DENIAL³

446 72 0
                                    

Sedari tadi pertanyaan-pertanyaan tentang siapa perempuan yang ia bawa terus menerjang Ian, sampai akhirnya ia sampai di sofa yang ada di ruangan studionya. Rosé sedari tadi hanya bisa mngekori Ian dari belakang, kemudian duduk di sebelah Ian juga.

Scott, Dabin, Sung Joo. Sedangkan John, asisten pribadi Ian, sekaligus kameramen hanya diam dan menunggu jawaban dari Ian.

"Ceritanya panjang, gue males nyeritain. Intinya mulai sekarang, dia tinggal bareng sama gue."ucap Ian, membuat mereka ber empat menatap Ian tak percaya, kecuali John. John hanya menunjukkan ekspresi biasa saja, walaupun sedikit terkejut.

"Lo udah gila? Kalau orangtuanya nyariin gimana?"ucap Scott, membuat Ian menatapnya dengan tatapan horor.

Ian menatap Rosé yang dimana Rosé sudah menundukkan kepalanya ke bawah. Ian menarik tangan Rosé untuk pergi dari sana, sebelum memberi kode pada mereka semua agar tak mengikutinya.

Ian membawa Rosé ke rooftop.
"Maaf ya, nanti gue ceritain pelan-pelan ke mereka kenapa lo bisa sama gue, biar mereka gak asal ngomong"ucap Ian, Rosé menggeleng-gelengkan kepalanya.

"Gak usah minta maaf, gak ada yang salah kok"ucap Rosé tanpa ekspresi seperti biasa.

"Yaudah, nanti lo sama temen gue dulu ya. Sebenernya asisten, tapi udah gue anggap sodara gitu, baik kok orangnya. Seumuran juga sama lo, namanya John. Soalnya nanti gue agak sibuk, gapapakan?"tanya Ian. Rosé menganggukkan kepalanya.

"Jangan datar terus"ucap Ian. Rosé memaksakan senyumnya

"Ya jangan di paksa juga"

"Aku gak tau harus gimana"ucap Rosé, Ian tertawa kecil, ia mengacak-acak rambut Rosé.

"Yaudah yaudah, gapapa."ucap Ian, kemudian Ian membawa Rosé lagi masuk ke dalam.

"John, gue nitip Rosé dulu ya. Kalo dia minta sesuatu, langsung kasih aja"ucap Ian, yang lain sudah ada di ruang rekaman.

John menganggukkan kepalanya.

"Yaudah, gue pergi dulu ya"ucap Ian, tapi tak sengaja bertemu tatap dengan Rosé yang terus menatapnya dalam, seolah-olah tak ingin di tinggal oleh Ian.

Tangannya juga masih menarik kecil baju Ian.

"Lo... Gak mau gue tinggal?"ucap Ian. Sadar tertangkap basah, Rosé menurunkan pandangannya. Ia tak berani menatap Ian lagi, takut karena ia akan membuat Ian risih dengan sikapnya, yang dimana Rosé memang sulit dan merasa takut jika bertemu dengan orang baru.

"Kok lo gak bilang kalo gak mau gue tinggal? Kenapa mau-mau aja pas tadi gue bilang sama temen gue dulu?"ucap Ian.

"T-takut bikin kamu risih"ucap Rosé pelan, masih menundukkan kepalanya.

"Gue gak risih, oke? Yaudah ikut aja, kalo gak mau gue tinggal. Ayo"ucap Ian.

"Ngg.. tapi, gak ngerepotin?"ucap Rosé mendongakkan kepalanya menatap Ian. Ian tersenyum, dan menggelengkan kepalanya, kemudian ia menggenggam tangan Rosé. Membawanya masuk ke ruang rekaman.

Yang dimana, teman-teman Ian tadi sudah ada disana semua.

"Gue gak buka sesi tanya jawab ya, jadi tolong diem dulu. Nanti kalo udah mood, gue bakal ceritain"ucap Ian langsung to the point. Agar teman-teman nya tak mengoceh dulu soal Rosé yang berada di sampingnya.

*****

"Gitu ceritanya, puas lo pada?"ucap Ian. Setelah selesai dengan perkejaan, mereka memutuskan makan malam sambil minum-minum di studio.

Dan ini adalah saat yang tepat untuk Ian menceritakan semuanya pada teman-temannya tentang Rosé, karena bagaimana pun, dia memang harus menceritakan nya. Agar mereka tak berpikir aneh-aneh.

DENIAL Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang