BAD 25

311 31 3
                                    



"Gendong!." Tegas Rosè merentangkan tangan nya pada Lisa.

"Aku tidak mau!." Balas Lisa tak kalah tegas.

"Maka aku tidak akan bergerak sedikit pun dari sini." Ancam Rosè.

"Yak! Kau kekanakan sekali." Jengah Lisa.

"Terserah ku!, dan kau yang menyebabkan aku di larang berjalan selama seminggu." Peringat Rosè membuat Lisa bungkam.

"Aku kan tidak tau bahwa kaki mu sakit." Bela Lisa.

"Apa menurut mu aku memakai tongkat hanya untuk gaya!." Sentak Rosè tidak trima.

"Bukan begitu, kau sensi sekali." Lirih Lisa.

"Makanya gendong." Pinta Rosè lagi menatap Lisa tajam.

"Kau kan bisa pakai kursi roda Rosè, atau minta Kiel menggendong mu." Saran Jisoo karena mulai jengah dengan perdebatan Rosè dan Lisa.

"Aku tidak mau!, Lisa harus menggendongku karena dia yang membuat kaki ku kembali sakit." Tolak Rosè mentah-mentah.

"Gendong saja apa susah nya sih Lisa!." Kesal Jennie pada Lisa dia juga sudah malas dengan perdebatan Rosè yang mau di gendong Lisa pulang dan Lisa yang kekeh menyuruh Rosè pakai kursi roda.

"Aku tidak mau Jen!." Lisa juga menolak tegas.

"Biar saya aja yang gendong bos." Kiel menawarkan diri.

Sontak Rosè menatap Kiel tajam dan tidak suka.

"Kan sudah kubilang Lisa yang menggendong ku. Apa telinga mu rusak?!." Sakras Rosè tajam membuat Kiel menunduk maaf dan menutup mulut nya untuk menjaga nyawa tetap berda di raga nya.

"Gendong saja Lisa. Rosè dalam mode keras kepala jika kau menolak maka gadis gila ini akan tetap duduk diam di taman rumah sakit ini samapi besok." Jelas Jennie menatap tajam Lisa agar mau melakukan permintaan Rosè.

Lisa mentap Rosè dengan mata memicing dan di balas tatapan santai tapi tegas oleh Rosè, sejenak Lisa memikirkan perkataan Jennie.

"Ya sudah ayok!." Pasrah Lisa jongkok di depan Rosè.

"No!. Koala Lisa." Pinta Rosè tersenyum senang, sambil merentangkan tangan nya pada Lisa.

"Cek banyak mau nya." Kesal Lisa tapi tak urung menggendong Rosè sesuai permintaan gadis itu.

Dengan cepat Rosè melingkarkan tangan di leher Lisa serta kaki nya di pinggang Lisa juga menyender di dada Lisa yang terlihat datar itu dengan nyaman.

Jensoo dan kiel bernafas lega akhir nya mereka bisa pulang setelah Rosè dan Lisa berdebat selama satu jam di taman rumah sakit telah selesai.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
"Bagaimana ke adaan mu Sena?." Tanya Jennie.

Saat ini Jensoo sedang menjenguk Sena.

"Sudah lebih baik kak." Sena memberi senyum cerah pada Jensoo.

"Bagus lah, apa kau sudah makan?." Tanya Jisoo.

"Belum kak, tapi aku tidak mau makan bubur sangat tidak enak." Manja Sena pada kedua kakak angkat nya yang sudah di anggap kakak kandung nya.

"Mau makan apa? Hm?." Tanya Jennie lembut mengusap kening  Sena sayang.

"Sena mau makan pizza kak." Ujar nya semangat.

"Kebetulan yang pas. Kami membawa Pizza." Ujar Rosè masuk dengan tiga kotak Pizza di pangkuan nya, dan Lisa yang mendoro g kursi roda Rosè dengan muka di tekuk. Dia masih merasa marah dengan Sena prihal kalung nya walau sudah lewat tiga minggu.

"Oh!, kalian datang?." Kaget Jisoo.

"Iya! Kata Lisa tidak mau datang." Tambah Jennie.

"Kalau bukan karena paksaan Rosè gak bakal datang." Ujar Lisa malas kemudian menatap Sena tajam

"Kak Jen sama kak Ji kenal sama Lisa?." Tanya Sena bingung.

"Tentu saja, Lisa dan Rosè adalah sahabat yang kami cari selama ini." Jelas Jisoo.

"Wow!" Takjub Sena tak menyangka.

"Kalau begitu Lisa bukan anak kandung  tuan Seungri dong?." Ujar Sena masih kaget.

"Bukan, kami berempat berasal dari korea seperti yang pernah kami ceritakan." Jelas Jennie.

"Syukur lah kak Jen dan kak Ji, sudah ketemu sama mereka. Dan Sena harap tidak akan melihat senyum tawa terpaksa dari kalian lagi." Haru Sena menatap Jensoo dengan teduh yang kini menatap nya tidak percaya bahwa Sena menyadari itu.

Buk

"Kami menyayangi mu." Gumam Jennie

"Adik kesayangan kak Jis." Timpal Jisoo mereka serentak memeluk Sena haru. Dan dengan cepat Sena membalas pelukan kedua kakak kesayangan nya.

"Susah cukup pelukan nya. Bukan kah kau harus mengatakan sesuatu prihal kalung ku!." Sentak Lisa memecah suasana haru itu.

"Ayolah Lisa itu hanya sebuah kaluang,  bukan kah kau juga sudah memberiku  tulang patah sebagai hadiah nya."  Sepele Sena menatap Lisa

"APA? HANYA SEBUAH KALUNG KAU BILANG?."  Teriak Lisa tidak terima.

"Iya. Hanya kalung bukan?, tenang saja saat aku sudah menjadi model perusahan terkenal aku akan membelikan kaluang yang lebih bagus untuk mu." Ujar Sena mengabaikan terikan marah Lisa dan memakan Pizza yang di bawa Rosè yang kini menatap diri nya marah jika dia bisa berdiri ingin sekali dia merobek mulut Sena.

"Sena kau mau tulang yang mana lagi yang patah?." Tanya Jenni dengan datar membuat Sena mendongak dan melihat Jensoo menatap nya tajam, lalu pada Rosè dan Lisa juga menatap nya tajam.

"Apa aku mengatakan hal yang salah?." Tanya nya ragu karena kini dia merasa atmosfir nya mencekam di ruangan itu.

"Tulang kaki atau tangan?, kau pilih yang mana?." Tanya Jisoo mengabaikan pertanyaan Sena.

Hal itu membuat Sena makin bingung, dan merasa takut dengan aura membunuh dari ke empat wanita cantik itu memenuhi ruang rawat nya.

"Jangan karena kau anak milioner dan mempunyai banyak uang, merasa segala hal bisa kau beli dengan uang mu itu. Apa kau pikir kalung itu kalung murahan?, kau tidak tau seberapa berharga nya kalung itu bagi kami, kalung itu jauh lebih berharaga dari pada nyawa dan harga diri mu Sena! Cam kan itu." Sakras Lisa menatap Sena dengan penuh amarah.

"Maaf." Lirih nya merasa bersalah karena dia sudah kelewatan dalam berkata-kata.

"Ck, kata maaf lagi. Memuak kan!." Desis Rosè tajam.

Hal itu membuat Sena semakain menunduk merasa bersalah. Dia tidak tau harus bagai mana, karena Sena tak bisa menghadapi suasana mencekap ini dari amarah orang lain pada nya. Karena selama ini mau apa pun dan apa pun yang di ucap kan dan si lakukan Sena semua orang akan menerima nya dan akan memaf kan nya saat dia meminta maaf.

"Perihal menjadi model yang kau bilang aku membatal kan nya." Tergas Rosè tajam.

"Maksud nya?." Bingung Sena.

"Sebagai direktur utama aku membatal kan kerjasama kita, dan biaya pinalti akan ku bayar." Rosè menggantung kata-kata nya lalu menyodorkan cek pada Sena.

"Isi sesuka mu." Ujar Rosè lalu memutar dan mendorong kusri roda nya keluar ruangan.

"Segala sesuatu bukan tentang uang." Datar Lisa mendorong kursi roda Rosè.

"Kau mengecewakan kami Sena. Kau tau kalung itu tanda persaudaraan kami dan juga itu hanya ada empat di dunia." Jennie menatap Sena sangat kecewa.

"Lisa hanya ingin mensengar kata maaf yang tulus dari mu tidak lebih." Timpal Jisoo menarik Jennie pergi meninggal kan Sena yang kini menatap punggung mereka nanar.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
EM.LEBE.YAH.

BAD GIRL BUT POLICETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang