18. Mulai Berubah

54 38 6
                                    

Guys gw lg suka sama sholawat yang ada di mulmed, wkwk. Coba dengerin guys vibesnya kayak lagi di pondok ;)

------------------------------

Jam empat sore dirinya berjalan ke ndalem guna menemui Ustadzah Liza, yang kemarin berpesan untuk menemuinya jam empat kalau ingin berubah menjadi anak baik.

Tentu Tensa tidak menyia-nyiakan kesempatan untuk belajar menjadi anak baik, karena dia sudah tidak betah lama-lama di pesantren.

Sampai pintu ndalem dia masih waras untuk tidak langsung menyelonong masuk. Tentu sikap sopan santun masih dimilikinya walaupun cuma sedikit.

Setelah mengetuk pintu ndalem terlihat Ustadzah Liza yang membuka. Dengan percaya diri dirinya mengucap. "Asalamu'alaikum ya ukhti." Salamnya sumringah.

Melihat hal itu tentu Ustadzah Liza tersenyum tipis sambil membalas salam Tensa sebelum menyuruhnya masuk ke ndalem.

Setelah di persilahkan masuk, Tensa mendudukan pantatnya ke kursi yang sudah di sediakan sambil mengatakan bahwa dirinya minta untuk diajari menjadi anak baik.

Setelah mendengar perkataan tersebut Ustadzah Liza jadi teringat pesan Gus Alfi untuk meminta tolong mengajari Tensa agar menjadi perempuan shalihah. Dengan segera Ustadzah Liza mengiyakan. "Tentu Tensa, saya akan mengajari kamu."

"Pertama, kalau mau bertemu dengan seseorang, baik itu muda, tua, atau siapapun wajib mengucapkan salam dan juga jabat tangannya kalau orang itu usianya lebih tua dari kamu."

"Karena Rasulullah bersabda,

لَيْسَ مِنَّا مَنْ لَمْ يَرْحَمْ صَغِيرَنَا وَيُوَقِّرْ كَبِيرَنَا

Yang artinya : Bukan golongan kami orang yang tidak menyayangi yang lebih muda atau tidak menghormati yang lebih tua. (HR. at-Tirmidzi no. 1842 dari shahabat Anas bin Malik). "

Sedangkan Tensa masih setia mendengarkan penjelasan Ustadzah Liza.

"Terhadap yang lebih tua maka hendaklah kita menghormati dan memuliakannya, karena mereka memiliki keutamaan. Adapun terhadap yang lebih muda maka hendaklah kita menyayangi dan lemah lembut kepadanya, karena pada diri yang lebih muda akal dan ilmunya masih kurang. Mereka perlu dibimbing dan dipenuhi kebutuhannya serta tidak menghukumnya apabila tidak sengaja melakukan kesalahan."

"Makna ucapan beliau 'bukan golongan kami' adalah bukanlah merupakan petunjuk kami atau ajaran kami. Bukanlah makna 'bukan golongan kami' berarti dia adalah kafir."

"Sedangkan di antara bentuk menghormati orang yang lebih tua yaitu seperti mendahulukan orang yang lebih tua berbicara, yang lebih muda mengucapkan salam terlebih dahulu kepada yang lebih tua. Sedangkan Di antara bentuk menyayangi orang yang lebih muda diantaranya : mencium anak-anak, memeluk anak kecil, dan mengusap anak kecil. Sampai sini paham kan Tensa penjelasan saya? " Tanya ustadzah Liza.

Setelah mendengar penjelasan Ustadzah Liza panjang lebar tentu saja Tensa paham. "Ya, saya paham."

Setelah mendengar jawaban Tensa Ustadzah Liza tersenyum tipis. Sebelum melanjutkan pembicaraan ustadzah Liza ingin bertanya. "Tensa, saya lihat waktu awal kamu masuk pesantren, kamu tidak sopan sekali sama papa kamu, saya dengar waktu itu. Papa kamu berpesan agar kamu nurut kalau dibilangin, dengan tidak sopannya kamu bilang kalau 'hah, cerewet sekali'." Ustadzah Liza berucap dengan hati-hati agar tidak menyinggung perasaan santri di depannya ini.

Setelah mendengar penuturan tersebut, Tensa pun membenarkan, karena apa yang di ucapkan Ustadzah Liza barusan memang benar adanya. "Ya, karena saya kesal sekali dimasukkan ke pesantren." Jawabnya.

"Tensa, kedua orang tua kamu memasukkan kamu ke pesantren tentu mempunyai maksud, agar kamu menjadi perempuan yang shalihah."

"Allah SWT berfirman dalam surat an-Nisa'/4:36 :

Dan sembahlah Allah dan janganlah kamu mempersekutukan-Nya dengan sesuatu apa pun. Dan berbuat baiklah kepada kedua orang tua.

"Sebaliknya, anak yang durhaka kepada kedua orang tuanya dinyatakan sebagai orang yang berbuat maksiat, yang dosanya diletakkan pada urutan kedua, sesudah dosa orang yang mempersekutukan Allah dengan tuhan-tuhan yang lain."

Mendengar penjelasan Ustadzah Liza, jujur Tensa merasa merinding. Karena jujur saja beberapa tahun terakhir ini dirinya tidak ada sopan-sopannya terhadap kedua orang tuanya.

"Tensa, sopan santun kepada orang tua juga sangat penting karena menjadi kewajiban bagi anak untuk memperlakukan mereka dengan penuh kasih sayang dan kesabaran, serta menghormati mereka sebagai rasa syukur terhadap nikmat yang pernah diterima dari keduanya."

"Contohnya : seorang anak tidak boleh mengucapkan kata kotor dan kasar meskipun hanya berupa kata "ah" kepada kedua ibu bapaknya, karena sikap atau perbuatan mereka yang kurang disenangi. Keadaan seperti itu seharusnya disikapi dengan sabar, sebagaimana perlakuan kedua ibu bapaknya ketika merawat dan mendidiknya di waktu masih kecil."

"Yang kedua, Seorang anak tidak boleh menghardik atau membentak kedua ibu bapaknya, sebab bentakan itu akan melukai perasaan keduanya. Menghardik kedua ibu bapak ialah mengeluarkan kata-kata kasar pada saat si anak menolak atau menyalahkan pendapat mereka, sebab tidak sesuai dengan pendapatnya. Larangan menghardik dalam ayat ini adalah sebagai penguat dari larangan mengatakan "ah" yang biasanya diucapkan oleh seorang anak terhadap kedua ibu bapaknya pada saat ia tidak menyetujui pendapat mereka."

Mendengar penjelasan Ustadzah Liza yang terakhir bagaikan tersambar petir siang hari. Dia menyesali, waktu itu dirinya membentak papanya untuk tidak mau di masukkan ke pesantren.

Dilihatnya Ustadzah Liza masih melanjutkan penjelasannya.

"Yang ke tiga, hendaklah anak mengucapkan kata-kata yang mulia kepada kedua ibu bapak. Kata-kata yang mulia ialah kata-kata yang baik dan diucapkan dengan penuh hormat, yang menggambarkan adab sopan santun dan penghargaan penuh terhadap orang lain." Lanjutnya.

Tapi di lihatnya Tensa bengong, sontak Ustadzah Liza berujar. "Tensa, kamu dengar saya kan? " Tanyanya memastikan.

"Iya ust, saya dengar."

"Tensa, apa ada yang perlu ditanyakan setelah mendengar penjelasan saya tadi?" Tanyanya kalem.

Setelah mendengar penjelasan panjang lebar ustadzah Liza jujur Tensa merasa bersalah dengan kedua orang tuanya karena sadar akan kesalahan bahwa akhir-akhir ini dirinya sering membentak nasihat kedua orang tuanya.

Tanpa bisa di tahan, airmata sudah keluar dengan sendirinya membuat ustadzah Liza terkejut. "Tensa, kamu kenapa?" Tanyanya panik.

Tensa menatap mata Ustadzah, sambil menggeleng pelan. "Ustadzah, beberapa tahun terakhir ini saya sering membentak ucapan orang tua saya juga kalau bicara saya nggak ada kalem-kalemnya." Aduhnya, dan dengan polos Tensa bertanya. "Apa dosa saya sudah terlampau besar?" Tanyanya. "Apa saya nanti akan dimasukkan ke neraka?" Lanjutnya sambil mengusap cairan bening yang merembes ke pipi mulusnya.

Mendengar banyak pertanyaan yang di lontarkan perempuan yang di depannya ini, tentu Ustadzah Liza menenangkan. "Semua belum terlambat, masih ada waktu untuk memperbaiki semua. Minta maaflah kepada orang-orang yang pernah kamu sakiti, terutama pada kedua orang tuamu, insyaallah kamu diampuni."

"Baik, ustadzah."


12/6/23





I love You Gus AlfiTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang