Tak terasa jam menunjukkan pukul 14.18.
Perempuan itu mengeliat dari tidur karena merasakan tubuhnya sedang di goncang pelan oleh salah satu perempuan yang ada di kamarnya.
"Tensa, bangun sebentar lagi sholat ashar. Mari bersiap-siap sebelum tempat wudhu penuh santri lain." Sayup-sayup suara Aira terdengar dari indra pendengarannya.
Mendengar hal tersebut, mau tidak mau membuat Tensa bangun. "Iya iya." Jawabnya setengah niat.
Dilihatnya Aira, Eva, dan Salsa sudah siap sambil membawa mukena dan juga sajadah.
"Lebih baik kamu ganti gamis dulu, di pesantren ini kita di larang pakai celana." Ucap Eva memberitahu.
Dengan kesal Tensa beranjak sambil menghentakan kakinya. "Iya, bawel."
Setelah mendengar jawaban teman barunya, ketiga perempuan itu mengelus dadanya sabar.
Tensa melangkah menuju kopernya, lalu mengobrak-abrik untuk mencari baju gamis yang sudah disiapkan mamanya.
Gamis sudah dapat, perempuan itu memilih gamis warna biru, kemudian memakainya dan tidak lupa juga hijab segi empat yang di bantu Salsa memakaikan, setelah Tensa bilang kalau dirinya belum bisa memakai hijab.
Ketiga temannya setia menunggu Tensa yang masih mencari mukena di tumpukan baju gamis. setelahnya, keempat perempuan itu berjalan beriringan ke arah masjid yang sudah cukup ramai oleh para santri.
Tensa menatap bagunan yang bertuliskan 'Masjid al-Attas' masjid tersebut sangat megah, perempuan itu memperkirakan jika masjid itu memiliki luas bangunan hingga 18.16 meter persegi dan berdiri diatas tanah seluas 74.200.
Tensa, Eva, Aira, dan juga Salsa berjalan menuju tempat wudhu yang ada di sebelah masjid. Mereka berempat mengantri. Enam menit kemudian kini giliran keempat perempuan itu berwudhu.
Setelah selesai wudhu, mereka berjalan kedalam masjid sambil mendengar suara adzan berkumandang.
Seketika Tensa merasa berdebar ketika mendengar suara adzan yang sangat merdu itu.
--------
Selesai keluar dari masjid. Eva, Tensa, Salsa, dan Aira pun berjalan beriringan menuju kamar mereka.
"Tadi yang adzan siapa sih?" Tensa penasaran.
Sontak setelah mendengar pertanyaan teman barunya, Salsa menoleh lalu berujar. "Gus Alfi." Ucapnya. "Adzan disini itu bergilir, jadi semua santri putra wajib adzan sesuai jadwal yang sudah di tetapkan. Tapi karena ada satu santri yang kebagian jadwal adzan hari ini sakit. Maka Gus Alfi lah yang menggantikan." Lanjutnya.
Bukan hanya Salsa, melainkan Eva dan juga Aira pun tau kalau santri yang kebagian untuk adzan hari ini sakit. Karena subuh dan dhuhur tadi yang adzan Gus Alfi.
Kenapa ketiga perempuan itu tau kalau ada salah satu santri putra sakit? karena tidak sengaja tadi dengar waktu sholat subuh ada salah satu ustadz yang berbicara dengan ustadzah memberi tau bahwa santri yang bertugas hari ini tidak bisa adzan karena sedang sakit, tanpa diduga ternyata disana juga ada Gus Alfi. Lantas membuat anak tunggal kyai Hasan pun mengajukan diri untuk menggantikan.
Pondok pesantren al-Attas itu pondok yang cukup ketat. Para alumni disini pun rata-rata menjadi guru pengajar baik ustadz/ustadzah maka tak heran, selain dilatih untuk bisa adzan, para santri disini juga dilatih untuk bisa mengisi acara. Baik itu pidato, ceramah, dan sebagainya.
Sesampai di kamar, ketiga temannya murajaah bersama, sedangkan dirinya memindahkan barang-barang yang ada di koper ke lemari yang sudah disediakan pihak pesantren. Padahal tadi ketiga temannya menawarkan diri untuk membantu. Namun Tensa menolaknya.
Lagi menata baju ke lemari, tiba-tiba penghuni kamar 27 itu dikejutkan oleh ketukan pintu di depannya.
Tensa membuka pintu kamar, matanya mendapati ustadzah Liza di hadapannya. Tak lupa ustadzah mengucapkan salam sebelum menyodorkan paperbag ke arahnya sambil berujar. "Tensa, ini makanan dan juga hijab titipan mama kamu."
Tensa tentu menerimanya.
"Tadi mama kamu bilang ke saya, untuk memberitahu kamu kalau beliau tidak bisa menemui kamu. Karena tadi katanya sedang buru-buru." Ustadzah Liza memberitahu.
Tanpa menjawab, Tensa hanya mengangguk.
Setelah mengucap salam, ustadzah Liza pergi dari hadapannya.
Melihat punggung ustadzah Liza yang sudah tidak terlihat. Tensa hanya mendengus sebal. 'Pasti pekerjaan' batinnya.
Tensa membalikkan badan, mendapati ketiga temannya sudah melipat mukena yang baru saja di pakai murajaah. Kemudian Tensa membuka paperbag, dilihatnya banyak makanan dan juga hijab instant. Perempuan itu menyodorkan makanan yang di kirim mamanya ke teman barunya. "Nih, makanan." Ucapnya tidak santai.
Tentu ketiga temannya mengangguk senang sambil berujar "Terimakasih."
Keempat penghuni kamar 27 itu makan bersama. Tensa juga makan nasi yang di beli papanya waktu mengantar dirinya tadi.
Mereka makan dengan khidmat.
---------
"Tensa, di sini para santri dilarang membawa laptop dan juga ponsel. Kalau ketahuan membawa akan di sita dan di kembalikan nanti satu hari sebelum libur pondok." Aira memberitahu.
Mendengar hal itu tentu Tensa mendengus kesal. Fix nggak bisa nonton drakor dan bertukar pesan dengan ketiga sohibnya di Jakarta.
"Dan juga kalau ketahuan keluar dari pesantren tanpa izin ke petugas keamanan. Maka siap-siap saja akan di Ta'zir." Salsa melanjutkan.
"Nanti ada pengajian di masjid habis magrib sampai isya'. selesai isya' ada simak'an al-qur'an di aula." Tambah Eva.
Sima'an al-qur'an baik santri putra maupun santri putri tentu saja di pisah. Karena kalau berdekatan tentu itu bukan mahram kecuali kalau ada acara di masjid semisal sholat dan pengajian itu di gabung tetapi tetap ada pembatas nya.
"Sebenarnya masih banyak peraturan di pesantren ini. Tapi untuk sementara yang kami sampaikan itu dulu, nanti di lanjut lagi sebab sekarang sudah mau memasuki adzan magrib. "
Sedangkan Tensa yang mendengarkan tentu saja mendengus kesal. "Kalian saja yang ke masjid. Gue sholat di kamar saja." Ucapnya.
"Wajib ikut jama'ah Tensa. Nanti kalau ada ustadzah yang melihat ada santri di kamar waktu ada kegiatan maka akan di Ta'zir." Aira memberitahu.
"Ck, banyak kali lah aturannya." Ucapnya kesal.
Mau tidak mau perempuan itu beranjak mengambil mukena serta sajadah lalu melangkah menuju masjid bersama ketiga temannya.
6/6/23
KAMU SEDANG MEMBACA
I love You Gus Alfi
Novela JuvenilDILARANG PLAGIAT!! ⚠️ Tensa Nadira Askandar perempuan cantik, pintar, dan berasal dari keluarga terpandang. Kehidupan yang selalu di idam-idamkan oleh orang-orang ternyata tidak semenyenangkan apa yang di pikirkan. Menjadi anak broken home membuatn...