Lautan manusia yang memenuhi lantai dansa sudah menjadi pemandangan biasa di setiap malam hingga pagi menjemput. Musik yang semakin menghentak membuat setiap orang yang tengah melepas stres bergerak semakin liar dengan botol alkohol di tangan masing-masing.
Mile mengedarkan pandangannya guna mencari orang yang baru saja menelfonnya. Tubuh tingginya dipaksa untuk membelah lautan manusia yang bergerak brutal tak tentu arah, membuatnya sesekali mengumpat lirih karena sedikit tersenggol dan hampir limbung.
Mata tajamnya menangkap seseorang yang sejak tadi dicari, ada di tengah lantai dansa, menggerakan badan ke sana ke kemari
Kakinya yang panjang melangkah cepat melewati kerumunan padat hingga kini jaraknya dengan sosok yang dicari sudah dekat. Tanpa membuang waktu tangannya terulur menggapai lelaki berambut hitam tersebut dan menyeretnya keluar dari kerumunan.
"Lepasss….lepasss."
"Apa yang kau lakukan di tempat seperti ini, Build?" Mile bertanya setelah tangannya dihempas kasar.
Kini mereka sudah ada di luar club. Berdiri berhadapan dengan Mile yang mentap tajam lelaki di depannya.
"Menurutmu?" Bukan jawaban, Build mengajukan pertanyaan. Kendati wajahnya memarah karena alkohol, Mile tau bahwa Build masih cukup sadar untuk diajak berkomunukasi mengingat toleransinya pada alkohol yang cukup tinggi.
"Berhenti bersikap seperti rendahan, Build."
"TUTUP MULUTMU." Jari telunjuk itu mengacung tepat di depan wajah Mile. Dengan ekspresi marah yang begitu kentara, "Jika aku adalah rendahan, harusnya kau tak kesini dan menyeretku keluar, Mile."
"Kita sepakat untuk merahasiakan ini dari Jeff." Tujuan utama Mile datang ke sini bukanlah untuk menemui Build, itu semua dilakukannya karena lelaki itu mengiriminya pesan bernada ancaman.
Build terkekeh lirih, "Kita kembali seperti dulu dan Jeff tidak akan tau apa pun."
"Kau serakah."
"Memang." Sesaat setelah kata itu terucap dari mulut Build. Leleki itu tiba-tiba saja menarik kerah kemejanya hingga bibir mereka menyatu.
.
.
.
Angin sepoi-sepoi yang berhembus pelan membuat Jeff memejamkan mata guna menikmati sensasi dingin yang dirasakannya.
Matahari sudah ada di ufuk peraduan, tinggal menunggu waktu hingga langit berubah gelap dan cahaya matahari sepenuhnya akan berganti menjadi cahaya bulan.
Genggaman pada ponselnya semakin erat, Jeff menarik nafas panjang dan perlahan membuka matanya. Dilihat kembali satu file foto yang baru saja dikirimkan seseorang tak dikenal padanya. Benar-benar satu file foto tanpa ada tambahan pesan apa pun.
Dari bentuk tubuh dan perawakan Jeff tau itu siapa, tapi batinnya mencoba menyangkal sebab belum mendapat konfirmasi resmi dari yang bersangkutan.
"Kenapa masih di luar?" Suara yang sangat dihafalnya di luar kepala tersebut tiba-tiba memasuki indera pendengaran Jeff, membuatnya menarik bibir hingga menciptakan senyum manis.
Tumben suaminya pulang cepat.
"Melihat matahari terbenam." Jawab Jeff seadanya.
"Ayo masuk. Di sini dingin." Tanpa menunggu persetujuan, Mile mendorong kursi rodanya memasuki rumah.
"Kak Mile." Panggil Jeff lirih, "Apakah Kakak masih mencintai Build?"
Mungkin karena pertanyaannya yang tiba-tiba, Mile menghentikan langkah. Menatapnya dengan kedua mata membulat terkejut.
"Itu masa lalu, Jeffy." Mile menegaskan, terlihat sekali bahwa lelaki itu tak ingin ada salah paham lagi, "Sekarang hanya ada kita berdua. Tidak mungkin aku masih mencintai Build sedangkan aku sudah menikah dengamu."
Genggaman tanganya pada ponsel mengerat. Satu foto yang baru saja didapatnya membuat Jeff meragukan perasaan suaminya. Sudah bertahun-tahun bersama tak mungkin Jeff salah mengenali walau hanya dari siluet tubuh.
"Sayang, kumohon." Lelaki itu berjongkok lalu menggenggam tangannya lembut, "Hilangkah apa pun yang ada di kepala cantikmu, oke. Build sudah bukan siapa-siapa. Dia hanyalah masalalu, tidak ada aku masih mencintainya, sama sekali tidak dan untuk kejadian di kantor waktu itu aku benar-benar minta maaf. Itu semua diluar kendaliku."
"Lalu, ini apa?" Ponsel ditunjukan dan bisa Jeff lihat suaminya terkejut, "Jangan tanya aku dapat dari mana, Kak Mile cukup jelaskan maksud dari foto itu."
"Jeffy, ini—" Kalimat itu tak dilanjutkan, terhenti begitu saja tanpa ada penjelasan.
Tanpa harus dijelaskan secara gamblang Jeff sudah tau bahwa itu semua bukan rekayasa melainkan fakta. Orang yang ada dalam foto ini benar suaminya, di sebuah club dan tengah bercumbu mesra bersama sang mantan kekasih.
.
.
.
Hari-hari berlalu dan selama itu juga Jeff membatasi interaksinya dengan sang suami. Kini tak ada lagi pelukan hangat setiap pagi, tak ada kecupan manis sebelum berangkat kerja. Semua terasa begitu kosong dan dingin.
Banyak sekali pertanyaan yang terus berputar dalam kepalanya, berdesak-desakan untuk keluar satu per satu. Tapi Jeff tak bisa. Untuk saat ini lebih baik menjaga jarak alih-alih mencari kebenaran.
Bukannya tak penasaran, Jeff hanya belum siap jika apa yang selama ini ia pikirkan adalah benar.
Ponsel dalam pangkuannya tiba-tiba saja bergetar. Ada panggilan dari nomor yang tak ia simpan. Jeff abai, membiarkan panggilan berakhir dengan sendirinya.
Tak lama kemudian ponselnya kembali bergetar, itu panggipan dari nomor yang sama. Lagi-lagi Jeff abai dan panggilan berakhir tanpa jawaban.
Tapi ternyata si penelfon begitu keras kepala karena terus menghubunginya tanpa henti. Akhirnya Jeff menyerah dan mengangkat panggilan.
"Jeff."
Suara ini?
"Build?"
Kekehan terdengar dari seberang sana, "Kupikir kau sudah lupa padaku."
"Ada apa?" Tanya Jeff tanpa basa-basi.
Build pasti menghubunginya bukan tanpa alasan, bukan juga hanya untuk beramah tamah menanyakan kabar.
"Bisakah kita bertemu. Aku ingin menceritakan sebuah kisah panjang."
Belum ada persetujuan dari Jeff, tapi panggilan telfon sudah tertutup. Lalu tak lama kemudian masuk pesan singkat berisi sebuah alamat.
TBC.
kuyyyy tebak-tebakab build mau cerita apaaa???????
KAMU SEDANG MEMBACA
I'm Sorry (Milejeff) END
Fanfiction"Kau mengusirnya dari rumah, lalu dia pergi dan aku hanya membawanya pulang."- "Maaf."- MILEJEFF BXB HOMO MPREG DONT LIKE DONT READ FANTASY