Bab 9

2.9K 206 2
                                    


Tak

Tak

Tak

"Han"

Suara tersebut menghentikan seorang wanita yang sedang meneliti diruangan minim cahaya tersebut.

"Ada apa Reza?" balas wanita tersebut dengan suara lembutnya.

"Bagaimana? apakah kau sudah menemukan identitas korban?" Reza bertanya kembali kepada wanita yang bernama han tersebut.

"Pertama jangan panggil aku Han dan kedua belum, aku belum menemukannya" ucapnya dan berjalan kepintu yang ada disamping kanannya tersebut.

Ceklek.

Reza hanya mengikuti wanita dengan jas putih yang selalu melekat ditubuhnya keruangan yang memiliki pencahayaan yang sedikit lebih terang.

"Dia terbakar hampir 90% dan itu  menyebabkan dia sangat sulit untuk dikenali"  Lanjutnya sambil membuka tirai dan terdapat dua orang yang sudah tidak bernyawa.

"Apakah tidak ada yang bisa di identifikasi Han? aku.."

Paaak

Suara geplakan tersebut menggema kencang diruangan tersebut.

"Jangan panggil saya Han pak Reza!"Suara lembut bercambur tegas tersebut membuatnya terlihat menyeramkan.

'Inilah alasan kenapa aku belum menikah sampai sekarang' batin pak Reza yang hanya tersenyum menahan sakit dikepalanya.

" Baiklah baiklah Hanum. Jadi kita lanjutkan yang tadi" senyum tersebut tidak luntur dibibir tebal pak Reza dan di balas anggukan kepala.

"Dia mati karena terbakar, maksudku dia tidak mengalami kekerasan fisik. Seakan-akan korban menyerahkan dirinya begitu saja kepelaku dan membakarnya" ucap wanita bernama Hanum tersebut dan membuat ruangan itu hening beberapa detik.

"Maksudmu tidak ada tindakan kekerasan yang dikakukan pelaku kediri korban? Bagaimana dengan paksaan? Apakah itu tidak ada?" gelengan kepala dari Hanum benar-benar membuat Reza sakit kepala.

" Biar aku ulangi lagi Reza, korban tidak melakukan perlawanan ataupun mendapatkan perlawanan dari pelaku, jika dia melakukan itu harusnya ada sinyal yang dikirim keotak atas kejadian tersebut tapi itu tidak ada. Seakan-akan dia merelakan dirinya untuk dibakar oleh sipelaku" penjelasan panjang tersebut mengisi keheningan diruangan tersebut.

"Maksudmu sinyal keotak?" tanya Reza yang tidak paham.

"Begini Reza, saat kau terluka pasti sarafmu akan merangsang hal tersebut dan mengirim sinyal keotak bahwa dirimu terluka dan menyebabkan rasa sakit, hal tersebut sama saat kau dalam bahaya pasti otakmu akan memberikan sinyal bahaya  dan sinyal tersebut akan dikirim kediri kita untuk bisa mempertahankan diri kita sendiri" jawabnya Hanum.

Reza mendengarnya hanya bisa diam membisu dengan raut wajah yang tidak bisa dibaca.

"Bagitu..  baiklah.." ucap Reza lirih setelah diam beberapa detik.

" Bagaimana dengan keluarganya? Apakah ada yang mencarinya" pertanyaan itu terlontar untuk mengubah topik pembicaraan.

"Tidak ada, Keluarga, sahabatnya bahkan pihak sekolahnya saja tidak ada yang mencari, dia.." ucapan pak Reza berhenti dia memikirkan kata yang tepat untuk ia katakan.

"Seakan-akan dia emang harus pergi dari dunia ini?" lanjut Hanum dan mendapat tatapan mata kosong dari Reza dan sedikit anggukan kepala?.

"Hah.. baiklah kita lanjut ke Nevan" kata Hanum dan melihat ke bangkar lain yang terdapat sesosok remaja dengan kain yang menutupi kaki sampai dadanya seperti bangkar disebelahnya.

"Pertama aku mau bilang bahwa tidak mungkin anak yang kau bawa dan kau masukan kejeruji besi itu adalah pelakunya" ucapan tegas tersebut membuat Reza kaget.

"Apa!!? Apa menurutmu aku telah menangkap orang yang salah? Kau meragukanku?" Reza bener-bener dibuat kaget oleh sahabatnya? ini.

"Tidak bukan itu maksudku, coba kau pikir apa mungkin anak kurus, kering seperti kekurangan nutrisi itu bisa melawan orang yang tubuhnya selalu dilatih setiap hari ini?" ucap tegas lagi-lagi keluar dari bibir pink tersebut.

" Diam kan kamu. Besok aku ingin bertemu dengan dia.. jangan menolakku atau kau akanku pukul" sebelum Reza ingin menyela Hanum sudah memantapkan keputusan yang dibuatnya dan itu tentu saja tidak boleh dibantah.

" Terserah" setelah mengatakan itu Reza keluar dari ruangan tersebut dan kembali kekantor polisi untuk menyidik kasus ini.

.

.

.

.

.

.

Disisi lain Ziel sedang berjalan kearah pekarangan rumahnya yang terdapat 3 lantai tersebut.

Ceklek

Prankk

Sesaat setelah pintu terbuka sebuah fas melayang tepat ke arah kepala Ziel dan mengenainya mengakibatkan dahinya mengeluarkan darah.

"GAK USAH PULANG!! SANA SAMA PACAR BARU KAMU AJA!!"

Teriakan tersebut menyadarkan Ziel dari sakit kepala ada dikepalanya.

" DASAR HISK KITA PUTUS AJA HISK  ZIEL DARI PADA HISK AKU HARUS LIHAT KAMUHISK SAMA ORANG LAIN HISK" teriakan bercampur tangisan Keegan membuat Ziel berlari dan memeluk Keegan dengan erat.

"LEPAS HISK LEPASIN AKU HISK ZIEL HISK" Keegan terus berteriak dan berontak didalam pelukan Ziel.

" Maaf.. maafin.. maafin aku sayang.." ucap Ziel dengan lirih sambil membenamkan kepala kesayangan dadanya.

Keegan berangsur-angsur tenang dan mulai membalas pelukan Ziel dengan erat.

"Hisk Ziel Hisk Hisk Ziel Hisk"

'Maaf maafin aku' Ziel membantin sambil mengelus dan sesekali mengecup kepala Keegan.

Ehem.

°{OKULTISME}°Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang