Bab 10

2.7K 184 1
                                    

Ehem.

Suara tersebut menyadarkan kedua sejoli yang sedang berpelukan erat itu.

"Kakak ipar!?" suara tersebut keluar dari mulut Ziel yang melihat Keenan yang sedang duduk anteng diruang tamu sambil menikmati tehnya itu.

"Hm" balasnya dan meletakan cangkir tehnya di meja.

"Ngapain?" pertanyaan itu terlontar dari Ziel yang aneh melihat tingkah kakak iparnya ini.

"Minum teh" jawabnya tanpa dosa.

"Ap.." sebelum selesai bicara ziel disela oleh kakak iparnya itu.

"Tunggu!, pertama, kau beri makan adikku dulu dia belum makan dari tadi siang" ucap Keenan dan Ziel langsung menatap kebawah melihat kekasihnya yang sedang memandangnya juga.

"Kedua, tolong jaga adek gwe, gwe mau ke Bandung nyusul si Rafael.."

"Ngapain?" ucap Ziel menyela.

"Engga tau,  gwe disuruh buat kesana . Owh.. ya jangan menyela" ucap Keenan sambil tersenyum.

'Setres' batin Ziel melihat senyum tersebut.

"Dan yang ketiga, jangan selingkuh atau kau.." ucapan Keenan terhenti dan digantikan isyarat jari jempolnya yang bergerak dari kiri kekanan melewati leher mulus Keenan.

Glek.

"Siap kakak ipar" ucap Ziel menelan ludahnya sendiri dan Keenan yang sudah berjalan kearah pintu rumah berlantai tiga tersebut.

"OH.. YAH.. ADEK JANGAN LUPA BAHWA PACARMU ITU TERLUKA!!" teriak Keenan sesaat melihat pecahan kaca yang berserakan didepan pintu kayu.

Keegan yang memang sedari tadi tengah asik melihat wajah tampan kekasihnya tersebut tersadar bahwa dahi pacarnya itu mengeluarkan cairan kental berwarna merah.

" ZIEL KAMU BERDARAH!!" teriak Keegan panik dan langsung melepaskan pelukan hangat mereka.

"Ya ampun Ziel gimana nih?. Kotak P3K kamu ada dimana? kita harus kerumah sakit, tapi gimana kalau kamu nanti gegar otak? terus engga inget aku lagi? Ziel ayo kita kerumah sakit aja..bla..bla..bla.." panik Keegan dan langsung diberhentikan oleh Ziel.

"Hey berhenti Keegan.. Keegan.. sayang.. hustt.. sayang.. aku engga papa oke. Ini luka kecil jadi engga usah kerumah sakit" ucap Ziel menenangkan dan langsung mengusap darah yang mengalir dengan menggunakan baju yang dipakainya.

"Lihat udah engga ada kan" lanjutnya dan memperlihatkan dahi yang sobek sekitar empat cm tersebut.

"Tapi.. itu.." Ziel menempelkan jari telunjuknya dibibir pink favoritnya itu.

"ini engga papa tapi kalau kau bener-bener khawatir kamu bisa menciumnya untuk pertolongan pertama" ucap Ziel menyunggingkan seyumnya.

PLAK

Bukannya mendapat ciuman malah Ziel mendapatkan geplakan manis dari kekasihnya tersebut.

"Modus" ucap Keegan dan langsung berlari menghindari kejaran Ziel yang mulai mengikutinya. Dan mereka berduapun berakhir dengan mengejar satu sama lain.

Kita tinggalkan mereka dan balik keKeenan yang sedang mengendarai mobilnya menuju ketempat bosnya berada siapa lagi kalau bukan Rafael.

Ringgg

Ringg

Ringg

Rafael T.I is calling...

Suara tersebut keluar dari handphone Keenan dan setelah dia melihat siapa yang telah menelepon tanpa pikir panjang Keenan langsung mengangkatnya.

"Halo?"

"Dimana?"

"Perjalanan"

"Hm"

Tut Tut Tut Tut...

"Hah?.. ANJIRR!! GITU AJA? BASA BASI DIKIT KE BANGSAT!!" sewot Keenan dan melempar handphonenya kekursi disampingnya.

" Bangsat bangsat gini amat jadi babu anjing!" gerutunya kesal disepanjang jalan yang ramai lancar tersebut.

  Sepertinya Keenan akan terus menggerutu sampai tujuannya jadi kita tinggalkan dia dan menuju kekantor polisi yang dimana ada seorang remaja yang sedang makan bubur ayam dengan nikmat itu.

"Eehhmm enak banget" ucapnya setelah menelan bubur tanpa kacang kedelai dan daun bawang tersebut.

" Hati-hati cil nanti lidah kamu kebakar loh, itu masih panas soalnya" suara itu keluar dari polisi muda yang bertugas menjaga Lio.

"Iya bang putra" jawab Lio dan langsung melahap rakus bubur tersebut.

Orang yang dipanggil Putra tersebut hanya geleng-geleng kepala melihat anak yang harus dia jaga tersebut.

Ngomong-ngomong soal Putra dia adalah polisi yang baru saja dipindah tugaskan kekantor polisi pusat. Pria muda yang baru menginjak usia 22 tahun tersebut sangat menyukai anak-anak karena menurut dia mereka sangat lucu. Itulah kenapa dia sangat akrab dengan Lio, bahkan ada beberapa orang disana beranggapan bahwa mereka adalah saudara.

"Hey put kau itu ditugaskan pak Reza untuk menjaga dia bukan malah menjadi beby sister dia!" ucap Arfin dengan menatap tajam bawahan barunya itu.

"Maaf pak Arfin" balas Putra dengan menundukkan kepalanya karena takut dengan aura yang dikeluarkan oleh Arfin.

"Kembali ketempatmu"

"Baik pak" Putra langsung duduk ketempat duduknya tanpa membantah.

"Kau sangat jahat pak Arfin" suara itu terdengar dari Lio yang sudah menyelesaikan makannya dan meletakan mangkuk diatas nampan.

"Aku? atau kau bocah?" ucap Arfin dengan intimidasi.

Lio hanya bisa menghela nafas dan menuju ketikar yang terdapat diselnya itu untuk tidur.

"Tck. Menyusahkan" ucap Arfin dan pergi dari sana.



















~Haii apa kabar? baik-baik ajakan?gimana ceritanya? kalau kalian punya kritik dan saran coba tulis dikolom komentar yahh, itu gratis kok;-)~
 




°{OKULTISME}°Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang