9

523 44 5
                                    


















Dengan semangat Jeff menyambut Us yang baru saja memasuki kediaman Romsaithong, “Us, aku rindu.” Ujarnya sambil membalas pelukan erat lelaki itu.

“Aku juga, Jeff.” Balas Us tak kalah heboh, “Kau sudah siap? Ayo kita berangkat.”

Keakraban Jeff dan Us terjalin sejak Jeff resmi menjadi bagian dari keluarga Romsaithong. Sikap Us yang mudah bergaul diterima Jeff dengan senang hati. Terlebih lelaki itu tak pernah memandang Jeff dengan tatapan kasihan karena keadaannya.

"Kau sudah memberitahu Kak Mile?" Tanya Us ketika mereka memasuki lift.

Mendapat pertanyaan seperti itu Jeff mengecek ponselnya dan tak asa satupun balasan dari Mile, "Aku sudah menghubungi, tapi tak ada jawaban. Mungkin Kak Mile sedang sibuk."

"Tapikan ini jam makan siang." Timpal Us.

"Kak Mile memang kadang seperti itu. Bekerja sampai lupa waktu." Jawab Jeff sambil tersenyum ramah pada setiap staff dan artis yang bekerja di agensi ini.

"Ngomong-omong Jeff, berapa bulan lagi sampai kelahirannya?" Us bertanya.

Mendengar pertanyaan itu Jeff meletakan tangannya dan mengelus lembut perut buncitnya dengan gerakan memutar, "Tidak lama. Dua bulan lagi."

Setelahnya hanya terdengar Us yang begitu bersemangat untuk kelahiran cucu pertama kelurga Romsaithong. Lelaki itu juga terus berbicara perihal apa saja yang akan dibeli guna mempersiapkan kelahiran si jabang bayi. Semuanya hanya ditanggapi dengan tawa renyah dari Jeff.

"BIBLE, CUKUP!" Terikan itu membuat Us refleks memelankan langkah. Menajamkan pendengaran guna memastikan bahwa yang baru saja berteriak adalah Mile.

"Us, kau dengar? Itu seperti suara Kak Mile." Jeff mendongak dan bertanya pada Us.

"Sepertinya." Jawab Us dengan tak yakin.
Hanya tinggal satu belokan dan mereka akan tiba di ruang kerja Mile.

Semakin dekat mereka dengan ruang yang dituju maka semakin jelas juga suara gaduh yang terdengar. Bukan lagi teriakan.

Pintu ruangan itu terbuka dan ketika sudah sampai di depannya Jeff terkejut hingga refleks mengeluarkan suara, "Kak Mile, Bible, apa yang terjadi?"

"Jeffy..."

"Kakak Ipar."

Wajah dua lelaki di depannya terlihat memar dibeberapa bagian, dan sedikit bercak darah di sudut bibir. Bahkan telapak tangan keduanya mengepal erat. Siap untuk memberikan bogem mentah di wajah satu sama lain.

Hidup dengan keduanya selama lima tahun baru kali ini Jeff melihat Mile dan Bible bertengkar hingga saling adu otot. Biasanya pertengkaran mereka hanya sebatas adu mulut tanpa ada perkelahian.

"Bible, apa yang terjadi?" Jeff bisa merasakan bahwa Us yang mendorong kursi rodanya mendekat pada Mile dan Bible bertanya dengan nada marah hingga Jeff refleks mendongak dan melihat Us memandang ke arah lain hingga Jeff mengikuti arah pandangan itu.

Lelaki itu?

Dia. . . .sedang apa disini?

"Bukan urusanmu." Jawab Bible jengkel dan menghempaskan Mile hingga lelaki itu mundur beberapa langkah.

"Oke. Tapi saling tonjok satu sama lain dan ini masih di lingkungan kantor bukanlah tindakan yang bisa dibenarkan." Us maju beberap langkah hingga sosoknya berhadapan dengan Bible. Dari nada suaranya Jeff tau kalau Us tengah menahan amarah.

"Sudah kubilang jika ini bukan urusanmu, Us." Nada suara serta tatapan datar yang Bible berika pada Us membuat Jeff berfikir sejenak.

Ada apa ini?

"Aku harus, Bible. Ini. Menjadi. Urusanku." Jawab Us penuh penekanan.

"KAU—"

"Jika kalian ingin bertengkar keluar saja dari ruanganku." Ucapan Mile itu membuat Bible menarik nafas panjang dan menghembuskannya perlahan.

Sedangkan Us langsung menarik Bible dan dengan paksa mendudukan lelaki itu disalah satu sofa.

"Sayang." Panggil Mile sambil berjongkok guna mensejajarkan tinggi tubuhnya dengan Jeff sambil bertumpu pada sebelah kaki, "Ada apa ke sini?"

"Kak Mile kenapa bertengar dengan Bible?" Alih-alih menjawab pertanyaan suaminya, Jeff malah balik bertanya.
Ditatap kedua bola mata Mile dengan seksama. Lalu luka yang ada di wajah tampan lelaki itu.

Jeff membawa tangannya pada luka disudut bibir dan mengusap lembut sedikit darah yang ada di sana, "Tidak dijawab sekarang juga tidak apa. Tapi ayo obati dulu lukanya. Ada kotak P3K?"

Mile menghela nafas, lalu mengambil kotak P3K dan menyerahkannya pada Jeff. Dengan Mile yang duduk di sofa sedangkan Jeff ada di depannya.



T B C. . .


Terima kasih untuk yang masih setia menunggu:)

I'm Sorry (Milejeff) ENDTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang