1

2K 64 4
                                    

Warning : bxb, Mpreg, car crash, MCD/Major Character Death

























Angin sepoi-sepoi menerbangkan surai panjang seorang lelaki cantik yang tengah duduk seorang diri di taman belakang kediamannya. Sosoknya begitu menawan dibawah langit jingga hingga membuat lelaki lain yang sejak tadi memperhatikan dari belakang tersenyum tampan.

"Sore, Jeffy." Sapanya pada sang pujaan hati.

Lelaki yang disapa menolehkan kepalanya dan memberikan senyum manis, "Kak Mile, sudah pulang dari tadi?"

Mile-nama lelaki yang kini sudah berjongkok di depan Jeff hanya mengangguk mengiyakan sembari mengambil salah satu tangan Jeff untuk dikecup lembut. "Bagaimana harimu dan baby?" tanyanya.

Mendengar Mile menyebut kata baby, Jeff refleks memegang perutanya yang kini sudah membesar.

Mereka berdua—Mile dan Jeff adalah pasangan yang sudah menikah selama lima tahun dan kini tengah menunggu kelahiran anak pertama. Setelah lima tahun menunggu, lebih tepatnya menunggu kesiapan Jeff untuk memiliki jabang bayi dalam perutnya. Fisiknya yang memiliki keterbatasan dan tak seperti orang pada umumnya membuat Jeff ragu untuk memiliki seorang anak. Takut jika suatu saat nanti anaknya akan malu memiliki orang tua yang hanya bisa menghabiskan sisa hidupnya duduk di atas kursi roda.

"Baby baik. Dia tidak nakal hari ini." Ujar Jeff dengan senyum tulus yang kini tengah memandang perutnya yang sudah terlihat sedikit membuncit. Kandungannya sudah berusia enam belas minggu, jadi bukan hal yang aneh jika perutnya kini sudah tak lagi rata.

"Benarkah? Tapi tadi mama menelfon dan berkata bahwa kau sempat muntah." Mile bertanya dengan raut wajah khawatir. Bukan hal yang mengherankan sebenarnya mengingat Jeff ketika awal kehamilan selalu muntah dan tak ingin memakan apapun hingga berat badannya turun dan membuat Mile bingung apa yang harus dilakukan.

"Tidak usah khawatir, kak. Aku bisa mengatasi itu. Lagipula setelah muntah aku kembali makan." Jeff menjawab sembari meletakkan tangannya di atas tangan sang suami yang mengelus lembut perutnya.

"Kau memang harus makan banyak, Jeffy." Mile bangkit dan memposisikan dirinya di belakang Jeff guna mendorong kursi roda ke dalam rumah. Hari sudah semakin sore dan angin berhembus semakin kencang, udara yang semakin dingin tak terlalu bagus untuk orang hamil.

"Tenang saja jika soal makanan, kak. Tadi mama memasakkanku banyak makanan, kita makan bersama, dengan ayah juga. Tapi ayah tak bisa tinggal lebih lama karena ada rapat yang harus dihadiri katanya. Oh ya, dan tadi mama mengajariku cara merajut, katanya supaya aku tidak bosan. Tapi aku tetap tidak bisa merajut bahkan setelah satu jam belajar, itu menjadi rajutan yang tak beraturan kurasa. Ohh...dan satu lagi. Tadi Bible ke sini dan memberiku sebuah pisau. Katanya supaya-"

"BIBLE APA?" mendengar sang adik memberi Jeff pisau membuat Mile refleks berhenti dan berteriak.

"Kak Mile, jangan berteriak. Bible hanya memberiku pisau. Katanya itu oleh-oleh dari liburannya bersama Us." Jeff mencubit kecil telapak tangan suaminya karena telah membuatnya kaget.

Mile menarik nafas dalam dan menghembuskannya perlahan, "Tapi sayang, dari sekian banyak benda di dunia ini, kenapa harus pisau?"

"Mungkin karena Bible anak teknik." Jawaban Jeff yang bisa dibilang tidak masuk akan ditambah dengan ekspresinya yang polos dengan mata berkedip pelan membuat Mile total gemas dengan suami cantiknya.

"Ya, bisa jadi. Tapi dia bisa memberikan benda lain yang lebih baik daripada pisau." Ujar Mile sembari mengangkat Jeff dan meletakkannya dengan perlahan di atas ranjang.

"Tak apa, kak. Bible bilang itu pisau langka karena hanya ada satu di dunia." Ungkap Jeff sembari terkekeh.

Sebuah kekehan yang membuat hati Mile menghangat hanya dengan mendengar suaranya saja.

Tok...tok...tok...

Ketuka di pintu mengintrupsi obrolan mereka berdua.

Ternyata seorang wanita paruh baya berjalan masuk dengan sebuah piring ditangan kanannya. Ibunda Mile, memasuki kamar mereka berdua dengan senyum cerah diwajah tuanya yang anggun.

"Selamat malam menantu mama yang cantik." Wanita itu menyapa setelah meletakkan piring yang berisi potongan buah di meja nakas.

Jeff tersenyum manis, "Malam, ma. Harusnya mama tidak perlu repot membawakan buah kesini, Jeff bisa mengambilnya sendiri."

"Mama tidak akan membiarkan menantu mama yang sedang hamil kelelahan. Lagipula ini kemauan mama sendiri." Ujar nyonya besar Romashithong. "Mile, cepatlah mandi. Kau baru saja pulang bekerja dan belum bebersih tapi sudah menyentuh Jeff seperti itu."

Mile yang baru saja mendapat omelan dari ibunya hanya menghela nafas. Berpikir kenapa ibunya itu berlebihan sekali, ini hanya sentuhan tangan, tidak lebih, tapi ibunya berkata seolah Mile adalah sumber penyakit. "Ma, jangan berlebihan."

"Tidak usah menjawab, cepat mandi." Ujar ibunda Mile sembari menyeret anak lelakinya supaya bangkit dan sedikit mendorongnya kearah kamar mandi.

"Astaga, ma. Baiklah, baiklah aku akan mandi." Mile berjalan memasuki kamar mandi sembari melepas jas yang melekat ditubuh tegapnya.









TBC.....


Walau cerita sebelah belum tamat tp Milejeff story yg kemaren aku janjiin akhirnya aku publish setelah berbagai pertimbangan.
Semoga bisa dinikmati...

I'm Sorry (Milejeff) ENDTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang