vahalla, fight

414 80 18
                                    

"pelan pelan, naik lift aja dah daripada harus naik tangga" yunho yang membantu san berjalan bersama mingi sementara yeosang membantu membawa tas nya. Seonghwa dan hongjoong karena kelas nya berbeda lantai berjalan terpisah.

"dibilang pake kursi roda aja, biar ngga nyusahin. Ngga mau"  wooyoung berujar sambil meniup poni nya. Di dahi nya masih ada plester, pun pada hidungnya yang belum sembuh benar. Sementara san berjalan agak kesulitan sehingga harus dibantu. Bisa sih, cuma agak nyeri aja.

"ayah belum berangkat?" san mengitarkan kepalanya saat menyadari kalau keberadaan ayahnya yang duduk di bangku belakang masih tiada. "kelihatannya sih belum"  mingi menjawab apa adanya.

"tugas hari ini ngga ada kan ya?" san bertanya memastikan kemudian mengeluarkan buku tebal dari tas nya yang tadi dibawa yeosang. Buku biologi tebal yang disebut kitab suci oleh mereka karena saking tebal nya buku ini, bisa membuat mereka pusing tujuh keliling. Bayangkan saja, tebal buku biologi mereka bisa menyentuh angka enam centi meter dengan lebih dari tujuh ratus halaman dimana ingatan mereka diuji ketika ujian maupun kuis rutin tiap minggunya.

"ngga ada sih. adanya kuis mingguan. lo nyampe kitab berapa?" yunho bertanya kepada san yang merebahkan kepalanya di buku tebal nya. san mendengus. "gue kitab ini aja kaga paham. Kalian ada yang paham materi ini ngga? otak gue rasanya kaya jongkok" san berujar.

"ya sama. Gue bisa khatam nih buku aja gue udah syukur" wooyoung menyahut sambil mulai membaca.

"biologi gue nyerah. Nyontek yeosang aja lah" mingi berujar sambil menguap, bahkan dia tidak repot-repot untuk membuka bukunya karena memang sudah pasrah dengan mata pelajaran biologi, dia malah membuka ponsel nya, memilih untuk berseluncur di sosial media miliknya.

"kalian pikir gue paham? ya sama. Gue juga kaga anjir. Ini materi apa gue juga ngga ngerti" yeosang mengusap rambutnya karena sama panas nya dengan teman-temannya.

"ingat kawan kawan, belajar dulu apa yang bisa kalian pelajari,  kerjakan kalau bisa, habis itu lupakan. Udahlah kita sama sama begonya disini" yunho menepuk bahu temannya, prihatin atas kebodohan kebodohan mereka di mata pelajaran hafalan ini.

"gue harusnya masuk ips aja" wooyoung mengeluh saat ia tidak paham sama sekali dengan isi buku tebal yang dia bawa di tas nya. "lah lu kenapa masuk ipa?" mingi bertanya.

"gue pikir nih anak ngga ada temennya, eh ternyata lu lu pada malah sekelas. Jancok" ujarnya diakhiri umpatan sepenuh hati di akhir kalimat.

"gue stress, mau warnain rambut aja apa ya. Warna biru gonjreng kaya mas hongjoong" wooyoung menambahhkan sambil meniup poni nya yang sudah turun melewati alis.

san menatap wooyoung sanksi. "jangan lah, jelek. Kaya jamet" ujar nya tanpa dosa.

wooyoung menoleh kemudian menabok kepala san dengan tempat pensil miliknya. "sembarangan! tapi gue mau coba di warna biru kaya mas hongjoong atau mas seonghwa yang warna pink, keliatannya cakep"  wooyoung masih terus berkhayal.

"er..." yunho menggaruk kepalanya. "kata gue lu bagusan item aja yong" ujarnya memberi saran. Wooyoung menatap yunho sangsi. "kenapa? kan gue cakep pake warna itu?"

"udah gue bilang, lo mirip jamet perempatan kalau diwarna biru gonjreng kaya mas hongjoong apalagi sampai di pink cerah kaya mas seonghwa.  Undertone lo itu warm, beda sama mas joong sama mas hwa yang cocok pake warna rambut cerah begitu"  san menoyor kepala wooyoung dengan segenap hati. Hongjoong memang baru saja mengganti warna rambutnya menjadi warna biru cerah.

apakah boleh di sekolah?

tentu saja tidak apalagi bagi siswa yang bukan pertukaran. Tapi yang namanya hongjoong tidak ada yang bisa menghalangi keinginan dia, termasuk memakai tindik tindik kesayangannya serta mewarnai rambutnya. Seonghwa hanya menggelengkan kepalanya melihat temannya berulah. Seonghwa berani mewarnai rambutnya ketika hari libur tiba, dia tidak senekat hongjoong soalnya.

Cafe [reborn] : VAHALLATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang