“Bible, kau sudah tau?” Tanya seorang lelaki berambut kecokelatan pada kekasihnya yang tengah fokus membaca buku.
Bible melepas kacamata dan menfokuskan pandangan pada Us. Lelaki yang sudah menjadi sebagai kekasihnya selama 3 tahun lebih itu kini menunjukkan raut wajah bingung, “Tau apa?”
“Build kembali.”
Suara lirih itu seketika membuat kedua mata Bible terbelalak kaget. Ekspresinya berubah seketika menjadi penuh kemarahan, “Mau apa dia kembali? Diamana kau bertemu dengannya?”
“Dia mendatangiku tempo hari.” Us menghela nafa lirih sambul mengusap wajahnya kasar, “Bagaimana ini?”
Bungsu keluarga besar Romsaithong itu meletakkan bukunya dengan kasar. Ekspresi marah belum hilang dari wajah tampannya. Malah semakin terlihat murka ketika sang kekasih bertanya demikian, “Tidak ada bagaimana. Jika dia berniat melakukan hal brengsek seperti lima tahun lalu. Aku akan menghancurkannya tanpa berpikir dua kali.”
“Bib, bukankah itu berlebihan?” Us mencoba meredam emosi Bible dengan menggenggam salah satu tangan lelaki itu.
Bible menggelang, sepasang matanya menunjukkan bahwa perkatannya bukanlah bualan, “Aku bukan orang baik, Us. Bahkan aku tak peduli jika dia adalah sahabat yang paling kau sayangi.”….
Waktu sudah menunjukkan pukul 11 malam tapi belum ada tanda-tanda bahwa Mile akan pulang. Jeff sejak tadi tak beranjak dari tempanya di depan jendela. Melihat kearah gerbang depan. Masih sepi.
Tangan dengan jemari lentik itu dengan teratur mengelus perutnya yang sudah besar. Sambil sesekali melihat ponsel untuk mengecek nontifikasi apakah Mile menghubunginya atau tidak.Bukannya apa. Jeff hanya khawatir jika terjadi sesuatu pada suaminya sebab ini adalah yang pertama. Mile selalu menghubunginya atau paling tidak memberitahunya ketika akan berangkat kerja jika lelaki itu akan lembur.
Sejak tadi Jeff juga ragu apakah harus menghubunginya atau bagaimana. Hendak memencet tombal Call tapi selalu urung karena takut jika akan mengganggu.
Sorot lampu membuat Jeff menolehkan kepala kearah jendela dan mendapati mobil Mile memasuki rumah. Perasaannya yang tadi sempat khawatir tak karuan seketika berubah menjadi penuh kelegaan. Apalagi ketika pintu kamar terbuka dan terlihat Mile masuk dengan wajah lelah.
“Kenapa belum tidur?” Lelaki itu langsung mendekati Jeff dan berlutut, “Ini sudah malam, Jeffy.”
“Aku menunggu Kak Mile pulang. Kenapa malam sekali? Tidak biasanya.” Jeff membelai rambut hitam sang suami yang sudah tak serapi tadi pagi.
“Maaf, ada beberapa pekerjaan mendesak.” Jawaban itu membuat Jeff mengangguk paham dan tak bertanya lebih jauh.
“Ya sudah kalau begitu. Mandi dulu lalu istirahat.” Ujar Jeff. Suaminya ini pasti lelah karena sudah bekerja seharian.
Lelaki itu bangkit, lalu menggendong Jeff dan memindahkannya ke ranjang.Cup.
Lalu dengan ringan Jeff menarik kerah kemaja Mile dan menempelkan bibir mereka. Memberi kecupan singkat sebelum membiarkan lelaki itu membersihkan tubuh.
….
“Biu, bisakah kau berhenti. Kumohon.” Us tak tau apa yang harus dilakukannya untuk membujuk sahabat baiknya ini.
Beberapa waktu lalu sehabis percakapannya dengan Bible. Us tak bisa tidur nyenyak. Lelaki berambut kecokelatan itu terus memikirkan ucapan sang kekasih perihal apa yang akan dilakukannya jika Biu kembali melewati batas.
Hubungan mereka kini juga menjadi sedikit renggang. Bible tak ada menghubunginya walau hanya melalui pesan singkat. Us maklum mengingat apa yang terjadi bertahun-tahun lalu.
“Apa yang salah? Aku hanya menyapa Mile.” Lelaki manis di depan Us menjawab santai. Seperti tak ada beban, seakan yang dilakukannya bukanlah sesuatu yang mengancam.
“Biu, aku mengenalmu tidak hanya satu dua tahun. Kita sudah saling mengenal sejak sekolah menengah pertama. Menurutmu aku tidak tau apa yang ada di kepalamu saat ini, huh?” Lama-lama Us geram dengan sosok yang sudah menjadi sahabatnya sejak lama ini.
“Tidak, Us. Kau tidak mengenalku.” Gelengan kepala disertai senyum manis itu entah kenapa membuat Us muak.
Tak ada yang bisa Us lakukan selain menarik nafas guna meredam emosinya yang kini sudah diujung tanduk, “Oke, anggap saja memang aku tidak mengenalmu. Tapi kumohon berhentilah.”
Biu yang mendengar Us berkata seperti itu kembali terkekeh ringan. Sebelah tangannya menutup mulut hingga membuatnya terlihat anggun dan elegant, “Ngomong-omong aku bertemu Jeff beberapa hari lalu.”
Ucapan selanjutnya yang keluar dari bibir sahabatnya membuat Us membelalakan mata terkejut. Bahkan kembali meletakkan minuman yang tadi hendak disesapnya dengan keras ke atas meja, “Kau apa?! Menemui Jeff? Untuk apa?”
Anggukan semangat Biu berikan. Lelaki itu bahkan masih sempat-sempatnya mengibas rambut seakan yang dilakukannya adalah sesuatu yang harus diapresiasi, “Dia cantik.” Ucapnya penuh pemujaan, “Tapi sayang lumpuh.”
Brak…
Us benar-benar sudah tak biasa menahan emosinya. Tangannya refleks menggebrak meja dengan keras. Untungnya café ini sedang tak banyak pelanggan. Jadi, Us tak perlu merasa sungkan karena menjadi pusat perhatian sebab membuat gaduh, “Aku sudah memperingatmu untuk tidak melewati batas, Biu. Jika itu Mile mungkin kau masih bisa mendapat pengampunan, tapi tidak dengan Bible. Dia bukan manusia baik yang akan dengan mudah memaafkan orang lain. Jangan cari aku jika Bible benar-benar menghancurkanmu.”
T
B
CSelamat menikmati ygy. . .
Apakah ada yang masih berminat? Apa cerita ini masih harus lanjut?
KAMU SEDANG MEMBACA
I'm Sorry (Milejeff) END
Fanfiction"Kau mengusirnya dari rumah, lalu dia pergi dan aku hanya membawanya pulang."- "Maaf."- MILEJEFF BXB HOMO MPREG DONT LIKE DONT READ FANTASY