menepuk pundak Melvind.

Melvind menghela nafas lagi, sepertinya beruangnya sangat ingin tahu jawabannya.

“Lo milik gua, Jechan Lionel Ezequiel” Final Melvind memberi tahunya. Jechan terkejut dan diam, miliknya katanya?

TBC

Little bear Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang