“Aku dengar kau akan segera menjadi Ayah? Selamat Mile, satu lagi keinginanmu yang dikabulkan Tuhan.”
Suara yang sudah lama tak didengar itu kini kembali menghiasi hari-harinya. Jika tidak ada kejadian fatal lima tahun lalu, mungkin Mile akan dengan lantang berkata bahwa suara itu adalah salah satu favoritnya. Mile akan dengan senang hati menyambut kedatangannya, memberinya pelukan hangat disertai kecupan ringan di bibir ranum yang selalu menebar senyum manis itu.
Tapi sekarang semuanya sudah tak lagi sama. Sosok di depannya sudah membuat Mile merubah pandangan. Walau sudut hatinya masih menyimpan sedikit rasa, namun akal sehatnya masihlah yang menjadi kuasa. Mile sadar kini dirinya sudah memiliki Jeff. Lelaki cantik pemilik senyum tak kalah manis yang sudah menjadi bagian dari hidupnya.
Tak bisa dipungkiri bahwa kehadiran Jeff dalam hidupnya menjadi penyembuh luka. Walau awalnya dimulai dengan keterpaksaan.
“Build, bisakah kau pergi dari sini. Aku harus bekerja.” Ujar Mile tanpa mengalihkan pandangannya dari laporan yang tengah dia baca.
Bukannya menuruti apa kata Mile. Build malah berjalan mendekat hingga kini sosoknya ada di samping kursi kerja Mile. Lelaki itu dengan tidak tau malu merendahkan tubuh hingga kini wajahnya sejajar dengan wajah milik Mile.
“Kenapa kau jadi dingin padaku? Lagipula menemaimu bekerja kan sudah menjadi rutinistasku sejak dulu.”
Diperlakukan demikian lama-lama membuat Mile geram. Lelaki itu bangkit dengan wajah kesal sembari tangannya menunjuk pintu keluar, “Keluar, Build. Aku tidak ingin berlaku kasar.”
Lagi-lagi bukannya menyerah, Build malah membawa tangannya menelusuri dada bidang Mile lalu menari kerah kemejanya dan membawa lelaki itu dalam sebuah ciuman bibir.
Mile yang mendapat serangan tiba-tiba tentu saja kaget. Tangannya hendak mendorong Build guna melepas ciuman, tapi lelaki itu malah dengan kencang mengunci leher Mile dengan kedua tangannya yang sudah terkalung di sana.
Ciuman itu menjadi semakin dalam dengan Build yang sudah mulai lancang membuka kancing kemejanya satu persatu-satu, “Mile, kumohon biarkan seperti ini. Dia meninggalkanku. Ibuku meninggalkanku.”Pengakuan dengan nada lirih penuh kesedihan itu membuat Mile terdiam mencerna semuanya.
Apa?
Ibuku meninggalkanku.
Bagaimana bisa?
Mile terlalu sibuk mencerna apa yang baru saja dikatakan Build hingga sebuah bogem mentah mengenai salah satu pipinya.
Rasa anyir langsung terasa. Tubuhnya juga mundur beberapa langkah karena orang itu memukulnya terlampau keras.“BRENGSEK! APA YANG KAU LAKUKAN, KAK?1 KAU GILA, HAH.”
Sulung Romsaithong itu mendongak dan menemukan Bible tengah menatapnya dengan pandangan marah, “B-bible…”
“YA, INI AKU. KENAPA? KAU BERHARAP SIAPA, HAH?”
Selama tumbuh bersama, baru kali ini Mile melihat sang adik begitu marah. Bible memang tipikal orang yang tak kenal ampun, tapi lelaki itu selalu bermain dengan strategi. Bukan cara bar-bar hingga menimbulkan keributan.
“Aku bertanya apa yang kau lakukan bersama manusia sampah itu?” Bible bertanya sambil menunjuk Build yang juga berwajah kaget.
“Kau memanggilku apa?!”
Tumbuh sebagai manusia terhormat tentu saja Build tak terima disebut demikian. Lelaki itu maju dan berhadapan dengan Bible.
“Sampah. Manusia sampah.” Tanpa ada rasa takut atau rasa bersalah Bible menjawab dengan nada suara meremehkan, “Kau sampah, Build.”
“BERHENTI MEMANGGILKU SAMPAH. KAU BRENGSEK, BIBLE.”
Bugh…
Diteriaki demikian membuat Bible kembali emosi. Anak bungsu keluarga besar Romsaithong tersebut dengan ringan mendaratkan satu bogem mentah tanpa rasa kasihan.
“Ucapkan itu pada dirimu sendiri yang sudah merusak masa depan seseorang lalu melarikan diri dan meninggalkan tanggung jawab pada orang lain. Kau pengecut, brengsek dan sampah sepertimu bahkan tak layak hidup.”
Bible maju selangkah demi selangkah dan menarik kerah kemeja Build hingga wajah mereka kini sejajar, “Aku bahkan heran kenapa orang sepertimu masih punya muka untuk datang lagi menemui Kakakku yang juga sudah kau hancurkan. Kau dulu membuang Kakakku, memaksanya bertanggung jawab atas kesalahamu dan kini kau berharap apa? Bisa kembali lagi padanya? Kau ada di kasta terandah jika berharap demikian.”
Air mata mengalir dari kedua mata Build. Hatinya sakit mendengar semua kata-kata Bible yang begitu kejam.
“Bible, cukup.” Teguran dari Mile bahkan tak dihiraukan Bible.
Lelaki itu masih terus menatap Build dengan pandangan marah. Bahkan hatinya tak tersentuh sedikitpun ketika lelaki di hadapannya sudah mulai menangis.
“Kau jahat jika berkata seperti itu, Bible. Aku juga manusia. Aku kehilangan semuanya. Ibuku bahkan meninggal tak lama setelah kejadian itu.”
Bible terkekeh sinis, pandangan matanya tak berubah sedikitpun, “Menurutmu aku akan merasa iba? Tidak. Aku bahkan senang jika kau akhirnya merasakan apa itu sakit. Ibumu mati itu karena kesalahanmu, kau pantas mendapatkan itu—”
Bugh…
Merasa bahwa apa yang dikatakan Bible sudah keterlaluan, Mile menarik adiknya dan memberinya pukulan di wajah, “CUKUP, BIBLE. KAU KETERLALUAN.”
“Keterlaluan katamu? Itu bahkan tak sebanding dengan apa yang sudah dilakukannya pada Kakak ipar. Dia pantas mendapatkan itu karena dia juga menghancurkan hidup orang lain.”
“BIBLE, CUKUP!”
Bentakan Mile menjadi awal sepasang saudara kandung itu untuk saling memukul satu sama lain. Mereka bahkan tidak peduli jika ini masih dilingkungan kantor dan akan menjadi semacam gossip tak mengenakan.
Mile kesal karena adiknya sudah keterlaluan, sedangkan Bible kesal karena Mile menjadi bodoh hanya karena masa lalunya kembali.
Wajah mereka sudah dipenuhi memar, bahkan darah menetes dari sudut bibi mereka masing-masing. Hingga sebuah suara lembut menghentikan aksi saling tonjok keduanya.
“Kak Mile, Bible, apa yang terjadi?”
Keduanya sama-sama berhenti dan menoleh kearah pintu.“Jeffy…”
“Kakak ipar…”
T B C. . .
pendek dulu yaaa.....
KAMU SEDANG MEMBACA
I'm Sorry (Milejeff) END
Fanfiction"Kau mengusirnya dari rumah, lalu dia pergi dan aku hanya membawanya pulang."- "Maaf."- MILEJEFF BXB HOMO MPREG DONT LIKE DONT READ FANTASY