1. Dihukum

110 48 76
                                    

Saat ini Tensa sedang berjalan di koridor sekolah, senyum terus terpatri di wajah cantiknya sambil melambaikan tangan ke orang yang menyapa. Hal tersebut membuat banyak pasang mata yang melihatnya berbinar.

Sempurna sekali. Mempunyai paras cantik, bentuk tubuh ideal dan juga berasal dari keluarga terpandang siapa yang tidak mengenal Tensa Nadira Askandar, anak dari donatur sekolah?

Banyak yang ingin di posisi Tensa. Tapi siapa sangka kehidupan yang selalu di dambahkan banyak orang justru tidak semenyenangkan apa yang dipikirkan.

perempuan itu sangat kesepian. kedua orang tuanya sibuk bekerja dan sering meninggalkan anak satu-satunya itu di rumah sendiri dan selalu menuntutnya selalu sempurna. Jujur saja, kalau Tensa bisa memilih dia lebih baik hidup sederhana tapi bahagia daripada hidup kaya tetapi tertekan.

Dari SD Tensa merasa tertekan disuruh mengikuti hampir semua ekstrakurikuler. Bahkan mamanya selalu menuntut agar Tensa dapat peringkat 1 di kelas dan juga dapat juara di setiap olimpiade. Oleh karena itu Tensa di les kan kesana kemari agar bisa mewujudkan keinginannya. Sebagai anak, tentu perempuan itu menurut tanpa membantah.

Jujur saja, Tensa lelah. Maka tak heran mulai masuk SMA perempuan itu sudah tidak mau mengikuti kemauan orang tuanya lagi, kata Tensa. "Bosen jadi anak rajin, sekali-kali lah bar- bar. Kapan lagi hidup bebas". Di tambah orang tuanya yang jarang di rumah membuat perempuan itu semakin menjadi-jadi karena tidak ada yang menasehati.

Kring...

Bel masuk baru saja berbunyi tidak menyurutkan orang untuk melihat Tensa. Melihat banyaknya orang yang melihat, Tensa sekarang bagaikan seorang artis yang berjalan di tengah-tengah orang yang sedang memperhatikannya. Tidak menyia-nyiakan kesempatan, kapan lagi jadi artis dadakan. Langsung saja perempuan itu mengibaskan rambutnya sambil tersenyum manis.

"Masyaallah." Ucap perempuan tanpa sadar yang melihat Tensa berjalan sambil mengagah mengagumi ciptaan allah.

Perempuan yang melihatnya saja langsung terpesona apalagi laki-laki. Tentu banyak laki-laki yang mendambakan bisa bersanding dengannya.

Tapi kalau dilihat-dilihat perempuan itu tidak mencerminkan seorang siswa, penampilan yang berantakan. Dasi sedikit miring, baju tidak dimasukkan, dan juga sepatu yang terlihat mencolok tidak sopan jika dipakai untuk sekolah. Apa yang mengagumkan?

Kalau di ingatkan Tensa selalu bilang. "Biar saja. Di beli harus di pakai kan? Dari pada nganggur di rumah."

Oh ayolah, ini sekolah bukan tempat fashion!

Tanpa memperdulikan perempuan yang mengucapkan 'masyallah'. Tensa terus melanjutkan perjalanan.

Hingga akhirnya suara peluit Pak Eko yang membubarkan kerumunan. Sontak membuat murid mengelus dada karena kaget. "BUBAR BUBAR! Nggak dengar bel. HA?" Suaranya menggelegar.

Tentu hal tersebut membuat sebagian murid mendengus kesal lalu membubarkan diri tanpa berani membantah. Emang siapa yang berani membantah Pak Eko guru yang terkenal killer? Kalau membantah sudah di pastikan pilihannya cuma dua kalau nggak disuruh lari memutar lapangan ya membersihkan toilet. Sebelum itu terjadi, lebih baik bubar menyelamatkan diri.

Tensa yang hampir sampai ruang kelas sontak langkahnya terhenti ketika mendengar keras suara Pak Eko yang memanggilnya. "TENSA."

Merasa namanya di panggil, perempuan itu membalikkan tubuhnya, mencari asal suara. Dilihatnya pak Eko berjalan mendekat. "Ada apa pak? " Tanyanya.

"Kamu lagi. Kamu lagi, suka banget bikin heboh."

Tensa yang mendengar hal tersebut pun bingung salahnya dimana? Orang dari tadi berjalan santai tanpa melakukan kesalahan. "Salah saya apa pak?" Tanyanya.

"Banyak murid yang berkerumun tanpa mau beranjak, padahal bel sudah berbunyi. Pasti kamu penyebabnya." Tak heran Pak Eko bilang seperti itu karena Tensa selalu bikin ulah.

Setelah mendengar ucapan tersebut, Tensa tidak Terima, siapa suruh lihatin. Salahkan saja mereka ngapain menyalahkan dirinya. "Hadeh,, gini bener ngadepin orang tua." Batinnya.

Tensa yang waras ngalah!

"Saya gak ngapa-ngapain kok pak. Saya cuma berjalan biasa saja." Belanya.

Pak Eko tidak memperdulikan ucapan muridnya, tiba-tiba fokusnya teralih pada penampilan Tensa dari atas sampai bawah, Pak Eko menatap tajam. "Astaghfirullah penampilan kamu. Sudah berapa kali saya bilang, yang rapi. Bisa tidak? " Tanyanya. Jujur saja kalau sudah di hadapkan dengan Tensa membuat laki-laki tampan itu beristighfar terus menerus.

Pak Eko merupakan guru olahraga dan juga guru termuda di SMA Pelita Harapan, umurnya masih menginjak kepala 2 ditambah parasnya tampan rupawan membuat para wanita yang melihatnya mabuk kepayang. Tapi tidak untuk Tensa, Pak Eko merupakan musuh bebuyutannya yang selalu menghukum selain guru BK.

"Gausa marah-marah masih pagi, nanti saya benerin penampilan saya."

"Bukan nanti. Tapi sekarang!" Tegasnya.

Menghelah nafas panjang, dengan tidak santai perempuan itu mendengus kesal. "Iya iya."

Daripada dihukum pagi-pagi. Malas sekali, mending sekali-kali turuti lah kemauan orang tua itu.

Lantas perempuan itu berjalan ke toilet guna merapikan bajunya.

Selesainya, perempuan itu berjalan ke ruang kelasnya sudah mendapati Bu Nandar yang sedang menerangkan. Tanpa mengetuk pintu, Tensa langsung menyelonong masuk.

Mengetahui salah satu siswinya yang tidak tau sopan santun membuat wanita paruh baya itu murka. "TENSA." Panggilnya.

Sontak membuat seisi kelas kaget mendengan suaranya. namanya dipanggil membuat perempuan itu menoleh. "Ada apa bu? " Tanyanya.

"Sudah telat, masuk tidak salam dan ketuk pintu. Saya tau kamu anak donatur sekolah. Tapi tidak semena-mena juga, kamu tidak mencerminkan sekali sebagai seorang siswa." Amuknya.

Mendengar hal itu membuat Tensa mendengus kesal bisa-bisanya di marahin di depan teman-temannya. Tanpa menjawab, perempuan itu menatap Bu Nandar tajam.

Bu Nandar yang melihat hal itu berujar. "Keluar kamu. Jangan mengikuti pelajaran saya selama 2 jam ke depan. Sekarang hormat di bawah bendera. Cepat! "

Mendengar hal tersebut, tanpa babibu keluar kelas sambil menghentakan kakinya kesal. Padahal telat bukan salahnya, salahkan saja pak Eko yang menyuruhnya merapikan seragamnya terlebih dahulu yang membuat dirinya datang terlambat.

Padahal tadi datang tanpa mengetuk pintu itu bukan ada maksud apapun, Tensa cuma tidak mau mengganggu wanita paruh baya itu menerangkan, maka dari itu dirinya langsung masuk tanpa mengetuk.

Tapi siapa sangka niat baiknya malah berakhir di hukum. "Anjir lah niat hati menghindar dari hukuman Pak Eko, malah sekarang di hukum Bu Nandar. Guru-guru itu kenapa sih, suka bener bikin orang darah tinggi." Umpat nya sambil berjalan tak ikhlas ke tengah lapangan. "Susah bener jadi manusia, kalau di kasih kekuatan secara cuma-cuma nih. Pengen rasanya berubah jadi umbi-umbian." Grutunya.

Sesampai di lapangan perempuan itu langsung hormat.

1 jam kemudian. Matahari sedang terik-teriknya. Tensa sudah nggak kuat ketambahan tadi belum makan membuat tubuhnya lemas seketika. "Anjirr panas, lapar." Ucapnya sambil menoleh ke kanan ke kiri. Dirasa sepi karena KBM sedang berlangsung. Aman. "Gas kantin lah. Dari pada pingsan." Tanpa memperdulikan hukuman dari Bu Nandar, Tensa berlari kecil ke kantin sesampainya perempuan itu makan dengan khidmat.

Gresik
4/6/23

I love You Gus AlfiTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang