DENIAL⁸

374 62 7
                                    

"Kamu kenapa gak ngabarin kalau mau pulang tadi?" Tanya Ian saat baru saja masuk ke dalam Apartement nya. Rosé sengaja menunggu Ian di ruang tamu. Bersiap diri jika Ian mengusir nya hari ini ke rumah Mama nya. Rosé juga bahkan sudah packing, karena kebetulan tadi Dosennya hanya sebentar, jadi ia bisa pulang lebih awal.

"Tadi... dosennya cuma sebentar, jadi aku pulang aja. Aku pikir kamu sibuk, jadi lebih baik aku pulang sendiri aja, sekalian belajar. Biar aku gak terlalu bergantung sama kamu"ucap Rosé tak berani menatap Ian, karena Ian sekarang menatap nya dengan tatapan sedikit kesal.

Ian menghela nafasnya, ia sadar seperti nya ia sudah membuat Rosé merasa takut. Tapi Ian tetap tak setuju dengan ungkapan Rosé baru saja.

"Kenapa ngomong nya gitu? Kenapa gak mau bergantung sama aku lagi? Kamu suka Adrian?"ucap Ian cepat, ia tanpa sadar mengeluarkan ucapan bodohnya itu, dimana dia langsung menutup mulutnya, Rosé menatap nya kebingungan.

"M-maksud aku, bukan gitu. Em, yaudah gak papa kamu bisa pulang sendiri, tapi lain kali kamu ngabarin aku dulu."ucap Ian, Rosé menganggukkan kepalanya.

"Maaf"ucap Rosé, Ian hanya menganggukkan kepalanya.

"Aku cuma takut ganggu kamu sama-"

"Sabrina? Dia bukan siapa-siapa aku lagi. Dia cuma mantan. Kami gak ada hubungan apa-apa. Tadi itu dia datang cuma mau mastiin lagi"ucap Ian cepat, bahkan sangat cepat, Ian seperti takut ketahuan berbohong pada pacarnya sekarang.

Dan lagi, ia mengutuk dirinya sendiri karena sudah berlebihan.

Sedangkan Rosé sendiri? Entah mengapa, perasaannya lebih baik dari pada sebelumnya, padahal ia sudah sangat siap jika di usir Ian, ia sudah siap Ian datang dengan perempuan tadi yang bernama Sabrina, ternyata, Ian datang seorang diri dan menjelaskam bahwa ia tak memiliki hubungan apa-apa dengan perempuan tadi.

"Maksud aku, kamu gak usah khawatir soal dia. Gak usah ngerasa gak enak. Soalnya dia bukan siapa-siapa aku."ucap Ian meralat ucapannya tadi.

"Iya"ucap Rosé setenang mungkin, walaupun suasana hatinya merasa senang.

Ian menganggukkan kepalanya canggung.

"Tadi pulang naik apa?"tanya Ian yang sekarang sudah duduk di sebelah Rosé.

"Naik taksi"ucap Rosé.

"Kamu udah berani?"tanya Ian, Rosé menganggukkan kepalanya. Ian tersenyum, tangan Ian terulur mengusap kepala Rosé lembut.

"Bagus deh, udah berani."ucap Ian sembari mengusap-usap kepala Rosé, Rosé tersenyum tipis, wajah nya merona. Untuk pertama kalinya Ian melihat wajah Rosé merona seperti itu.

Ian tersenyum melihat nya, ia juga merasa gemas. Ian menarik kembali tangannya.

"Tadi, ngomongin apa aja sama Adrian?"tanya Ian

"Dia cuma cerita-cerita tentang bisnis nya aja."ucap Rosé tak bersemangat.

"Kamu suka cerita-cerita sama dia?"tanya Ian, Rosé menggelengkan kepalanya.

"Bosenin. Aku gak suka"ucap Rosé tanpa bermaksud apa-apa. Ia memang berkata sejujur-jujur nya. Ian tersenyum secara terang-terangan.

"Makanya, kalau di ajak dia. Tolak aja, bilang mau jalan sama aku"ucap Ian bercanda, tapi Rosé menganggukkan kepalanya.

"Aku mau mandi dulu sebentar, abis itu kita makan malam di luar, mau?"tanya Ian. Rosé menggelengkan kepalanya dengan rasa bersalah.

"Kita makan malam nya di rumah aja, aku ada tugas yang harus aku selesain malam ini"ucap Rosé, Ian menganggukkan kepalanya.

DENIAL Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang