4. Perpisahan

75 46 51
                                    

"Guys, gue mau di masukkan papa ke pesantren." Ucapnya tiba-tiba.

"APA?" Tanya ketiga temannya kompak.

Terkejut? Tentu saja karena saking terkejutnya bahkan Sherly tanpa sadar sampai menggebrak meja. Tentu saja hal tersebut membuat posisinya sekarang menjadi pusat perhatian karena terdengar suara dan juga gebrakan meja yang cukup keras.

18 menit lalu Tensa memang menghubungi Sherly, Reva, dan Vina mengajaknya berkumpul ke kafe 88. Ketiga temannya setuju karena sekarang masih jam 09.00 dan juga ini hari minggu, daripada gabut di rumah tentu saja ketiganya langsung gas.

Niat Tensa mengajak ketiga temannya kumpul karena ingin memberitahu bahwa dirinya akan di pindahkan ke pesantren dan juga pamit bahwa senin besok sudah berangkat.

"Ck. Biasa aja dong." Dengusnya kesal, karena keheboan ketiga temannya kini semua mata tertuju ke arahnya.

Tak menggubris penuturan sahabatnya. Sherly pun tanya guna memastikan. "Sa, lo nggak bercanda kan?"

"Gue serius. Besok gue berangkat, makannya tadi niat menghubungi kalian itu memberi tahu sekalian pamit."

"Anjirr besok?" Tanya Vina heboh. "Kenapa lo baru ngomong nyet?" Lanjutnya kesal.

"Ck. Papa murka, karena kejadian di sekolah kemarin dan juga ketahuan bahwa gue pulang jam setengah dua dini hari. Akibatnya gue di pindahin ke pesantren." Paparnya.

"Dan lo mau gitu aja? " Tanya sherly sedangkan Reva masih setia mendengarkan.

"Mau bagaimana lagi papa cuma ngasih dua pilihan. Mau di masukkan ke pesantren atau nama di coret dari KK? Tentu saja gue pilih masuk pesantren. Dari pada gue jadi gembel di jalan."

Sedari tadi diam. Kini Reva pun berujar. "Pesantren mana? " Tanyanya.

"Al-Attas Jogja."

"Woilah jauh bener." Gerutu Vina. "Fix kita nggak bisa kumpul lagi dong." Lanjutnya.

"Bisa kok kalau libur."

"Enak bener bisa lihat rupa Gus secara langsung." Tentu saja yang bicara barusan Reva. Karena siapa lagi orang yang bahasan Gus kalau bukan perempuan berhijab itu.

Tentu saja Reva bisa bicara demikian karena di rumah dia sering menonton ceramah Gus Alfi putra tunggal Kyai Muhammad Hasan al-Attas selaku pendiri pesantren al-Attas Jogja.

Reva sangat mengidolakan Gus Alfi, karena selain umur yang masih 22 tahun juga memiliki paras tampan serta cara pembawaan ceramahnya yang tenang. Tentu saja hal tersebut sangat mudah di pahami.

Dan apa kalian masih ingat, bahwa laki-laki alim berjubah hitam dan berpeci yang kemaren fotonya di tunjukkan Reva ke ketiga shohibnya? Ya, itu Gus Alfi.

Beberapa detik setelah mendengar penuturan Reva. Tensa pun menanggapi. "Kayaknya posisi gue dan lo ketukar deh." Ucapnya asal sambil menunjuk ke arah Reva.

Reva pun mengangguk membenarkan.

"Argh,, gue nggak mau di masukkan pesantren. Nanti nggak bisa main dan lihat drakor lagi." Tensa frustasi sambil mengacak rambutnya.

Tentu saja sherly dan Vina menenangkan. "Sabar." Ucapnya sedih

Berbeda dengan Reva. "Masuk pesantren itu enak kok, selain lebih paham agama juga tentu bisa nyambi cari jodoh. Hihihi." Ucapnya tanpa dosa.

Sontak Tensa, Vina, dan juga Sherly kompak menjitak kepala Reva. "Astaga, nih anak." Ucapnya tak habis pikir.

Mendapat jitakan sohibnya, Reva mengadu kesakitan sambil mengusap pelan kepalanya.

Ya beginilah Reva, perempuan anggun pecinta Gus. Keinginannya luar biasa yaitu ingin paham agama dan juga ingin memiliki pendamping hidup seorang Gus. Katanya, kalau nggak dapat Gus nggak apa-apa minimal dapat santri👳‍♀️.

--------

Jam menunjukkan pukul 21.00 malam.
Tensa baru saja pulang, berjalan gontai masuk rumah.

Tentu saja hal tersebut membuat kedua orang tuanya yang sedang duduk sambil nonton TV pun menoleh ketika mendengar suara pintu rumah yang baru di buka.

Matanya melihat putrinya melangkah melewatinya tanpa berkata apapun. Perempuan itu terus berjalan menaiki tangga untuk menuju kamarnya.

Jujur, Tensa kesal dengan kedua orang tuanya yang memindahkannya ke pesantren maka dari itu Tensa tidak ada niatan untuk menyapa.

Dalam fikirannya percuma juga kemarin teriak untuk mengatakan bahwa dirinya kesepian, bukannya iba malah dirinya di pindahkan ke pesantren.

Sedangkan Dira matanya terus menatap punggung Tensa ada rasa iba. 'Maaf' batinnya. Tak terasa punggung Tensa sudah tidak terlihat kemudian wanita paru baya itu menoleh ke suaminya. "Mas." Ucapnya melas.

Sedangkan Riyan pun mengelus punggung Dira menenangkan sambil berujar. "Udah nggak apa-apa ma, papa ngerti apa yang di rasakan Tensa. Itu hal yang wajar. Tapi insyaallah nanti setelah keluar dari pesantren putri kita kembali seperti dulu. Menjadi perempuan yang shalehah, penurut, dan sopan santun."

Riyan dan Dira sengaja membiarkan putrinya main dari jam 09.00 sampai 21.00 malam. Karena keduanya berfikir bahwa besok putrinya sudah berangkat mondok, barang kali putrinya pamit ke teman-temannya.

"Iya mas." Jawab Dira.

Sedangkan di kamar yang bernuansa biru laut terlihat seorang gadis yang merebahkan tubuhnya sambil memainkan ponsel.

Tanpa mandi dan berganti pakaian, perempuan itu memainkan ponsel melihat foto di galeri. Terlihat dirinya dan ketiga sohibnya foto bersama. Itu foto terakhir sebelum dirinya masuk pesantren, Tensa akan menyimpannya.

Seharian ini Tensa dan ketiga temannya menghabiskan waktu bersama. Hingga tak terasa dirinya pulang, waktu sudah menunjukkan pukul sembilan malam.

Lagi enak lihat-lihat foto di galeri. Tiba-tiba ada notif pesan masuk yang berasal dari WhatsApp. Dilihat ada nomor yang tidak di kenal yang mengiriminya pesan.

08383*******
Hy

Tensa
?

08383*******
Bara

Tensa
Gk kenal

Dirasa tidak penting, perempuan itu langsung memblokir nomor tersebut.

Bukan sekali dua kali ada nomor yang tidak dikenal mengiriminya pesan. Perempuan itu heran, mereka dapat nomornya dari mana ya?

Tensa diam sambil mengingat sejenak 'Bara' namanya tidak asing.

Setelah 5 menit mencoba mengingat. Tetapi tetap saja dia nggak ingat apapun. "Halah bodo amatlah lebih baik tidur."

Sedangkan di lain tempat, laki-laki berjaket denim melihat pesannya yang baru saja di balas. Senyum sinis terpatri di wajah tampannya. Baru kali ini dirinya di cuekin seorang perempuan, emang nama Bara ada berapa di kota ini?

Aldebara Reno Sanjaya

Orangnya lumayan terkenal, selain menjadi selebgram dia juga menjadi duta pariwisata, dan juga terkenal karena dia seorang pembalap. Mana mungkin ada orang yang tidak mengenalnya. Kecuali perempuan cuek itu.

"Menarik. Ya, benar-benar menarik."

5/6/23




I love You Gus AlfiTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang