"Ian, mulut aku pahit. Jangan paksa lagi, please. Nanti muntah"ucap Rosé cemberut, sebenarnya sedari tadi Ian menyuapi Rosé makan, Rosé sama sekali tak berkomentar apa-apa, hanya diam menerima suapan-suapan dari Ian.
Mungkin akhirnya Rosé menyerah dan langsung mengatakan keluhannya. Yang dimana Ian terdiam sedikit lama melihat protes Rosé, dan wajah cemberut Rosé yang menurut Ian menggemas kan. Mana tahan Ian memaksa Rosé lagi jika sudah seperti ini?
"Y-yaudah. Ini minum dulu"ucap Ian yang masih salah tingkah. Rosé menganggukkan kepalanya menerima minum yang di berikan Ian, Ian kembali membantu Rosé untuk minum, karena tangan Rosé yang di infus tak boleh terganggu.
"Bentar ya, aku simpan dulu. Abis itu minum obat"ucap Ian, Rosé menganggukkan kepalanya.
Tak lama kemudian, Ian datang dengan beberapa obat yang di beri dokter Maria untuk di minum oleh Rosé. Ian dengan telaten memberi nya pada Rosé, dengan setia membantu Rosé untuk minum juga.
"Ian, udah"ucap Rosé memberi gelas yang berisi air putih itu pada Ian.
"Abisin minum nya, biar cepet sembuh"ucap Ian, karena memang masih tersisa setengah. Rosé menghela nafasnya, ia akhirnya meminum air putih itu sampai habis. Ian tersenyum, setelah Rosé selesai, Ian meletakkan gelas itu di nakas.
"Udah mendingan?"tanya Ian, Rosé menganggukkan kepalanya.
"Udah bisa telfon tante? Soalnya dia maksa banget tadi mau nelfon kamu, karna tante gak bisa jenguk kamu"ucap Ian. Rosé lagi-lagi menganggukkan kepalanya tanpa banyak komentar, Ian sudah biasa dengan jawaban Rosé yang tak bersuara, alias hanya anggukan saja.
Jadi, tanpa banyak tanya lagi, Ian menghubungi Mama nya, a.k.a Miranda.
"Ma, ini Rosie nya udah bangun, abis makan sama minum obat"ucap Ian, setelah nya ia mengarahkan ponselnya pada Rosé, ia tak memberikan ponselnya pada Rosé karena takut membuat tangan Rosé pegal nantinya, jadi dia saja yang memegangnya.
"Ya ampun, sayang... kamu kenapa nak? Kok bisa sampai kaya gini?? Tante khawatir banget, Ian gak ngurus kamu dengan baik, ya? Atau gimana? Biar kamu tinggal sama Tante aja kalau Ian gak bisa merhatiin kamu"ucap Miranda, yang mana Ian sudah langsung memutar bola matanya malas. Sebenarnya sedikit ucapan Miranda benar, tetapi hanya sedikit. Ian memang melakukan kesalahan, hanya untuk membuat Rosé nyaman, bukan bermaksud benar-benar tak memperhatikan Rosé.
"Enggak Tante, Ian ngurus aku kok. Cuma aku nya aja yang agak bandel. Ini murni karna kesalahan aku Tante. Maaf ya, udah bikin tante khawatir, ke depannya aku bakal lebih perhatiin kesehatan"ucap Rosé. Miranda masih menatap Rosé iba.
"Kalau ada apa-apa bilang sama Tante ya sayang, kalau misalnya Ian nya gak becus jagain kamu"ucap Miranda
"Iya Tante, tapi Ian becus kok jagain Rosé"ucap Rosé, Miranda tersenyum.
"Yaudah kalau gitu kamu istirahat ya sayang. Jangan masuk kampus dulu sampai kamu bener-bener sembuh. Coba di loudspeaker sayang, biar Ian denger juga"ucap Miranda
"Udah kok Tante, ini Ian denger juga"ucap Rosé mengarahkan kameranya pada Ian yang dimana Ian berada di sebelah nya.
"Christ, nanti kamu permisiin Rosie gak masuk sampai dia sembuh. Pokoknya jangan sampai dia masuk kuliah tapi belum sembuh, awas aja kamu"ucap Miranda menasehati Ian.
"Iya Ma... ya ampun, tenang aja..."ucap Ian, Rosé tersenyum tipis.
"Sayang, nanti Tante kirim makanan di makan, ya. Kata Adrian, dia yang nganterin, sekalian mau jenguk"ucap Miranda, Rosé menganggukkan kepalanya, sedangkan Ian sudah panas mendengar nama adik nya itu.