Bab7

3.5K 247 4
                                    

"Eh liat liat ada dedek gemes"

" Wahh gemes banget pengen cubit"

"Gila stok uke gwe nambah"

" Tapi dia siapa?Murid barukan?"

"Keknya bukan luh tau peraturannya kan"

"Bener juga jadi engga mungkin"

"Eh eh eh itu Lio engga sih?"

" Hah Lio anak culun itu"

" Gila ilang 1 bulan balik-balik glow up aja tuh bocah"

" Kyaaaa gwe harus cariin same buat diaa"

Begitulah bisik-bisik atau bisa dibilang teriakan siswi yang melihat kedatangan Lio. Lio sendiri hanya acuh tak acuh dia berjalan menuju kelasnya tanpa menghiraukan teriakan tersebut.

BRAKKK

Pintu kelas tersebut lepas karena tendangan Lio.

"Ayammm"

"Astagfirullah"

"Pantat panci pink"

"Gwe ganteng"

"Kucing gwe bertelur"

Latah penghuni kelas yang ada disana dan menetap sang pelaku yang hanya menampilkan giginya.

" Hehehe, sorry" Ucap Lio kepada mereka dengan tampang tak berdosanya.

"Sapa luh bocah?" tanya orang yang sedari tadi melihat tingkah laku Lio.

" Nee ah maksud gwe Lio, Adelio Bastian Gibran" jawab Lio dan langsung berjalan ke arah mejanya tanpa mempedulikan teman-temannya yang sedang diam bak patung tersebut.

HAHHH

"Anjir tuh bocah si cupu?"

"Gila!! cute banget"

"Kyaaa ukee"

"Otw belok kalau gini gwe"

Teriakkan kembali terdengar di dalam ruang kelas tersebut. Mereka benar-benar tidak percaya bocah imut tersebut adalah Lio karena Lio yang mereka kenal culun dan kucel tidak seperti orang yang ada didepan mata mereka.

Ting Ting Ting

Bel berbunyi menghentikan aksi mereka yang akan mendekati meja Lio yang pemilik meja tersebut sedang memandang ke arah luar jendela.

Skip Istirahat.

Lio sekarang sedang menikmati bakso ibu kantin dengan hikmat namun tiba-tiba.

"KEPADA SISWA BERNAMA ADELIO BASTIAN GIBRAN DIMOHON UNTUK DATANG KE RUANGAN KEPALA SEKOLAH"

Lio yang mendengarnya hanya menghela nafas kasar.

"Hah.. ganggu" ucapnya lalu berdiri dan meninggalkan bakso yang tinggal setengah tersebut.

...

Saat ini Lio sedang mengerutkan dahinya karena orang-orang yang ada di dalam ruangan kepala sekolah. Didalam ruangan tersebut terdapat empat orang dewasa yang tentu saja Lio kenali ah ralat maksudnya ada lima karena ada kepala sekolah yang sedang menunduk ketakutan.

"Saudara Adelio silahkan duduk" suara tersebut menginterupsi Lio agar segera duduk.

Lio pun duduk dikursi singel yang awalnya diduduki kepala sekolah dan kepala sekolah tersebut sekarang berdiri disamping kursinya.

" Saudara Adelio .."

"Lio aja pak Reza" potong Lio karena meras aneh dengan panggilan untuknya tersebut.

Yaps orang yang ada didepan Lio sekarang adalah tiga polisi yang dulu kerumah sakit untuk interogasi dan satu orangnya merupakan kakeknya? yaitu Danindra Adiguna yang sedang memandang Lio dengan penuh amarah.

"Baik, saya lanjutkan saudara Lio anda mengatakan kepada kami bahwa saudara melihat Reza Malviano pada malam pembunuhan Nevan benar?" lanjut pak Reza yang langsung dijawab cepat oleh Lio

"Iya"

" Tapi kami mendapat laporan bahwa saudara bernama Reza Malviano telah hilang tetap satu hari sebelum kematian Nevan atau lebih tepatnya tanggal 19 Maret" ucap pak Agus dengan mengintimidasi.

"Tunggu apa? saya tidak tau soal itu dan saya benar-benar melihat dia di tempat kejadian" sanggah Lio.

" Lalu menurutmu bahwa polisi disini salah?" suara bariton tersebut dari Danindra yang sudah menahan amarah sedari tadi.

"Bisa-bisa kamu tidak mengakui bahwa kamu sendiri telah membunuh cucu saya" lanjutnya.

'Tidak kakek tidak tolong percayalah'ucap batin Lio yang baru melihat kakeknya semarah ini pada dirinya.

"Kau tidak bisa mengelak lagi saudara Lio" ucap Arfin dengan tidak santainya.

" Diam kau pak Arfin. Kau dari dirumah sakit seperti ingin terus memancing emosi saya" tegas Lio yang dibalas tatapan tajam oleh empat orang dewasa terbaru (-kepala sekolah).

"Hah.. sudah lah ini surat penangkapan untuk diri mu dan kau Agus cepat tangkap dia" ucap pak Reza yang langsung diangkuhi oleh pak Agus.

Pak Agus langsung menangkap Lio dan memborgol tanggan Lio.

"ENGGA!! BUKAN GWE!! LEPASIN GWE BANGSAT!! LEPAS!!" teriak Lio pada orang-orang disana.

"Sudah ikut saja dan simpan pembelaanmu untuk nanti sidang" ucap Arfin yang sudah muak dengan drama ini.

















BRAKK


















Hay gimana ceritanya?
saya baru sapa kalian kan maaf yah tapi makasih yah yang udah baca dan vote, saya seneng banget
sekali lagi makasih yah
owh ya satu lagi jangan bosan-bosan yahh karena ada kejutan nantinya
























°{OKULTISME}°Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang