10

419 40 13
                                    


























Ini gila. Baru beberapa hari lalu Build datang ke kantornya hingga dia bertengkar dengan Bible. Tidak hanya itu, Jeff bahkan ikut menyaksikan hingga suaminya itu bertanya tapi Mile tak bisa menjawab.
Dan sekarang, lelaki itu terus datang ke kantor membuat Mile begitu pusing bagaimana cara mengusirnya. Sebagai seorang yang sudah mempunyai pasangan hidup tentu hal itu pasti akan menimbulkan rumor buruk karena Build datang hampir setiap hari.

"Build, ayolah. Aku tak tau apa maumu, tapi bisakah kau tak datang ke sini setiap hari." Mile berucap frustasi, helaan nafas kasar terdengar dari mulutnya.

"Kalau begitu bagaimana jika kita bertemu di luar?" Pertanyaan Build yang tanpa beban itu membuat Mile semakin tak tau harus berbuat apa.

Tubuh tingginya disandarkan pada sandaran kursi dengan kedua mata tajamnya menatap Build muak, "Kita sudah mengakhirinya lima tahun lalu jika kau lupa, Build. Kau yang meminta, dan tugasku waktu itu hanya mengabulkan." Mile berucap tegas.

Ekspresi wajah Build seketika berubah dari bahagia menjadi merana. Jika dulu, mungkin saja Mile akan memberinya berbagai pertanyaan dan menuruti semua kemauannya untuk mengembalikan sinar dikedua matanya, tapi kini berbeda.

"Aku sudah pernah bilang padamu bukan kalau Ibuku meninggal. Beliau akhirnya menyerah setelah perjuangan panjang selama sepuluh tahun melawan penyakitnya." Sepasang mata milik Build berkaca. Lelaki itu mengepalkan kedua tanganya erat yang ditumpukan pada kedua lutut, "Sungguh aku minta maaf atas apa yang aku lakukan dulu, aku tau aku salah dan mungkin kesalahanku tak termaafkan. Tapi Mile, bisakah aku minta kesempatan satu kali lagi?"

Pertanyaan itu membuat Mile terbelalak tak percaya. Sungguh. Setelah apa yang dilakukannya bagaimana bisa Build meminta kesempatan kedua dengan begitu mudah dan tanpa beban.

Jika itu dilakukan lima tahun lalu, mungkin Mile akan memberinya tanpa diminta. Tapi sekarang, ketika sudah ada Jeff disisinya tak mungkin Mile berlaku demikian layaknya orang brengsek.

"Tidak, Build. Aku tidak bisa." Jawab Mile tanpa ragu, "Kupikir kau yang sekarang dengan kau lima tahun lalu adalah orang yang sama. Orang yang memohon padaku untuk bertanggung jawab setelah menghancurkan hidup orang lain."

"Mile, tapi aku juga hancur. Aku sekarang tidak punya siapa-siapa selain diriku sendiri. Ibuku sudah meninggal, sedangkan Ayahku sudah memulai hidup baru dengan orang lain." Tak bisa membendung rasa sedihnya Build terisak lirih sambil sebelah tangannya memukul dadanya keras, "Semua anggota keluargamu menyayanginya, kan? Dia mendapatkan apa yang tidak bisa aku dapatkan. Bukankah itu cukup?"

Entah kemana arah pembicaraan ini tapi Mile mulai geram karena Build seakan bersikap bahwa hanya dirinya yang sakit dan hancur, "Dia mendapatkan itu semua karena dia memang pantas."

"LALU APAKAH AKU TIDAK PANTAS?"
Hening menyelimuti keduanya. Mile tak bergerak sedikitpun dari posisinya, begitupun Build yang memberinya tatapan nanar penuh luka.















Jarum jam berdetak lambat menunjukan pukul satu dini hari lewat dua belas menit. Keadaan rumah sudah sepi sebab kebanyakan penghuninya sudah bekelana ke alam mimpi, kecuali Jeff. Lelaki pemilik senyum manis itu masih setia menunggu suaminya yang tak kunjung pulang. Bukan sekali dua kali, Mile sudah beberapa malam terakhir ini selalu pulang larut. Tak jarang lelaki itu pulang setelah Jeff sudah tidur dan akan berangkat kerja sebelum Jeff terbangun. Tidak hanya berangkat pagi pulang petang, Mile juga sulit dihubungi akhir-akhir ini. Lelaki itu tak pernah mengangkat telfonnya, pesan pun juga diabaikan.

Sedikit banyak Jeff mengoreksi diri, apakah dirinya berbuat salah hingga Mile berlaku demikian. Inginnya menanyakan secara langsung, tapi bertemu saja sulit, maka malam ini Jeff memutuskan akan menunggu hingga lelaki itu pulang.

“Jeff—” Pelaku pembuka pintu menunjukan ekspresi terkejut karena Jeff yang masih terjaga, “Kenapa belum tidur?”

“Kak Mile kenapa sering lembur?” Tak ada jawaban dari pertanyaan Mile, Jeff lebih memilih untuk mempertanyakan apa yang menjadi beban pikirannya selama ini.

Lelaki itu sudah menanggalkan jasnya, hanya tinggal kemeja saja dengan lengan digulung sampai siku. Sosoknya masih diam di ambang pintu, memperhatikan Jeff dengan pandangan mata sendu.

“Banyak pekerjaan.”

Jeff menatap suaminya dengan pandangan serius, “Benarkah?”

Tak ada jawaban, Mile menutup pintu lalu berjalan menuju ranjang. Lelaki itu membaringkah tubuh tingginya di pangkuan Jeff, menduselkan wajahnya pada perut yang sudah membuncit besar—tinggal menunggu waktu.

“Kak Mile kalau ada masalah cerita, jangan malah menghindariku.” Ujarnya tulus, “Dan lagi kenapa tidak pernah mengangkat panggilanku, pesan juga tak ada satupun yang dibalas. Kalau aku ada salah—”

“Sayang, kau tidak salah apa pun.” Mile memotong kalimatnya sebelum Jeff sempat menyelesaikan, “Maaf.”

“Bukan maaf, aku butuh penjelasan.” Tegas Jeff sekali lagi, “ “Aku bukannya tidak percaya, hanya saja minimal hubungi aku. Kak Mile selama berhari-hari berangkat pagi buta pulang larut malam. Kita itu sudah menikah, kan? Memang sesulit itu hanya untuk membalas pesan.”

Bisa Jeff rasakan pelukan dipinggangnya mengerat. Mile sama sekali belum menjawab pertanyaannya, tidak ada sangkalan ataupun pembelaan. Lelaki itu hanya diam, membuat Jeff memejamkan matanya dan menghela nafas pelan. Mungkin memang ada sesuatu yang terjadi dan Mile belum siap untuk mengutarakan.


















TBC.






Pendek dulu yaaaaa❤️❤️❤️

I'm Sorry (Milejeff) ENDTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang