DENIAL²

491 74 3
                                    

"Lo bener-bener udah ngerasa baik-baik ajakan infusnya di cabut?"tanya Ian, Rosé menganggukkan kepalanya.

"Yaudah kalo gitu, tapi ingat, kalo jalan harus tetap pake tongkat dulu sampai kaki lo bener-bener pulih"ucap Ian, Rosé lagi-lagi menganggukkan kepala tanpa membalas ucapan Ian dengan suaranya.

Ian jadi sedikit ragu untuk berbicara lagi karena Rosé hanya menganggukkan kepala tanpa berminat untuk bersuara menjawabnya.

"Em, besok gue bakal balik kerja. Lo gapapa gue tinggal sendiri disini?"tanya Ian, Rosé terdiam sebentar. Ia tengah memikirkan sesuatu di benaknya.

Ian mencoba untuk menerka-nerka apa yang dipikirkan Rosé. Dan tak lama kemudian, Rosé menganggukkan kepalanya dengan tak sengaja sedikit senyum tipis di wajahnya, sangat tipis.

Membuat Ian menatap Rosé curiga.

"Eh gak jadi deh, lo ikut aja. Sekalian gue kenalin ke temen-temen gue."ucap Ian, membuat sekilas raut wajah Rosé terlihat sedih. Ian benar-benar mengamati perubahan raut wajah itu, membuat ia semakin yakin dengan tebakannya.

Ian berpikir Rosé merasa sedikit senang karena ia mengatakan akan meninggalkannya di sini sendiri karena Rosé bisa melakukan hal yang mungkin dapat membahayakan nyawanya karena dari kemarin, Rosé selalu mengatakan tentang bunuh diri.

"Iya. Aku ikut kamu"ucap Rosé berniat mengakhiri percakapan nya dengan Ian. Rosé hendak ingin berjalan dengan tongkatnya. Tapi kelihatannya Rosé masih belum terbiasa sehingga Rosé tak dapat melangkahkan kakinya sedari tadi, membuat Ian menghela nafasnya.

"Sini gue bantuin. Lo mau balik ke kamar?"tanya Ian, sekarang mereka tengah berada di dapur setelah menyelesaikan makan malam.

"Aku mau coba buat cuci piring"ucap Rosé, Ian langsung menggelengkan kepalanya.

"Gue gak setega itu nyuruh lo cuci piring dengan keadaan kaya gini. Mending lo ke kamar aja"ucap Ian

"Tapi Ian-"

"Ssstt, gak boleh. Biar gue aja"ucap Ian.

"Yaudah, aku mau nonton aja"ucap Rosé, Ian menganggukkan kepalanya menuntun Rosé pergi ke ruang tamu.

Tak ada rasa canggung sama sekali dirasakan oleh Ian, ia merasa biasa saja. Mungkin karena ia sudah biasa bersikap manis pada beberapa wanita karena Ian sangat mahir tentang wanita.

Ia memang tak memiliki banyak mantan, tapi Ian bisa memberi harapan pada banyak gadis. Mungkin karena ia bersifat manis pada mereka? Dan Ian juga terkadang tak sadar telah memberi harapan pada beberapa wanita.

Sifat friendly Ian juga membuat dia memiliki banyak teman. Pria maupun wanita.

Sedangkan perasaan Rosé sendiri, dia belum merasakan apa-apa. Bahkan sekarang Rosé masih merasa was-was walaupun Ian memang orang baik. Mental Rosé masih kacau, sehingga terkadang Rosé masih sering merasa hampa, tatapan kosong nya belum juga hilang dari wajah cantiknya.

Ian sendiri belum memberitahu pada siapa-siapa tentang Rosé. Selama ini juga dia belum pernah kembali ke studionya, dia lebih sering bekerja dari rumah. Sejujurnya itu tak masalah, dia punya hak untuk itu.

Walaupun teman-temannya terus bertanya mengapa dia tak datang ke studio saja. Dan Ian hanya mengatakan bahwa dia sedang tidak dalam mood yang baik beberapa hari belakangan ini.

Teman-teman Ian mencoba untuk memahami hal itu.

Dan besok, Ian berencana untuk mengatakan semuanya pada teman-teman rekan kerjanya di studio.

Sudah larut, saat menonton Rosé sampai tertidur di sofa. Sedangkan Christian baru mengingat bahwa Rosé masih berada di ruang tamu menonton televisi, karena sedari tadi Christian berada di studio kecilnya yang ada di Apartement nya.

DENIAL Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang