"stella?" stella yang sedang duduk di kursi yang ada di rumah sakit mendongakan kepalanya saat seorang dokter wanita yang tidak lain tidak bukan adalah yeji menghampirinya. Wanita yang sedang hamil muda itu tsrsenyum lebar, bibirnya yang merah terangkat begitu melihat siapa yang datang.
Tangannya terulur setelah tas mahal di pangkuannya ia letakkan di atas meja. "malam, dok" ujarnya menyapa yeji. Yeji tersenyum tipis membalas uluran tangan dari wanita di depannya. "silakan duduk, maaf menganggu waktu anda" ujar yeji mempersilakan stella unfuk duduk.
Stella mengangkat bahu kemudian tersenyum angkuh. "that's fine. Saya kesini juga karena ada urusan dengn obgyn" jawabnya sambil meminum iced tea yang ia pegang. Ia mengangkat alisnya yang kanan. "jadi. Ada yang mau anda bicarakan?" ujarnya menembak langsung.
Yeji yang sedang berusaha mengobservasi wanita di hadapannya hanya tersenyum tipis. "saya tahu kalau anda mengerti alasan saya ingin bertemu dengan saya, bukan?" yeji menjawab dengan santai. Dia tahu ada alasan suaminya mengatakan kalau wanita di depannya adalah wanita yang paling dia takuti. Yeji masih belum bisa melihat keanehan wanita di depannya. Ia hanya bisa melihat wanita angkuh yang duduk di depannya. Wanita yang tidak peduli dengan citra buruk siapapun terhadap dirinya karena yeji selama perjalanan kemari mendengar desas desus tentang wanita tidak sopan ini.
"saya mau minta maaf atas tindakan anak saya yang membuat anda memiliki waktu yang susah" yeji menundukkan kepalanya sejenak, benar benar tulus meminta maaf karena bagaimanapun ini salah San. San yang membuat wanita di depannya harus hamil walau dia tahu san dijebak. Kehamilan itu bukan hal yang mudah apalagi jika dilakukan sendiri. Itu akan sulit.
Yeji bisa mendengar Stella tertawa. "itu bukan salahnya atau salah anda. Kenapa anda meminta maaf?" jawabnya sambil tertawa pelan. "lagipula bayi ini sudah tidak bisa ku apa-apakan lagi. Ya sudah. Biarkan saja dia berkembang di dalam sana. Setidaknya rahim ku berguna" jawabnya. Yeji tidak menyangka akan mendapatkan jawaban itu dari jawaban Stella.
"kehamilan itu tidak mudah, Stella. Hubungi saya jika terjadi sesuatu atau ketika membutuhkan sesuatu. Dan saya harap anda tidak menjauhkan bayi itu dari kami, maksudnya keluarga saya" Yeji mengeluarkan kartu namanya dari saku snelli yang ia bawa kemudian memberikannya kepada stella dengan didorong pelan.
Stella mengangkat alisnya, menerima kartu nama pemberian yeji. "sure. Saya akan menitipkan anakku nanti ketika bekerja. Saya tahu anda adalah opsi teraman. Bukan begitu?" Ia tersenyum tipis kemudian meminum iced tea nya.
Alarm tiba tiba berbunyi. Yeji cepat cepat melihat ponselnya ketika ada seseorang yang meneleponnya. Ia menoleh ke arah Stella. stella mengangkat bahu. Ia menunjuk seserang yang didorong dengan brankar oleh pihak medis. "pergilah, sepertinya suami mu lebih membutuhkanmu" ujar stella santai tidak memperdulikan kalau yeji yang langsung berlari mengejar tubuh suaminya.
Stella melihat lihat kartu nama yang ia pegang, ia remas kemudian membuangnya ke tempat sampah. Ia tidak butuh itu ketika dia bisa mendapatkan informasi tentangnya selama dua menit.
Ketika ia hendak bangun, ia melihat wajah wajah tidak asing berlarian masuk ke dalam igd dengan wajah khawatir. Ia tersenyum tipis kemudian menggelengkan kepalanya sembari meminum iced nya. "wow, it's a mess"
***
Yeji berlari dengan perasaan khawatir ketika menyadari kalau suaminya yang berbaring di atas brankar yang terus didorong. Ia bisa melihat darah terus mengucur begitu deras dari kepala dan punggung jeno.
"dia kenapa?" tanyanya sambil berusaha menyobek kaos tanpa lengan suaminya. Ia seharusnya bisa mencegah suaminya tadi malam sebelum suaminya keluar rumah untuk berlari.
KAMU SEDANG MEMBACA
Cafe [reborn] : VAHALLA
Fanfictionmereka tidak mengerti apa yang terjadi di masa lalu hingga membuat mereka yang pada mulanya hanya sekumpulan remaja berubah menjadi pemberontak yang luar biasa. sebut nama mereka, niscaya mereka akan mendatangi kalian dimanapun kalian berada. the...