3

807 51 5
                                    















Kejadian dan perkataan dua wanita tadi di rumah sakit cukup membuat Jeff terus berpikir. Tak bisa bohong bahwa sejak tadi Jeff ingin menanyakan hal itu pada sang suami, namun karena mereka tengah ada dalam situasi perang dingin membuat Jeff tak berani bertanya.

Ditambah lagi dengan wajah lelah Mile sepulang dari kantor. Lelaki itu bahkan tidak makan malam, hanya mandi dan langsung menjatuhkan tubuh besarnya di atas kasur. Tak ada sapaan, apalagi kecupan, jangankan dua hal itu, melirik Jeff saja tidak.

Dan karena dua hal itu, di jarum jam yang sudah menunjukkan pukul satu dini hari ini Jeff belum bisa memejamkan mata. Dirinya masih duduk dengan menyandar pada kepala ranjang dengan tangannya yang sesekali menyeka air mata yang jatuh tanpa permisi. Sebisa mungkin Jeff mengontrol tangisannya, jangan sampai ada isakan, takut suaminya yang sedang tidur akan terbangun.

Tiba-tiba saja, Jeff merasakan sakit pada bagian bawah perutnya. Teramat sakit hingga keringat sebesar biji jagung keluar dari dahinya. Wajahnya juga sudah pucat dengan bibir yang mulai mengeluarkan rintih kesakitan.

Entah karena Mile yang peka atau karena rintihan Jeff yang semakin keras. Lelaki itu mulai terusik dari tidurnya dan membuka kedua mata.

"Jeff, Jeffy...hey kenapa menangis?" Tanyanya dengan panik.

Jeff tak langsung menjawab, lelaki dengan rambut panjang tersebut memegang tangan Mile dengan erat. "K‐kak, sakithhh, sakit sekali...."

"Mana yang sakit? Perutmu?" Mile bertanya dengan sebelah tangannya yang kini sudah berada di atas perut Jeff yang sedikit buncit. "Apa kita perlu ke rumah sakit? Tidak, tidak. Aku akan menelfon Apo supaya datang ke sini."

"T–tidak usah, kak. Sudah malam." Jeff hendak mencegah Mile yang akan menghubungi Apo namun langsung dihentikan olah sang suami.

"Tidak, sayang. Aku yakin Apo tidak akan menolak. Kau yang terpenting saat ini."
Tanpa memerdulikan Jeff yang masih terus memegang lengannya, Mile menyambar ponsel yang ada di atas nakas dan langsung menghubungi Apo. Ini tengah malah, dan Mile yakin Apo tak akan menolak.












....





Apo, dengan tergesa memencet bel sebuah rumah mewah yang ada di kawasan perumahan elit di Thailand. Ini dini hari, tapi telfon dari sahabatnya membuat Apo tak segan untuk beranjak dari ranjang dan bergegas pergi ketika mendengar apa yang dikatakan Mile.

"Jeff, kesakitan."

Pintu terbuka dan menampakkan seorang wanita paruh baya yang juga berekspresi panik. Perempuan itu mengenakan setelan tidur dengan wajah tanpa make up.

"Tidak ada hal aneh yang terjadi setelah pemeriksaan, Apo. Tapi entah kenapa Jeff tiba-tiba saja kesakitan pada dini hari seperti ini. Apakah kau yakin kalau pemeriksaan tadi benar?" Wanita paruh baya tersebut bertanya dengan nada suara yang teramat panik.

"Aku tak bisa berkata apa pun karena aku belum melihat keadaan Jeff, tante Nathanee. Tapi aku yakin tidak ada yang salah dari pemeriksaan tadi." Ungkap Apo ketika mereka berdua sudah ada di depan pintu kamar Mile dan Jeff. Memang benar bahwa Apo belum bisa berkata apa pun karena dirinya belum melihat keadaan Jeff.

"Sudah berapa lama Jeff menahan rasa sakit?" Itu adalah pertanyaan pertama yang Apo ajukan ketika dirinya sudah ada di dalam kamar Mile.

Keadaan Jeff terlihat cukup mengkhawatirkan dengan keringat yang terus merembas dari dahinya, wajahnya juga pucat pasi, serta lirihan keskitan yang terus keluar dari mulutnya. Bisa Apo pastikan bahwa Jeff sudah menahan rasa sakit cukup lama.

Apo mulai mengeluarkan alat-alat kedokterannya dan lekas memeriksa Jeff. "Apakah kau sudah meminum vitamin yang aku berikan, Jeff?" Anggukan lemah Apo dapatkan sebagai jawaban.

"Apa ada sesuatu yang mengganggu pikiranmu?" Tiba pada pertanyaan tersebut mata Jeff menatap sekeliling dengan tidak fokus. Apo bisa memastikan bahwa ini adalah karena beban pikiran. "Apa kau belum tidur atau terbangun?"
Lagi-lagi tak ada jawaban yang keluar dari mulut Jeff atas pertanyaan Apo. "Jeff, bukankah aku sudah bilang untuk tak terlalu memikirkan banyak hal."

"Ada yang mengganggu pikiranmu, sayang?"

"Jeffy, kenapa tak menjawab pertanyaan Apo?"

Pertanyaan beruntun yang baru saja diajukan oleh tante Nathanee dan Mile malah membuat Jeff yang tadi sudah berhenti menangis kembali meneteskan air mata membuat Apo yakin bahwa ada yang mengganggu pikiran lelaki berwajah cantik tersebut.

"Oke, oke. Aku tidak akan bertanya lagi. Tapi bisakah kau enyahkan apa pun itu yang ada dipikiranmu. Sepertinya bayimu ikut terpengaruh."

Tak ada jawaban, Jeff yang kini ada dipelukan Mile hanya memberikan anggukan lemah sebagai tanda persetujuan.

"Baiklah kalau begitu. Sepertinya aku tak perlu memberimu obat, sebab terlalu banyak obat untuk orang hamil tidak baik." Ujar Apo sambil mengusap pundak Jeff dua kali.

"Kalau begitu aku pamit dulu, Mile, tante Nathanee." Apo memasukkan kembali alat-alat kedokterannya yang tadi sempat digunakan untuk memeriksa keadaan Jeff.

"Apa tidak perlu membawanya ke rumah sakit?" Tanya Mile.

"Tidak usah, Mile. Kupikir itu pasti karena faktor pikirannya yang sedang penuh. Pastikan saja Jeff tidur setelah ini. Kalau tidak salah, ini seperti kejadian dua bulan lalu, bukan." Jawab Apo.






TBC...

I'm Sorry (Milejeff) ENDTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang