LIBURAN : 1

1.5K 135 6
                                    

Sunoo memeluk Jake dari samping selama perjalanan pulang dari rumah sakit. Ia tahu bahwa dirinya lah yang membuat leher Jake terluka. Meskipun Jake bilang bahwa Sunoo tidak perlu minta maaf karena yang mencekiknya adalah sosok makhluk wanita itu dan bukannya sang adik. Tapi Sunoo tetap saja merasa bersalah.

"Noo, mau sampe kapan lo nempelin gue gini?" celetuk Jake.

"Sampe kapan-kapan." jawab Sunoo yang asik bersandar di bahu Jake.

Ni-ki dan Sunghoon yang berada di seat belakang tertawa melihat kelakuan absurd saudara mereka.

Sesampainya di rumah, ke tujuh remaja Hwang disambut ramah oleh para maid. Mereka masih bersikap biasa sampai kemudian Ni-ki mematung kala melihat seorang wanita tengah duduk di sofa ruang tamu.

Saat netra Ni-ki dan wanita itu bertemu, wanita itu langsung berlari dan berhambur memeluk si bungsu. Sedangkan Ni-ki masih mematung dengan muka datarnya.

"Ni-ki, kamu apa kabar?" tanya sang wanita dengan senyum sumringah yang terukir di wajahnya.

"Beraninya lo kesini! Keluar ga?! Keluar!"

Ni-ki mendorong tubuh wanita itu menuju pintu depan sampai wanita itu terjatuh. Lantas Sunghoon dan Jay pun langsung membantu sang wanita untuk berdiri.

"Ni-ki, mama cuma mau ketemu sama kamu. Mama kangen."

Perkataan singkat tersebut mengagetkan semua orang yang ada disana kecuali Ni-ki dan Jungwon. Benar wanita itu adalah mama Ni-ki, Cho Arim.

"Mama? Haha. Gue ngga akan pernah akuin lo sebagai mama gue. Gue! Ngga! Punya! Mama! Paham?!" tukas si bungsu dan langsung pergi dari sana. Ia pergi ke kamarnya, masuk dan membanting pintu.

Arim terlihat murung, kakak-kakak si bungsu pun mencoba untuk menenangkannya.

"Maaf Ni-ki kayanya lagi sensi. Nanti kalau dia sudah tenang, nanti saya panggilkan lagi. Tante bisa nunggu disini dulu kalau ngga keberatan." ucap Heeseung.

Tapi Arim menggeleng.

"Terimakasih nak tapi tidak usah repot-repot. Tante temuin Ni-ki nya besok saja. Kayanya sekarang dia masih belum mau ketemu sama tante. Tante pamit. Salam untuk Ni-ki ya?"

"Iya tante. Hati-hati di jalan."

Arim membalas ucapan Heeseung dengan senyuman lalu kemudian ia keluar. Jay, Jake, Sunoo, Sunghoon, dan Heeseung menatap kepergian mama Ni-ki. Sementara Jungwon, ia menyusul Ni-ki ke kamarnya.

Sekarang Ni-ki tengah berbaring dikasurnya bersama Jungwon. Mereka tengah bermain hp dengan santai seperti tidak terjadi apa-apa sebelumnya.

"Dek, kalian mau ikut liburan ngga? Kalo mau ikut, siap-siap sekarang. Kita berangkat nanti sore." tawar Jay yang baru saja masuk ke kamar Ni-ki tanpa permisi.

Jungwon menaikan satu alisnya,"Kemana?"

"Ke daerah pantai gitu si kata Bang Heeseung. Sekitar tiga harian lah kita disana. Jadi ya di siapin yang bener baju kalian itu."

"Terus selama tiga hari itu kita ga sekolah?" giliran Ni-ki yang bertanya.

"Bilang aja ke gurunya kalo kita habis kena musibah jadi harus istirahat. Lagian sekolah juga ga bakal mau tau juga kan." jawab pria elang itu lalu mengusak surai kedua adiknya dengan lembut.

Karena merasa perkataan Jay masuk akal lantas Jungwon dan Ni-ki pun langsung mengiyakan tawaran sang kakak. Mereka juga bergegas mem packing baju dan barang mereka masing-masing melihat jam sudah menunjukan pukul dua siang. Karena rencananya mereka akan berangkat pukul tiga sore agar sampai di penginapan tepat pada malam hari.

---

Jake sudah duduk manis di dalam mobil bersama Sunghoon dan Jay. Sambil menunggu supir datang, mereka bercengkrama ringan dan tak lupa membuat list apa saja yang harus di lakukan setelah sampai di penginapan nanti. Sedangkan di mobil lainnya Heeseung tengah bermain handphone dengan Ni-ki yang tertidur di bahunya. Di belakang mereka juga ada Jungwon dan Sunoo, mereka asik makan keripik kentang sembari bermain game kesukaan mereka.

Setelah supir selesai memasukan koper ke dalam bagasi. Mereka langsung tancap gas menuju lokasi penginapan. Di perjalanan, anak-anak remaja itu tertidur pulas kecuali Ni-ki. Karena ia tadi sudah tidur jadi anak itu tak bisa tidur lagi sekarang. Alhasil Ni-ki memilih untuk berbincang dengan pak supir saja.

Saat hampir sampai, mereka memutuskan untuk mampir ke resto terdekat. Mereka menempati meja yang muat untuk beramai-ramai. Sebenarnya Sunghoon meminta para supir untuk bergabung meja saja dengan dirinya dan saudaranya yang lain, tapi mereka menolak dan memilih untuk pisah meja karena keduanya ingin merokok terlebih dahulu sebelum makan. Dan tentunya agar bisa lebih bebas membicarakan urusan bapak-bapak.

"Bang nyicip dong." ucap Ni-ki kepada Sunghoon yang tengah melahap nasi goreng miliknya. Sunghoon pun mengiyakan keinginan si bungsu walaupun dia baru makan satu suap.

"Wah, kok enak banget? Kenapa gue ga pesen ini aja tadi?" tukas Ni-ki setelah mencicipi nasi goreng milik Sunghoon, ia jadi sedikit menyesal karena memesan ramen.

Heeseung yang tadinya tengah membalas chat sang ayah kini beralih menatap Ni-ki, "Kalo mau, pesen aja dek."

"Ah ngga deh, sayang ini kalo ga kemakan." tatap Ni-ki pada ramennya.

"Mau tuker aja sama punya gue?" tanya Sunghoon.

"Emang bang Sunghoon suka ramen?"

"Gue mah apa aja suka. Nih ambil."

"Waduh makasih loh bang." timpal si bungsu sembari memberikan mangkuk ramennya kepada sang kakak.

Lain halnya dengan Jungwon dan Sunoo yang sibuk dengan dunia mereka sendiri. Mereka masih melanjutkan ronde game yang mereka mainkan beberapa menit lalu di mobil. Sampai makanan datang pun mereka masih begitu. Alhasil Jake berinisiatif untuk menyuapi Sunoo dan Jungwon agar makanan kedua adiknya itu tidak keburu dingin. Bukankah Jake kakak yang sangat pengertian?

Namun pemandangan dua anak laki-laki yang sudah besar disuapi oleh sesama laki-laki itu mengundang lirikan dari para pengunjung di sekitar. Bahkan meja di sebelah mereka pun bergosip hal yang tidak-tidak.

"Jangan bergosip hal yang tidak benar tentang adik-adik saya. Kita bertujuh adik kakak, bukan sekelompok gay seperti yang kalian bicarakan." tegur Jay setelah tak sengaja mendengar obrolan orang-orang di sebelahnya itu. Ia menegur dengan bahasa yang sopan karena yang ia hadapi adalah orang yang lebih tua darinya.

"Ah maaf kita ngga bermaksud bilang begitu." ucap si ibu-ibu baju putih di gerombolan orang yang tadi bergosip.

"Ya saya maafkan." jawab Jay dingin. Ia bahkan tak menghadap ke arah ibu-ibu itu. Heeseung diam saja, ia senang adik-adiknya sekarang semakin dekat bahkan saling pengertian satu sama lain. Ia juga lega, setidaknya jika suatu saat ia tak bisa menemani. Adik-adiknya itu bisa menjaga diri mereka sendiri.






















Hallo? Kangen ga sama aku eh sama ceritaku maksudnya hehe.
Chapter ini uwu and fluffy sesuai request salah satu pembaca. Makasih juga buat yang udah request 🙆🤍
Jangan lupa vote and coment yaa.
See ya next chapter 👋

HEY BROTHER!  [ ENHYPEN ]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang