3

5.7K 422 3
                                    

"Nevan"

Deg


"Dia sudah meninggal. Kami sangat menyesal karena tidak mengangkat telepon mu lebih cepat. Andai kami lebih cepat sedikit saja andai.." Lio hanya memandang bingung pemuda yang sedang menunduk melihat lantai tersebut. ' Ada apa ini? kenapa mereka seperti itu? dan kenapa gwe dan bocah prik ini masuk rumah sakit?' batin Nevan yang masih menatap para pemuda tersebut.

Ya Nevan atau Lio sendiri tidak mengingat bagaimana mereka meninggal dan bagaimana mereka terluka. Nevan sendiri masih mengingat siapa dirinya dulu tapi tidak mengingat bagaimana dia bisa berakhir meninggal itulah kenapa ia sangat terkejut saat melihat berita yang menyatakan dirinya telah meninggal.

Lalu kenapa Nevan tetap santai saat dia bangun ditubuh Lio? Karena Lio sendiri sudah bilang bahwa dirinya telah mati dan akan menempati tubuh Lio.

"Kalian.."

"Kami hanya ingin menjengukmu Lio dan memberitahukan bahwa polisi akan datang untuk memintaimu keterangan" Potong pemuda yang sedari awal menatap Lio. Dia Rafael Tanzel Intezar ketua geng Rose Killer dan yang sedari tadi duduk juga merupakan inti dari geng tersebut.

Mereka terdiri dari Aziel Neo Dharmendra sebagai ahli strategi, Keegan Marvin Mahendra sebagai panglima tempur di geng Rose Killer, Dan Keenan Malvin Mahendra kakak dari Keegan sekaligus penasehat di geng tersebut.

" Apa kau mengingat apa yang terjadi?" Keenan bertanya setelah keheninang beberapa saat tadi.

"Tidak" Jawab Lio dengan menatap mata Keenan. Keenan sendiri hanya menganggukkan kepalanya sebagai jawaban dari Lio.

"Lah terus gimana dong?. Kasihan si Nevan gentayangan" Ucap Keegan kepada teman segengnya tersebut dan dibalas tatapan tajam oleh mereka begitupun Lio.

"Apa? Benarkan? Karena tuh bocah yang liat pelaku yang nusuk Nevan sampai meninggal" lanjutnya.

' Hahh' Helaan nafas terdengar dari Rafael. Dia mengkode ke Keenan untuk menjelaskan dan menyuruh Ziel untuk menutup mulut Keegan.

Keenan yang mengerti hanya mengangguk begitupun dengan Ziel yang langsung mendekap mulut temannya itu.

"Ummmmmnnnnn Uhmmnn"

"Kagak usah desah. Simpan suara luh buat entar malam sayang" Bisik Ziel di akhir kalimatnya membuat Keenan kicep seketika. Rafael dan Keenan yang mendengarnya hanya menatap dua sejoli tersebut dengan datar karena sudah biasa.

"Lio" Alis Lio terangkat saat mendengar Keenan memanggil namanya.

"Lio nanti saat polisi datang bilanglah pada mereka bahwa kau melihat Raka Malviano menusuk Nevan apa kau mengerti?" Ucap Keenan dengan menatap Lio tegas.

"Tapi kenapa?" jawab Lio 'Setau gwe kalian gak punya masalah sama si Raka jadi kenapa?' lanjutnya dalam hati.

"Gak usah banyak tanya luh cuma harus bilang gitu doang repot" Julit Keegan yang tidak sengaja terlepas dari Ziel. "Julit banget sih kamu. Pacar siapa sih ini" Ucap Ziel sambil mengunyel-unyel pipi Keegan.

"Luh lah siapa lagi" Sewot Keegan yang membuat Ziel menciumi pipi Keegan dengan brutal.

Cup

Cup

Cup

Cup

Cup

Cup

Cup

Cup

Cup

"Nih" Keegan dan Ziel menoleh ke arah Keenan yang menyodorkan karu berwarna hitam kemereka berdua.

"Kehotel. Tuntasin disana jangan disini ini rumah sakit bukan kamar kalian berdua" Lanjut Keenan yang mengerti akan tatapan dua sejoli tersebut.

Mendenger hal ini tentu saja membuat Ziel sumringah dan langsung merebut blackcard tersebut dari pemiliknya tanpa melihat pasangannya yang sedang shock.

"Terimakasih kakak ipar" ucap Ziel yang langsung ngacir dengan menggendong Keegan ala karung beras.

"WOYYY!! ABANG DAKJAL JUAL ADIK SENDIRI, BANGKE TURUNIN KAGAK LUH ANJING TURUNIN GWE BANGSAT JANCOK BABI ANJING TURUNIN WOY " Teriak Keegan disepanjang koridor rumah sakit.

Tiga orang yang melihat tingkah mereka berdua hanya diam tidak peduli karena sudah biasa. Lio mentap Keenan dan Rafael bergantian.

"Gak papa mereka suka gitu" Ucap Keenan yang menyalah artikan tatapan Lio seperti keheranan melihat dua ayam yang ingin bercocok tanam.

'Gwe udah tau kali' Sinis Lio didalam hatinya.

Tiba-tiba ada yang mengelus rambut kepala Lio dengan lembut dan membuatnya tersentak.

"Gak papa jangan takut" Suara bariton itu sedikit menggema karena ruangan tersebut tiba-tiba hening. 'Kenapa nih manusia aneh' Ucap Lio didalam hatinya yang baru melihat tingkah ketua gengnya yang aneh.

"Kayanya gwe harus pergi" Ucap Keenan entah pada siapa dan langsung berjalan kearah pintu keluar.

"Hati-hati dia masih belum pulih" Lanjut Keenan sebelum pintu bener-bener tertutup.














°{OKULTISME}°Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang