Setelah sholat dhuha, kini keempat perempuan itu sedang mengantri makanan. Dilihatnya Tensa dengan sabar mengantri, tidak seperti kemarin yang selalu mengumpat bahwa dirinya lelah kalau di suruh berdiri.
Mengetahui perubahan Tensa, tentu saja Salsa, Aira, dan juga Eva merasa senang.
Membutuhkan waktu kurang dari 30 menit. Kini, keempat perempuan itu sudah mendapatkan makanan. Dengan segera mencari tempat duduk untuk segera menikmati hidangan yang sedang di bawanya.
Butuh waktu 10 menit untuk menghabiskan makanan, sebelum akhirnya melangkah menuju sekolah.
--------
Saat ini Tensa berjalan menuju masjid guna melaksanakan sholat dhuhur. Tapi sampai di perjalanan, matanya tidak sengaja mendapati keberadaan Ustadzah Lina yang sedang berjalan menuju masjid dengan membawa mukena dan sajadah. Tanpa menyia-nyiakan kesempatan Tensa segera menghampiri.
Sesampainya, tak lupa juga perempuan itu mengucapkan salam. "Assalamu'alaikum, ustadzah." Ucapnya sopan sambil mencium punggung tangan Ustadzah Lina.
Melihat perubahan Tensa seperti itu, tentu saja ustadzah Lina mengerutkan kening bingung. Pasalnya waktu di kamar mandi waktu itu santri di depannya ini kalau bicara tidak ada sopan-sopannya dan juga kalau papasan waktu di jalan juga tidak pernah mengucapkan salam dan menjabat tangannya melainkan wajah sinis yang di tunjukan.
Apa santri di depannya ini sedang merencanakan sesuatu?
Astaghfirullah, tiba-tiba dirinya teringat surat Al-Hujurat ayat 12 yang berbunyi :
يَٰٓأَيُّهَا ٱلَّذِينَ ءَامَنُوا۟ ٱجْتَنِبُوا۟ كَثِيرًا مِّنَ ٱلظَّنِّ إِنَّ بَعْضَ ٱلظَّنِّ إِثْمٌ ۖ وَلَا تَجَسَّسُوا۟ وَلَا يَغْتَب بَّعْضُكُم بَعْضًا ۚ أَيُحِبُّ أَحَدُكُمْ أَن يَأْكُلَ لَحْمَ أَخِيهِ مَيْتًا فَكَرِهْتُمُوهُ ۚ وَٱتَّقُوا۟ ٱللَّهَ ۚ إِنَّ ٱللَّهَ تَوَّابٌ رَّحِيمٌ
Artinya: "Hai orang-orang yang beriman, jauhilah kebanyakan prasangka buruk (kecurigaan), karena sebagian dari prasangka buruk itu dosa. Dan janganlah sebagian kalian mencari-cari keburukan orang dan menggunjing satu sama lain. Adakah seorang di antara kamu yang suka memakan daging saudanya yang sudah mati? Maka tentulah kalian merasa jijik kepadanya. Dan bertakwalah kepada Allah. Sesungguhnya Allah Maha Penerima Taubat lagi Maha Penyayang."
Dari pada dirinya memikirkan sesuatu yang tidak-tidak lebih baik menjawab salam Tensa. "Wa'alaikumsalam."
"Ustadzah, saya minta maaf terhadap sikap saya sama ustadzah, karena waktu di kamar mandi lalu saya tidak ada sopan-sopannya kalau bicara, juga saya minta ma'af karena waktu di ta'zir memasakkan makanan untuk santri, saya tidak memasak melainkan saya beli catering." Ucapnya sambil menunduk takut.
Setelah mendengar ungkapan tersebut tentu saja Ustadzah Lina sedikit terkejut bahwa santri di depannya ini bukan masak melainkan beli.
Tapi, yasudah lah yang lalu biarlah berlalu, lagi pula Tensa sudah mengakui kesalahan nya.
"Saya sudah memaafkanmu, Tensa." Ucapnya tulus.
Tensa mendongak menatap Ustadzah Lina. "Terimakasih, Ustadzah." Ujarnya sopan.
"Ya, Sama-sama." Jawabnya sambil tersenyum. "Lebih baik sekarang kita ke masjid sebelum iqomah terdengar." Lanjutnya sambil merangkul Tensa untuk menuju masjid bersama.
--------
Sampai kamar, Tensa sudah mendapati keberadaan ketiga temannya yang sedang murajaah bersama.
Melihat hal itu, tentu Tensa tidak menyia-nyiakan kesempatan untuk ikut bergabung juga. Lagian dirinya juga ingin lancar mengaji, siapa tau dengan dirinya ikut gabung, ketiga temannya dengan baik hati mengajarinya.
Dengan segera, Tensa mengambil musaf di dalam lemari, kemudian ikut duduk dengan ketiga temannya.
Melihat keberadaan Tensa yang ikut bergabung, tentu saja ketiga perempuan itu terkejut. Pasalnya, selama disini Tensa tidak mau ikut murajaah bersama, bisa dibilang ini pertama kali perempuan itu ikut gabung.
Saking terkejutnya, bahkan ketiga perempuan itu sampai menghentikan membacanya, lalu menatap Tensa.
Tapi kalau dipikir-pikir kenapa juga terkejut, bukannya malah bagus?
Tensa yang ditatap demikian, tentu terdiam kaku sambil menggaruk tengkuk yang tidak gatal. "Apa dirinya salah ikut gabung? " Batinnya
"Eh, aku boleh ikut gabung? " Izinnya.
Mendengar pertanyaan itu. Tentu saja ketiga perempuan itu mengangguk setuju. Lagi pula siapa yang tidak memperbolehkan manusia mengaji?
"Boleh." Jawab ketiganya kompak.
Setelah di perbolehkan gabung, tentu saja Tensa senang. Tapi tiba-tiba dia murung. "Tapi aku tidak lancar mengaji."
"Itu gampang, kami bisa mengajari kamu sampai bisa." Ucap Eva mewakili yang diangguki Salsa dan Aira. "Betul itu."
Setelah mendengar bahwa ketiga temannya membantunya untuk bisa lancar mengaji, tentu saja Tensa senang bukan kepayang.
"Terimakasih, Teman-teman." Ucapnya tulus.
"Ya, Sama-sama."
Kini keempat penghuni kamar 27 itu murajaah bersama, bahkan ketiga perempuan itu dengan telaten mengajari Tensa mengaji. Tentu ini pemandangan yang sangat langkah.
Awal yang baik, baru di pesantren tidak sampai 1 bulan sudah ada kemajuan pesat.
Padahal niat awal Tensa, ingin menemui Ustadzah Liza ingin berubah menjadi anak baik agar bisa cepat meninggalkan pesantren.
Tapi siapa sangka, niat awal yang tidak di landasi berubah karena allah ta'ala. Kini, dirinya bertekat merubah semua baik dari segi sikap maupun penampilan karena tertampar sama penjelasan Ustadzah Liza dan juga ceramah kyai Hasan kemarin.
Memang lingkungan sangat mempengaruhi. Maka dari itu, sering berkumpul dengan orang-orang shaleh itu sangat dianjurkan karena akan dapat mempengaruhi diri sehingga memiliki akhlak seperti orang-orang shaleh.
Andai Riyan dan Dira melihat perubahan putrinya, tentu saja kedua manusia paru baya itu merasa senang, karena tidak sia-sia memasukkan Tensa ke pondok yang bisa di katakan lumayan ketat.
Niat awal memasukkan putrinya agar tidak merasa kesepian dan juga ingin merubah putrinya menjadi anak baik, kini membuahkan hasil.
13/6/23
KAMU SEDANG MEMBACA
I love You Gus Alfi
Teen FictionDILARANG PLAGIAT!! ⚠️ Tensa Nadira Askandar perempuan cantik, pintar, dan berasal dari keluarga terpandang. Kehidupan yang selalu di idam-idamkan oleh orang-orang ternyata tidak semenyenangkan apa yang di pikirkan. Menjadi anak broken home membuatn...