Rosé menghela nafas nya. Rosé pikir hujan tadi pagi hanya datang sesaat. Ternyata tidak, hujan nya begitu setia. Apalagi, hujannya bukan sekedar gerimis biasa, tetapi hujan lebat.
Membuat Rosé yang lupa memeriksa perkiraan cuaca hari ini tak membawa payung, serta setidak nya baju hangat nya.
Dan ya, mungkin hari ini adalah hari kesialan Rosé, bus terakhir menuju Apartnya juga sudah pergi, ia ketinggalan karena hujan, padahal ia sudah sampai di halte dengan baju nya yang sudah cukup basah.
Rosé sangat kedinginan, karena baju nya yang cukup tipis. Rosé tak tau lagi harus bagaimana sekarang, hujan semakin deras, sampai untuk menghentikan taksi atau angkutan umum lain tak memungkinkan. Rosé sebenarnya sangat ragu, tapi ia tak tau harus bagaimana lagi, ia menghubungi Ian sekarang, biar lah dia terkesan sangat tak tau diri, tapi Rosé sangat membutuhkan Ian sekarang.
Sedangkan Ian, karena ruangannya kedap suara, dia masih belum sadar bahwa di luar sedang turun hujan deras, karena dia hampir tak keluar sama sekali dari ruangannya. Beginilah Ian jika sedang ada masalah.
Melihat ponselnya yang berbunyi, apalagi panggilan itu dari Rosé, Ian langsung menyambar ponsel nya. Dan menjawab panggilan itu.
"I-ian..."ucap Rosé dengan suaranya yang bergetar, Ian juga mendengar hujan deras dari panggilan itu, membuatnya khawatir.
"Rosé?? Kamu dimana??"tanya Ian cukup panik.
"A-aku di halte dekat kampus. Aku ketinggalan bus tadi, bisa minta tolong jemput, gak?"ucap Rosé, yang dimana suaranya sedikit tak jelas, tetapi Ian mengerti.
"Aku kesana sekarang, jangan kemana-mana!"ucap Ian
"Iya"
Ian bergegas mengambil jaket dan... oh tidak. Karena semakin sering membawa motor, Ian lupa bahwa ia membawa motor hari ini, sedangkan di luar sedang hujan, ia juga tak setega itu membawa Rosé dengan keadaan kedinginan. Ian mengumpat, tetapi ia melihat John yang baru saja datang ke studio.
"Eh, John! Lo bawa mobil, gak?"tanya Ian, John mengerutkan kening nya, Ian seperti di kejar hantu
"Iya, kena-"
"Minjem bentar!"bahkan John belum selesai berbicara Ian sudah memotong nya, John masih menatap Ian bingung.
"John! Gue buru-buru! Sini kunci mobil lo!"ucap Ian cepat, John langsung menyerahkannya, lalu Ian gantian menyerahkan kunci motor nya.
"Ini kunci motor gue kalo lo mau pergi nanti"
"Eh, tapi kan lagi hujan, gue-"
"Makasih ya!"ucap Ian yang sudah pergi dari sana, meninggalkan John yang terus mengumpati Ian.
Di perjalanan, Ian masih mengkhawatirkan Rosé, tetapi juga jantung nya berdetak kencang, karena sudah lama mereka tak berbicara satu sama lain, Ian memang melakukan itu karena sangat tak tahan melihat Rosé setelah kejadian itu, Rosé terlihat benar-benar muak pada dirinya sendiri, oleh karena itu Ian membatasi diri.
Tetapi, Ian juga merasa tak tahan lagi, dia ingin memperbaiki hubungan mereka walaupun masih ragu. Dia menunggu Rosé, bukan karena ia pengecut, tetapi Ian takut membuat Rosé tak nyaman.
Ian menajamkan tatapannya, hujan memang se deras itu, Ian berhenti tepat di depan halte yang di maksud Rosé, untung nya, John tau hari inu akan turun hujan, jadi ia menyiapkan payung di mobil nya. Ian mengambil payung itu dan keluar dari mobil.
Ian melihat Rosé yang memeluk tas nya sedang menggigil. Ian dengan cepat menghampiri Rosé, membuat Rosé yang hanya menunduk langsung mengangkat kepalanya. Ian datang, dengan payung nya. Ian segera membawa Rosé masuk ke dalam mobil, setelah Rosé masuk, ia masuk ke kursi pengemudi.