DENIAL⁵

345 56 4
                                    

"Mama tadi ngomongin apa? Aku lupa banget bilangnya Mama mau datang hari ini"ucap Ian.

"Tante datang, dia kaget ngeliat aku. Terus aku di introgasi. Aku bilang semuanya ke Tante, tanpa menutup-nutupi sedikit pun. Tante awalnya gak percaya, terus aku bilang tanya aja sama Ian langsung, biar percaya, dia nelfon kamu, tapi kamu gak jawab. Jadi kita lanjut bicara lagi-"Rosé menghela nafasnya sebentar.

"Terus tante langsung peluk aku, dan bilang tinggal sama dia aja."ucap Rosé, Ian menghela nafasnya, dari dulu memang Mama nya itu ingin sekali mempunyai anak perempuan.

Tapi entah mengapa, Ian merasa sedikit kesal karena merasa miliknya hendak ingin di ambil, tak tau perasaan ini muncul dari mana. Ini bukan tentang perasaan timbulnya cinta atau semacamnya, tetapi Ian merasa Rosé memang benar-benar miliknya, mungkin karena wasiat terakhir yang di ucapkan mendiang Ibu Rosé kepadanya langsung.

"Tapi kamu bener-bener pengen ikut Mama aku?"tanya Ian. Rosé menatap wajah Ian untuk beberapa saat, terkadang Ian tak tahan dengan tatapan Rosé yang menatap nya dengan tatapan begitu dalam. Jadi terkadang Ian harus sampai mengalihkan pandangannya, karena tatapan itu.

"Kalau boleh jujur, aku juga belum terlalu kenal sama tante, walaupun tante berniat baik. Tapi, omongan tante juga benar adanya, gimana nanti kalau misalnya pacar kamu ngeliat aku tinggal bareng sama kamu."ucap Rosé. Ian menghela nafasnya, lagi-lagi hanya karena pasangan.

"Denger ya, kalau misalnya kamu masih belum bisa nerima orang baru, jangan di paksakan, itu bikin kondisi kamu semakin buruk. Dan juga, aku sebenernya malas banget nge bahas ini, tapi aku sama pacar aku udah putus. Kita udah tiga bulan gak pernah ketemu lagi, dan kalau aku bilang gitu ke Mama aku, dia pasti gak percaya. Nanti aku bantu ngomong sama Mama ya, bilang keadaan kamu gimana. Kalau ada apa-apa, kamu jangan maksain diri kamu, oke?"ucap Ian

"Tapi, aku gak enak sama tante. Nanti dia mikir-"

"Kurangin overthingking berlebihan juga"potong Ian. Rosé terdiam sebentar, lalu menatap Ian

"Oh iya, aku lupa. Nama Tante-?"

"Panggil aja Tante Miranda"ucap Ian, lalu Rosé mengangguk-anggukkan kepala nya.

"Udah makan, belum?"tanya Ian. Rosé menggelengkan kepalanya

"Kok belum makan?"tanya Ian, Rosé menggelengkan kepalanya.

"Gapapa, nanti kalau lapar, aku makan"ucap Rosé. Gantian, Ian menggelengkan kepalanya.

"Kita makan di luar aja, mau? Aku gak bisa masak, soalnya"ucap Ian

"Gak usah, aku mau makan mi instan yang ada di kulkas aja"ucap Rosé.

"Gak sehat makan itu terus"ucap Ian

"Kan gak terus, baru kali ini. Aku pengen makan itu"ucap Rosé, Ian menghela nafasnya, lalu ia menganggukkan kepalanya.

"Yaudah, ayo. Kalau masak mi instan, aku bisa"ucap Ian.

"Tapi aku gak bilang Ian masakin, aku bisa sendiri, kok"ucap Rosé, Ian menggelengkan kepalanya sembari menarik tangan Rosé lembut, mengajaknya ke dapur.

"Emang kenapa kalo aku yang masakin? Udah ya, kamu duduk manis aja disini, biar aku masak"ucap Ian setelah mereka berada di dapur. Ia langsung menyuruh Rosé duduk di kursi, sedangkan ia mulai bergegas memasak mi instan.

"Ian, aku kelihatan gak tau diri banget"ucap Rosé, membuat Ian terkekeh mendengarnya, Rosé mengerutkan keningnya saat mendengar kekehan Ian.

"Mau berapa kali sih aku bilang? Gak usah merasa kaya gitu kalau sama aku. Intinya aku udah janji sama Mama kamu"ucap Ian. Ekspresi Rosé langsung berubah saat Ian mengucapkan hal itu.

DENIAL Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang